Wajib Belajar Bahasa Arab karena Bagian dari Islam
Kemunduran
Islam
Adalah jauh dari Bahasa Arab
Kaum muslimin tidak tahu
Bahasa Al-Quran
Petunjuk hidup perkataan Rabb
Adalah jauh dari Bahasa Arab
Kaum muslimin tidak tahu
Bahasa Al-Quran
Petunjuk hidup perkataan Rabb
Ketika
belajar bahasa Inggris
Anda minimal mengenal
bahkan bisa cinta dan terpengaruh
Gaya dan pola hidup mereka
Anda minimal mengenal
bahkan bisa cinta dan terpengaruh
Gaya dan pola hidup mereka
Menonton
film dan drama
Cara berpakaian dan bergaul
Mendengar berita dan lagu
Gaya berbicara dan prinsip hidup
Cara berpakaian dan bergaul
Mendengar berita dan lagu
Gaya berbicara dan prinsip hidup
Jika
belajar bahasa Arab
Akan belajar Al-Quran dan hadits
Adab dan akhlak mulia Islam
Sejarah keemasan Islam dan pahlawannya
Prinsip hdup Islam
Akan belajar Al-Quran dan hadits
Adab dan akhlak mulia Islam
Sejarah keemasan Islam dan pahlawannya
Prinsip hdup Islam
Mari
saudaraku muslim
Kita pelajari bahasa Arab
Bahasa Agama kita
Kita pelajari bahasa Arab
Bahasa Agama kita
Note: Belajar bahasa Inggris hukumnya mubah, bukan haram
bahkan bisa wajib jika memang itu jalan satu-satunya untuk berdakwah bagi orang
tersebut
Syaikh Al-Ustaimin berkata, ﺃﻣﺎ ﺗﻌﻠﻢ
ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻓﻬﺬﺍ ﻟﻴﺲ ﺣﺮﺍﻣﺎ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﺇﺫﺍ ﺗﻮﻗﻔﺖ ﺩﻋﻮﺓ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻌﺮﺑﻲ
ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻠﻢ ﻟﻐﺘﻪ
“Mempelajari selain bahasa Arab bukanlah keharaman, bahkan
bisa jadi wajib jika dakwah kepada selain Arab bergantung (jalan satu-satunya)
dengan mempelajari bahasa tersebut.”
“Nak, di zaman modern sekarang, jika kamu ingin jadi orang yang
sukses dan menjadi orang besar maka kuasailah teknologi, komputer dan bahasa
Inggris”
Itulah nasehat seorang ayah kepada anaknya agar anaknya kelak
menjadi orang yang “sukses”. Tentunya kesusksesan yang dimaksud sang ayah
adalah kesuksesan di dunia yang sangatlah sebentar jika dibandingkan keabadian
akhirat, sedangkan kita sebagai seorang muslim yang percaya akan akhirat maka
kesuksesan adalah apa yang dituntun oleh Al-Qur’an:
فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَاز
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung/sukses” (Ali Imran:185)
Syaikh Muhammad bin nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata
menjelaskan ayat ini,
ومفهوم الآية، أن من لم يزحزح عن النار ويدخل الجنة، فإنه لم يفز،
بل قد شقي الشقاء الأبدي، وابتلي بالعذاب السرمدي
“Mafhum ayat (mukhalafah/kebalikannya, pent), barangsiapa yang
tidak dijauhkan dari neraka dan tidak dimasukkan kesurga maka ia tidak
beruntung/sukses, bahkan termasuk orang yang paling celaka selama-lamanya dan
disiksa dengan azab yang kekal.” (Taisir karimir rahmaan hal 142, Dar Ibnu Hazm,
Beirut, cet. I, 1424 H)
Salah satu nasehat sang ayah diatas adalah agar anaknya menguasai
bahasa Inggris, inilah fenomena kaum muslimin saat ini, mereka menaruh
perhatian yang sangat besar dengan bahasa Inggris. Sejak kecil anak diajarkan
dan dibiasakan bahasa Inggris, Kursus-kursus bahasa Inggris menjamur diberbagai
tempat dengan biaya yang cukup tinggi, para pemuda berlomba-lomba berbahasa
Inggris sebagai simbol anak gaul dan bahasa yang keren. Level pendidikan kurang
bonafit levelnya jika tidak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Hal ini bukanlah tercela karena Bahasa Inggris merupakan
hal yang mubah dan merupakan wasilah sebagaimana ketika Syaikh
Al-Utsaimin rahimahullahu ditanya,
وسئل فضيلة الشيخ : عن حكم تعلم اللغة الإنجليزية في الوقت الحاضر؟
“Apa hukum mempelajari bahasa Inggris sekarang ini?”.
فأجاب فضيلته: بقوله: تعلمها وسيلة، فإذا كنت محتاجاً إليها كوسيلة
في الدعوة
إلى الله فقد يكون تعلمها واجباً ، وإن لم تكن محتاجاً إليها فلا
تشغل
وقتك بها واشتغل بما هو أهم وأنفع، والناس يختلفون في حاجتهم إلى
تعلم اللغة الإنجليزية
Beliau menjawab: “ Mempelajarinya adalah wasilah, jika
engkau membutuhkannya sebagai wasilah berdakwah kepada Allah maka
hukumnya wajib, jika engkau tidak membutuhkannya maka janganlah engkau
menyibukkan waktumu dengannya, sibukkanlah dirimu dengan yang lebih penting dan
bermanfaat, dan manusia berbeda-beda kebutuhannya terhadap bahasa Inggris(Kitabul
ilmi hal 93, Darul itqon Al Iskandariyah).
Bahkan syaikh Al-Utsaimin rahimahullahu berandai-andai
bisa berbahasa Inggris,
“Aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai
bahasa Inggris. Sungguh, aku melihat terdapat manfaat yang amat besar
bagi dakwah jika saja bahasa Inggris bisa kukuasai. Karena jika kita tidak
menguasai bahasa tersebut, bagaimana kita bisa berdakwah jika ada yang masuk
Islam di hadapan kita.” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh kaset no. 61,
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dinukil dari rumaisyo.com)
Jadi, bukanlah bahasa Inggris yang tercela akan tetapi
porsi perhatian kaum muslimin terhadap bahasa Inggris sehingga mengalahkan
bahasa Arab. Bahasa Arab seakan-akan bahasa yang tidak dikenal dan tidak
populer dikalangan kaum muslimin. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang Allah
pilih sebagai bahasa untuk menjelaskan agama Islam yang mulia ini.
Bagaimana kaum muslimin bisa sukses yang sesungguhnya jika tidak mampu
memahami secara sempurna petunjuk jalan kesusksesan yang Allah telah
jelaskan dalam kitab-Nya. Melalui risalah ini kita akan mengenal lebih dekat
dengan bahasa Arab agar kita lebih bersemangat mempelajari dan mencintai bahasa
Arab.
Bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bagian dari agama
Islam
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (yusuf:2)
Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata
menafsirkan ayat ini:
وذلك لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية
للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزل أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل،
بسفارة (8) أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في
أشرفشهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan
maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu
kitab yang paling mulia diturunkan (Al-Qur’an) kepada rasul yang paling mulia
(Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam), dengan bahasa yang termulia (bahasa
Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (Jibril), ditambah
diturunkan pada dataran yang paling muia diatas muka bumi (tanah Arab), serta
awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (Ramadhan), sehingga Al-Qur’an
menjadi sempurna dari segala sisi.” [Tafsirul Qur’an Al-Adzim 4/366, Darul Thayyibah,
cet.ke-2, 1420 H, Asy-Syamilah]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ١٩٣. نَزَلَ بِهِ
الرُّوحُ الْأَمِينُ ١٩٤.
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ ١٩٥. بِلِسَانٍ
عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ
“Dan Sesungguhnya Al Qur’an ini benar – benar diturunkan oleh
Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh Ar ruh Al Amiin (Jibril), kedalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang
memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas.” (As Syu’araa :
192-195)
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata,
تعلموا العربية فإنها من دينكم وتعلموا الفرائض فإنها من دينكم
“Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama
kalian, pelajarilah ilmu waris karena merupakan bagian dari agama
kalian.” (Iqtidho’ shiratal mustaqim 527-528 jilid I, tahqiq
syaikh Nashir Abdul karim Al–‘Aql, Wizarot Asy Syu-un Al Islamiyah wal
Awqof)
kewajiban mempelajari Bahasa Arab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Berkata,
فإن نفس اللغة العربية من الدين، ومعرفتها فرض واجب، فإن فهم
الكتاب
والسنة فرض، ولا يفهم إلا بفهم اللغة العربية، وما لا يتم الواجب
إلا به فهو واجب
“Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama
dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan
As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami
bahasa Arab. Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya
maka ia juga hukumnya wajib.”(Iqtidho’ shiratal mustaqim hal 527
jilid I)
Hukum wajib diperoleh dari kaidah yang dibawakan oleh para
ulama,
مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya (satu-satunya
sarana, pent) maka ia juga hukumnya wajib.”
Agar lebih memahami kaidah ini, perhatikan contoh yang dibawakan
oleh syaikh Utsaimin rahimahullah,
“Jika tiba waktu sholat, seseorang tidak mempunyai air (untuk
berwudhu, pent), kemudian ia mendapati air yang di jual, maka apa hukum membeli
air?”. Beliau manjawab, “wajib”. (catatan: ia sangat mampu membeli air dan
membeli air satu-satunya sarana untuk berwudhu, pent).”
(lihat syarhu nadzmil waroqoot hal 20, Darul Aqidah)
Jadi, bahasa Arab hukumnya fardhu/wajib, dan perlu dirinci agar
tidak salah paham, bahwa ada bagian bahasa Arab yang fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah, serta tidak semua orang wajib mempelajarinya karena ada yang tidak
mampu seperti orang sudah sangat tua dan tempat dimana tidak ada pengajaran
bahasa Arab.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
ثم منها ما هو واجب على الأعيان، ومنها ما هو واجب على الكفاية،
وهذا معنى ما رواه أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عيسى بن يونس، عن ثور، عن عمر بن
زيد: كتب عمر إلى أبي موسى رضي الله عنه: “أما بعد. فتفقهوا في السنة، وتفقهوا في
اللغة وأعربوا القرآن، فإنه عربي
“Disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang
wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar
bin Abi Syaibah, dari ‘Isa bin Yunus dari Tsaur, dari Umar bin Yazid, beliau
berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya),
“Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’rablah Al-Qur’an karena
Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”(Iqtidha’ shiratal mustaqim hal 527
jilid I).
Kemudian yang dimaksud dengan bagian bahasa Arab yang fardhu
‘ain adalah ilmu nahwu dan shorof dasar sehingga cukup untuk memahami Al-Qur’an
dan Sunnah. Sedangkan bagian yang fardhu kifayah seperti ‘Aruudh dan Qafiyah
(ilmu kaidah syair). Oleh karena itu, bagi para pemuda khususnya para pemegang
estafet dakwah dan akan berbicara tentang agama di mimbar-mimbar maka tidak ada
udzur untuk tidak belajar bahasa Arab.
Berusaha mengutamakan bahasa Arab dari bahasa yang lain
Mengingat keadaan kaum muslimin saat ini yang kurang peduli
terhadap bahasa Arab dan menomorduakannya dari bahasa yang lain, maka
perhatikan nasehat para ulama;
Syaikhul Islam rahimahullah Berkata,
وأما اعتياد الخطاب بغير اللغة العربية، التي هي شعار الإسلام ولغة
القرآن حتى يصير ذلك عادة للمصر وأهله، أو لأهل الدار، للرجل مع صاحبه، أو لأهل
السوق، أو للأمراء، أو لأهل الديوان، أو لأهل الفقه، فلا ريب أن هذا مكروه فإنه من
التشبه بالأعاجم
“Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan selain bahasa Arab,
-bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an-, sehingga bahasa
selain bahasa Arab menjadi kebiasaan bagi suatu daerah dan penduduknya,
seseorang dengan sahabatnya, orang-orang dipasar atau para pejabat atau para
karyawan atau para ahli fiqih, maka tidak diragukan lagi hal ini
dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabbuh (menyerupai) dengan
orang ‘ajam (non-Arab, saat itu mayoritas kafir, pent) dan ini hukumnya
makruh.” (Iqtidho’shiratal mustaqim hal 526 jilid I).
Beliau menjelaskan juga:
كراهته أن يتعود الرجل النطق بغير العربية فإن اللسان العربي
شعار الإسلام وأهله، واللغات من أعظم شعائر الأمم التي بها يتميزون
“Dibenci seseorang membiasakan diri berbicara dengan selain
bahasa Arab, karena bahasa Arab merupakan syi’ar islam dan pemeluknya, bahasa
adalah syi’ar terbesar suatu bangsa yang dengannya bisa dibedakan (dengan
karakteristik bahasa, pent) .”(Iqthido’ shiratal mustaqim hal 519 jilid I).
Imam Asy Syafi’i rahimahulloh -yang mazhabnya
menjadi mazhab mayoritas di Indonesia- berkata,
سمى الله الطالبين من فضله في الشراء والبيع تجاراً، ولم تزل العرب
تسميهم التجار ثم سماهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بما سمى الله به من التجارة
بلسان العرب، والسماسرة اسم من أسماء العجم، فلا نحب أن يسمى رجل يعرف العربية
تاجراً، إلا تاجراً، ولا ينطق بالعربية فيسمي شيئاً بأعجمية، وذلك أن اللسان الذي
أختاره الله عز وجل لسان العرب، فأنزل به كتابه العزيز وجعله لسان خاتم أنبيائه
محمد صلى الله عليه وسلم، ولهذا نقول: ينبغي لكل أحد يقدر على تعلم العربية أن
يتعلمها، لأنها اللسان الأولى، بأن يكون مرغوباً فيه من غير أن يحرم على أحد أن
ينطق بأعجمية.
“Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah
melalui jual-beli (berdagang) dengan nama tujjar (para
pedagang-pent), kemudian Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan,
yaitu (tujjar) dengan bahasa Arab. Sedangkan “samaasiroh” adalah nama dari
bahasa ‘ajam (selain Arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti
bahasa Arab menamai para pedagang kecuali dengan nama “tujjar” dan janganlah seseorang
yang berbahasa Arab lalu ia menamakan sesuatu dengan bahasa ‘ajam. Hal ini
karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah , sehingga Allah
menurunkan kitab-Nya dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab
menjadi bahasa penuntup para nabi, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karena itu, kami katakan sepantasnya setiap orang yang
mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya karena bahasa Arab adalah bahasa yang
paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa
yang lain.”
فقد كره الشافعي لمن يعرف العربية، أن يسمى بغيرها،
وأن يتكلم بها خالطاً لها بالعجمية
Imam Syafi’i membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia
menamakan dengan selain bahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya
dengan bahasa ‘ajam .” (lihat Iqtidho’ shiratal mustaqim hal
521-522 jilid I).
Bahasa Arab sulit dipelajari?
Anggapan yang keliru ini bisa bantah dengan berkaca pada sejarah
Islam saat Islam berjaya, dimana Bahasa Arab menyebar dan dipelajari diberbagai
negeri.
Syaikhul Islam rahimahullah menceritakan,
ولهذا كان المسلمون المتقدمون لما سكنوا أرض الشام ومصر، وأهلهما
رومية، وأرض العراق وخراسان ولغة أهلهما فارسية، وأهل المغرب، ولغة أهلها بربرية –
عودوا أهل هذه البلاد العربية، حتى غلبت على أهل هذه الأمصار: مسلمهم وكافرهم،
“Oleh karena itu dahulu kaum muslimin ketika menduduki Syam dan
Mesir, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Romawi dan menduduki Irak.
Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki
Maghrib yang penduduknya berbahasa Bar-bar, maka kaum muslimin
membiasakan penduduk kota tersebut berbahasa Arab, sehingga mendominasi
penduduknya, baik muslimnya atau kafirnya.” (Iqtidho’
shiratal mustaqim hal 526 jilid I).
Orang yang mengatakan sulitnya mempelajari bahasa Arab dengan
banyaknya kaidah, hafalan tashrif (cetakan kata), rumitnya
balaghoh, maka ia terburu-buru, tidak sabar dan tidak memahaminya dari dasar.
Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah berkata:
النحو سهل و سلمه قصير و درجته سهلة لكن تفهمها من أوله
“Ilmu Nahwu (salah satu cabang bahasa Arab, pent) adalah mudah,
tangganya (untuk mencapainya, pent) pendek, dan tingkatannya sederhana,
akan tetapi engkau memahaminya dari awalnya,” (dikutip
dari At-Tashil fi ma’rifati lughotit tanzil, Abu Muslih Ari
Wahyudi, Pustaka Muslim).
Penutup
Marilah kita memberikan porsi yang lebih dalam mempelajari
bahasa Arab, mempelajarinya, mengajarkan dan menyebarkannya di negeri-negeri
islam serta membiasakan berbahasa dengannya. Terutama para pemuda islam dan
aktivis dakwah yang memegang amanah dakwah Sehingga kita semua bisa sukses
dunia akherat dengan bahasa Arab. Aamin ya mujibas sa’ilin.
***************************************
Penyusun: Ustadh Raehanul Bahraen, Muraja’ah: Ustadz Fakhruddin,
Lc. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF
Email: ustazsofyan@gmail.com
Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment