Membangun Peradaban Dunia Berparas Kenabian
Potret dunia
sebelum lslam
Pada hari ini,
marilah kita bersama menyaksikan layar sejarah yang menayangkan kejadian pada
permulaan dakwah lslam di bawah pimpinan Nabi kita Muhammad shallalhu
‘alaihi wasallam, rasul Allah terakhir. Sebelum diutusnya beliau, dunia
mengalami masa kegelapan yang panjang; gelap pekat karena perilaku dan sepak
terjang manusia yang menyemburkan bau busuk di planet bumi ini, menebarkan
kengerian dan ketakutan di hamparan dunia, menyebarkan kebiadaban dan
kezhaliman di atas punggung kemanusiaan yang ringkih. Hal ini terjadi karena
manusia menyingkirkan Allah dan syari’at-Nya dari langkah kehidupan dan derap
kegiatan mengelola dunia.
Situasi dan
kondisi planet bumi di masa permulaan Rasulullah shallalhu ‘alaihi
wasallam tampil memimpin umat manusia dengan tepat dan akurat
dipaparkan oleh juru bicara kaum muslim ketika mengungsi ke negeri Habsyi
(Ethiopia sekarang). Juru bicara kaum muslim ini seorang pemuda yang cerdas dan
memiliki hikmah kebijaksanaan di dalam merangkum situasi dan kondisi
kemanusiaan dan dunia waktu itu. Pemuda ini bernama Ja’far bin Abi
Thalib. la dengan fasih dan lancar mengisahkan kondisi kemanusiaan dan
wajah bangsa Arab saat itu kepada Raja Najasyi.
la berujar:
“Paduka Raja,
ketika itu kami adalah masyarakat yang jahil. Kami menyembah berhala. Bangkai
pun kami makan. Segala kejahatan kami lakukan. Kami memutuskan hubungan dengan
kerabat dan dengan tetangga pun kami tidak baik. Yang kuat menindas yang
lemah.”
Perbandingan
dengan dunia kontemporer
Situasi dan
kondisi dunia 1500 tahun lalu kalau kita hadapkan kepada dunia sekarang,
keadaannya hampir tidak berubah, bahkan mengalami peningkatan kualitas dan
kuantitas kebiadaban yang lebih hebat. Dahulu orang hanya dapat melakukan
kebiadaban terhadap ribuan orang, tetapi dewasa ini kebiadaban itu dalam waktu
singkat menikmati korban jutaan orang.
Kepada siapakah
dunia dewasa ini mengadu dan mengeluhkan penderitaannya, supaya dapat terlepas
dari penindasan, teror, pemiskinan yang berjalan sistematis, pemberangusan
hak-hak golongan lemah oleh golongan kaya dan kuat, pemerkosaan nilai
kemanusiaan oleh para penguasa dan super power melalui
undang-undang, senjata berteknologi canggih, dan aparat negara yang
dimodifikasi berjiwa tanpa perikemanusiaan?
Siapakah yang masih mau mengorbankan dirinya untuk
menyuarakan -dengan suara sayup sayup sekalipun- tonggak-tonggak prinsip
kehidupan Ilahiah dan perilaku kenabian yang telah terbukti menyelamatkan
manusia dari keruntuhan peradabannya pada 15 abad yang lalu? Dengan tepat
Al-Qur’an mengemukakan gambaran perjuangan penyelamatan nilai kemanusiaan dan
peradabannya oleh Muhammad Rasulullah shallalhu ‘alaihi wasallam dan para
shahabatnya pada surah Ali ‘lmran: (3) 103:
وَكُنتُمْ عَلَىٰ
شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ
“…Pada zaman jahiliyah kalian mengalami masa
kerusakan moral, lalu Allah selamatkan kalian dari kerusakan moral itu…..”
Bagaimanakah proses penyelamatan itu Allah
lakukan? Allah mengutus Rasul-Nya Muhammad shallalhu ‘alaihi wasallam. Kemudian
sejumlah manusia yang dikaruniai hati bersih, pikiran jernih, akal sehat, dan
semangat cinta kebenaran mengikuti seruan beliau. Mereka mewakafkan harta,
jiwa, dan raganya untuk mengemban panggilan suci guna menegakkan tata kehidupan
llahiah yang Allah tuangkan dalam syari’at lslam. Orang-orang semacam inilah
yang telah memberikan darma baktinya kepada dunia dan seluruh umat manusia
sehingga nilai-nilai llahiah yang menjadi sumber penggerak jiwa dan semangat
luhur manusia terus menyala sepanjang zaman.
Kini drama kemanusiaan kembali terjadi di tengah
umat manusia yang hidup ditengah kecanggihan teknologi, kehebatan perangkat
komunikasi, dan kedigdayaan alat transportasi. Akan tetapi, kejahatan demi
kejahatan detik demi detik menunjukkan kegarangan dan kebuasannya tanpa ada
daya dari manusia seluruh dunia untuk mencegahnya. Bahkan, para penguasa dan
orang-orang yang merasa dirinya dapat mempermainkan nasib manusia, dengan mudah
memutarbalikkan fakta dan memanipulasi berita.
Dengan kelicikan dan kelihaiannya, mereka secara
beramai-ramai menuduh orang-orang shalih sebagai biang penyebar keresahan dan
ketakutan. Mereka sudutkan secara beramai-ramai orang-orang lslam yang taat
berpegang kepada agamanya. Mereka himpit kaum muslim yang tidak mau bergeming
dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan hati kaum munafik dan kaum zindiq. Hal
ini mereka lakukan agar umat lslam menukar syari’at lslam dengan tatanan lain
yang dapat memenuhi selera penguasa dan kaum bermodal untuk menjajah dunia dan
umat manusia.
Para pemimpin negara di dunia dan PBB agar
bercermin kepada Raja Najasyi Pada awal munculnya lslam, walaupun dunia telah
dipenuhi oleh kejahilan, penindasan, dan kezaliman, masih ada penguasa yang
memiliki hati nurani, menghormati kebenaran dan keadilan, mendengar rintihan
kaum lemah, dan menjunjung tinggi fakta dan bukti dalam mencari kebenaran.
Ketika dua orang utusan kaum Quraisy datang ke Negeri Habsyi menghadap Raja
Najasyi dengan menyampaikan isu yang merugikan keselamatan rombongan kaum
muslim yang hijrah ke Habsyi, Raja Najasyi dengan penuh hikmah dan
kebijaksanaan mengundang rombongan kaum muslim tersebut untuk didengar
keterangannya. Di saat itu Ja’far bin Abi Thalib menjelaskan masalah yang
sebenarnya. Ia berkata: “Demikianlah
keadaan kami, sampai Tuhan mengutus seorang rasul dari kalangan kami yang sudah
kami kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih. la mengajak
kami menyembah hanya kepada Allah yang Maha Esa dan meninggalkan penyembahan
kepada batu-batu dan patung-patung yang selama itu kami lakukan dan juga nenek-
moyang kami. Ia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, berlaku jujur,
mengadakan hubungan keluarga dan tetangga yang baik, serta menyudahi
pertumpahan darah dan perbuatan terlarang lainnya. la melarang kami melakukan
segala kejahatan dan mengucapkan kata-kata dusta, memakan harta anak
yatim-piatu, atau mencemarkan wanita-wanita yang baik. la minta kami menyembah
Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Kami disuruh melakukan shalat dan
mengeluarkan zakat. Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang
diperintahkan Allah sehingga yang kami sembah hanya Allah Yang Esa, tidak
mempersekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga. Segala yang diharamkan kami
jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Karena itulah, masyarakat kami memusuhi
kami, menyiksa kami, dan menghasut kami supaya kami meninggalkan agama kami dan
kembali menyembah berhala; supaya kami membenarkan segala keburukan yang pernah
kami lakukan dulu. Oleh karena mereka memaksa, menganiaya, menekan, dan
menghalang-halangi kami dari agama kami, maka kami pun keluar dan pergi ke
negeri tuan ini. Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami
berada di dekat tuan, dengan harapan di sini takkan ada penganiayaan.”
Raja Najasyi ketika itu adalah seorang Nasrani
yang taat. Oleh karena itu, ketika ia mendengar keterangan dua utusan Quraisy
bahwa Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi wasallam menyampaikan ajaran yang
merendahkan Nabi ´lsa dan ibunya, maka ia segera ingin memperoleh penjelasan
dari rombongan pengungsi muslim tentang hal yang sebenarnya. Sang raja pun
bertanya: “Adakah ajaran Tuhan yang
dibawanya itu yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami?” “Ya”, jawab Ja’far;
lalu ia membacakan Surah Mariam dari pertama sampai firman Allah:
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ
ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا(29) قَالَ إِنِّي
عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي
مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ
حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32)
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
(33)
“Maryam menunjuk kepada bayinya agar kaumnya bertanya kepada
bayi itu. Kaumnya berkata: “Bagaimana mungkin kami berbicara dengan bayi yang
masih dalam buaian?”Bayi itu berkata: “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Aku
kelak akan diberi Kitab dan aku kelak akan dijadikan seorang nabi.Aku akan
dijadikan orang yang membawa keberuntungan di mana pun aku berada. Tuhanku
telah memberi pesan kepadaku untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat
selama aku hidup.Aku diperintahkan untuk berbuat baik kepada ibuku, dan Tuhanku
tidaklah menjadikan aku sebagai seorang pendurhaka lagi celaka.Keselamatan
serta kesejahteraan diberikan kepadaku ketika aku dilahirkan sampai ketika aku
dimatikan, dan ketika aku dibangkitkan kembali.”” (QS. Maryam, 19: 29-33)
Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan
apa yang tersebut dalam lnjil, pemuka-pemuka istana itu terkejut. “Kata-kata yang keluar dari sumber yang
mengeluarkan kata-kata Yesus Kristus”, kata mereka. Najasyi lalu berkata, “Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa,
keluar dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan para utusan Quraisy, pergilah.
Kami takkan menyerahkan mereka kepada tuan-tuan!” Keesokan harinya ‘Amr bin
‘Ash sebagai utusan Quraisy kembali menghadap Raja dengan mengatakan bahwa kaum
Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luar biasa terhadap lsa anak Mariam. “Panggillah
mereka dan tanyakan apa yang mereka katakan itu.” Setelah mereka datang,
Ja’far berkata, “Tentang dia pendapat
kami seperti yang dikatakan Nabi kami: ‘Dia adalah hamba Allah dan Utusan-Nya,
Ruh-Nya, dan Firman-Nya yang disampaikan kepada Perawan Mariam.’ “ Najasyi
lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di tanah. Dan dengan
gembira sekali baginda berkata, “Antara
agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini.”
Setelah dari kedua belah pihak itu didengarnya, nyatalah bagi Najasyi, bahwa
kaum Muslimin itu mengormati lsa, mengenal adanya Kristen, dan menyembah Allah.
Di zaman yang dikatakan modern ini, bahkan sudah
dibentuk PBB sebagai lambang kesadaran manusia untuk bersama-sama membangun
dunia yang beradab, apakah ada negeri dan penguasa yang berkepribadian seperti
Raja Najasyi? Adakah sekarang ini sebuah negeri yang berani melindungi ulama
dan umat lslam dari fitnah kaum Quraisy modern, Abu Jahal dan Abu Lahab gaya
abad teknologi? Adakah masih tersisa sedikit keramahan dan kelembutan yang
ditunjukkan oleh PBB sekarang terhadap kekejian, kekejaman, kenistaan,
kezhaliman yang ditimpakan oleh kaum Quraisy modern terhadap kaum muslim dan
ulamanya? Jika temyata tidak ada, dan hingga sekarang belum terbukti ada, maka
sungguh para penguasa di belahan dunia mana pun, apapun ideologi dan agamanya wajib
belajar dan bercermin kepada moral dan kepribadian Raja Najasyi tersebut.
Tayangan sejarah 1500 tahun yang lalu harus
menjadi pijakan kita untuk mengingatkan dunia Kristen sekarang. Tokoh besar
Kristen pada zaman itu mengakui bahwa mata air lslam memancar dari sumber yang
sama dengan mata air yang dibawa oleh Musa dan ‘lsa as.. Oleh karena itu, tidak
ada alasan bagi Raja Najasyi untuk mengusir rombongan pengungsi muslim dari
negerinya karena perbedaan agama. Adakah dunia Kristen sekarang terutama negara-negara
Barat yang menjadi markas umat Kristen, berani bersikap gentle, jujur, adil,
dan tidak memihak dalam menghadapi kaum muslim? Apa kiranya kerugian yang akan
diderita oleh kemanusiaan dan peradaban kalau kaum muslim diperlakukan secara
adil oleh kaum nonmuslim seperti yang telah diperbuat oleh Raja Najasyi 15 abad
yang lalu? Bukankah segala tuntutan yang diinginkan oleh kemanusiaan dan dunia
beradab telah dipenuhi oleh ajaran lslam sebagaimana disebutkan oleh Ja’far bin
Abi Thalib di atas, yaitu: tidak
berdusta, berlaku jujur, meneguhkan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan,
bertetangga baik, menghentikan pertumpahan darah, meninggalkan segala bentuk
kejahatan, melindungi harta anak yatim, berkata-kata baik, menghormati martabat
wanita, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menjauhi perzinaan, tidak
memakan harta orang lain dengan cara aniaya, dan hanya menyembah Allah Tuhan
Yang Esa?
Manakah yang tercela dari seruan dan ajakan itu?
Akan tetapi, mengapa kaum Quraisy geram, marah, dendam, dan kesumat menghadapi
seruan yang menjadi landasan membangun kemanusiaan dan peradaban yang mulia?
Apakah dunia modern sekarang masih terus-menerus mewarisi watak dan karakter
jahiliyah Quraisy untuk memusuhi lslam dan kaum muslim? Jawablah pertanyaan
kami ini secara gentle baik oleh negara super power, PBB, badan-badan dunia
lain, dan segenap penguasa di belahan dunia mana pun.
Tanggungjawab kaum muslim membangun keterpaduan
dan meninggalkan semangat sektarian 1500 tahun perjalanan sejarah, yang berawal
dari terutusnya Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi wasallam hingga sekarang,
membuktikan dengan jelas, terang, dan nyata bahwa keselamatan kemanusiaan yang
terjamin dan peradaban manusia yang luhur hanya bisa terwujud di atas landasan
abadi yang sangat kokoh. Hal ini sebagaimana Allah nyatakan dalam QS. Ali
‘lmran (3): 103:
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Wahai kaum mukmin, teguhkanlah diri kalian dalam
melaksanakan Islam secara utuh. Janganlah kalian mengambil sebagian syari’at,
tetapi meninggalkan sebagian lainnya. Ingatlah nikmat Allah kepada kalian.
Ketika kalian masih kafir pada jaman jahiliyah kalian bermusuhan, kemudian
Allah satukan hati kalian dengan Islam, sehingga kalian menjadi bersaudara
karena Islam…”
Apakah hakekat konkret dari nikmat Allah yang
dimaksud pada ayat tersebut? Hakekatnya adalah iman dan lslam yang
teraktualisasikan dalam syari’at lslam. Artinya, hanya dengan melaksanakan
penegakan syari’at lslamlah manusia akan memperoleh limpahan karunia kenikmatan
hidup, jiwa persaudaraan yang padu, dan persatuan yang hakiki. Jika orang
bertanya, “Mengapa umat yang mengaku
muslim tidak menikmati persatuan, persaudaraan, dan limpahan karunia kenikmatan
kehidupan, kalau memang lslam itu memberikan jaminan seperti dikemukakan pada
ayat tersebut?” Jawabnya adalah, “Karena
umat yang mengaku sebagai kaum muslim berlomba-lomba meninggalkan Kitabullah
dan bersaing menciptakan firqah-firqah.” Melalui mimbar ini, kami mengajak
siapa pun yang mengaku sebagai umat lslam untuk duduk bersama membicarakan
semua perbedaan yang kita hadapi secara jujur dan terbuka. Hal ini karena
sesungguhnya perselisihan yang ada pada kita itu sangat kecil, sedangkan
persamaannya jauh sangat besar. Mengapa kita keberatan bersatu padu sesama
muslim dan bersikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan sesama kita. Marilah
kita penuhi perintah Allah untuk bersama-sama berpegang kepada Kitabullah dan
meninggalkan firqah-firqah.
Rasulullah shallalhu ‘alaihi wasallam memberikan
gambaran akan adanya kebangkitan lslam yang mesti terjadi di kemudian hari,
sekalipun beliau tidak menyebutkan masanya secara pasti. Kita semua memang
berharap dapat menemui masa kejayaan lslam kembali sebagaimana yang
dinubuwatkan oleh beliau dalam Hadits berikut. Rasulullah shallalhu ‘alaihi
wasallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ
مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Muncul masa kenabian selama masa yang Allah
kehendaki, kemudian berakhir. Lalu muncul masa khilafah yang lurus selama masa
yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian muncul masa raja-raja secara
turun temurun selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Lalu muncuI
masa kediktatoran selama masa yang Allahkehendaki, kemudian berakhir. Kemudian
akan muncul masa khalifah yang lurus mengikuti cara kenabian, yang kekuasaannya
meliputi seluruh dunia.” (HR. Ahmad)
Begitulah nubuwat Rasululiah shallalhu ‘alaihi
wasallam. Kita mesti mempercayai nubuwat ini, sekalipun kita tidak turut
menikmati masa itu. Kita harus menjadi bagian dari barisan panjang orang-orang
yang tegak berdiri menghantarkan generasi-generasi umat lslam berikutnya untuk
memasuki gerbang zaman gemilang yang dijanjikan. Kita tidak perlu menyesali
diri karena tidak turut mengenyam masa-masa gemilang itu, tetapi justru
mencicipi berbagai ragam fitnah, penindasan, kezaliman, dan perampasan hak-hak
oleh para penerus kejahiliyahan kaum Quraisy serta kecongkakan Abu Jahal dan
Abu Lahab. Marilah kita bersyukur kepada Allah karena kita dipilih menjadi
mujahid dan syuhada dalam membentangkan jalan kemenangan lslam masa datang.
Tidak semua orang beruntung dipilih oleh Allah untuk masuk dalam golongan yang
sedikit ini, karena memerlukan syarat-syarat tertentu yang berat dipenuhi oleh
kebanyakan orang. Allah berfirman dalam surah Ali Imran 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ
أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Wahai kaum mukmin, hendaklah di antara
kalian ada segolongan orang yang mengajak untuk mengikuti Allah dan Rasul-Nya,
menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Mereka yang melakukan amal
kebaikan itu adalah orang-orang yang beruntung di akhirat.” Karena itu, marilah saudara-saudara, kita berlomba-lomba
memasukkan diri ke dalam golongan kecil yang diseru oleh Allah di dalam ayat tersebut.
Tidak semua orang yang mengaku lslam siap menjadi mujahid dan syuhada. Tetapi
mereka yang mau akan memperoleh jaminan Allah untuk menikmati kehidupan yang
penuh rahmat dan berkah di dunia dan di akhirat.
Seruan kepada dunia dan semua agama Dunia kini
dengan penuh kebingungan dan tertegun-tegun menantikan adanya rekonstruksi dan
reformasi kehidupan yang memenuhi tuntutan global dan universal. Muncul
suara-suara yang semakin hari semakin kuat untuk menemukan agama dan tuhan
universal. Dengan cara sistematis gerakan ini mendiskreditkan semua agama,
lslam khususnya, sebagai agama yang anti kemanusiaan dan merintangi
globalisasi. Golongan ini kalau kita tanya, “Apakah
kriteria dan syarat-syarat suatu agama dianggap sebagai universal dan tuhan
yang dianggap universal? Apakah kriterianya adalah yang tidak membedakan antara
manusia yang satu dengan yang lain, jenis manusia yang satu dengan yang lain,
sehingga semua menikmati hak asasi yang sama?” Kalau ini yang dimaksud, maka
lslam telah memproklamirkan ajaran semacam ini 15 abad yang lalu, sebagaimana
termaktub dalam QS. Al-Hujurat: 13:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, supaya kalian saling memahami. Sungguh orang yang paling
mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bersih dari
kesyirikan. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Mahaluas ilmu-Nya.” Berkenaan dengan ayat ini Rasulullah shallalhu ‘alaihi
wasallam. pada saat melakukan haji wada’ menyampaikan sebuah proklamasi
mendasar tentang kesatuan dan kesetaraan manusia, sehingga tidak lagi ada
kelebihan yang satu dengan yang lain, kecuali karena ketaqwaannya. Beliau
bersabda:
يَا أَيُهَا النَّاسُ
، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ ، أَلاَ لاَ فَضْلَ
لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ ، وَلاَ
ِلأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ ، إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Wahai manusia sungguh Tuhan kalian adalah satu dan bapak
kalian adalah satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab dan
orang non-Arab atas orang Arab, orang kulit putih atas orang kulit bewarna dan
orang kulit berwarna atas orang kulit putih kecuali karena taqwa.” (HR. Baihaqi).
Jelas dan
tegas bahwa ayat dan sabda Rasulullah shallalhu ‘alaihi wasallam di atas telah
memberikan jawaban atas tuntutan dunia kontemporer yang memimpikan agama dan
tuhan universal. Di dalam lslam, norma yang universal, nilai yang global, dan
hukum-hukum serta moral yang tidak mengenal diskriminasi, kebangsaan,
nasionalitas, dan ras, memenuhi kitab suci-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan tawaran kepada seluruh umat di dunia
dan semua agama yang cinta kepada kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kejujuran,
kemerdekaan, persaudaraan, dan penghormatan martabat manusia untuk membicarakan
lslam dari segenap sisi dan sudut pandang manusia. Silakan dunia
mencarikelemahan ajaran lslam, kami akan memberikan jawaban yang objektif,
ilmiah, dan valid.
Kami siap berdialog dengan siapa pun, di tempat
mana pun, dalam masalah apa pun, dan kapan pun. Kami tidak merasa gentar dan
tidak merasa malu berhadapan dengan siapa saja untuk memaparkan lslam ini
sebagaimana adanya. Oleh karena itu, hendaklah kalangan yang sinis terhadap
lslam berani menerima tantangan kami ini secara gentle. lnilah satu-satunya
cara bagi dunia dan agama-agama lain untuk dapat menemukan obsesi mencari agama
dan tuhan universal yang kalian dambakan itu.
Semoga seruan kami ini mendapatkan sambutan dari
seluruh kalangan nonmuslim yang masih mencintai kebenaran dan ingin membangun
peradaban dunia yang berparas kenabian. Wallahu’alam bish shawab…
**************************
Kontributor: Al-Ustadh DR Muhammad Thalib. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Rmail: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment