Pentingnya Tawakal, Ikhtiar, Sabar, Syukur, dan Qana’ah
Menjaga aqidah akhlak merupakan hal
yang penting bagi kita. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain dengan
mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah akhlak, hal-hal yang dapat merusak
aqidah akhlak, menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak aqidah akhlak
dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
Mengingat begitu pentingnya aqidah
akhlak ini, maka sebagian sekolah mulai memasukkan aqidah akhlak ini ke dalam mata
pelajaran di sekolah. Karena usia anak-anak sekolah merupakan usia yang labil,
di mana perlu ditanamkan sejak dini agar mereka mempunyai aqidah yang baik dan
akhlak yang terpuji.
Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan
iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat
yang terpuji pula.
Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam,
kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Dalam artikelini akan dibahas akhlak-akhlak terpuji kepada diri sendiri.
Adapun sifat-sifat yang terpuji kepada diri sendiri diantaranya: Tawakkal, Ikhtiar,
Sabar, Syukur dan Qana’ah
A. Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab
yang artinya pasrah dan menyaerah. Secara istilah, tawakkal berarti sikap
pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT . Tawakkal dapat diberi pengertian
berserah diri kepada Allah SWT setelah semua proses pekerjaan atau amalan lain
sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus dilakukan setelah ada usaha
dan kerja keras dengan menerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi,
ketika seseorang belum berusaha secara optimal untuk mencapai suatu angan
atau cita-citanya, kemudian ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut
belum dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah
SWT, jangan menggantungkan sesuatu kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah-lah
yang mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras
tidak akan berarti apa-apa, jika Allah tidak menghendaki keberhasilan ats usaha
itu. Manusia boleh berharap dan harus terus berusaha dengan seganap daya upaya,
namun jangan lupa bahwa manusia tidak dapat menentukan suatau usaha itu
berhasil atau gagal. Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan aturan
yang benar, sehinga tidak ada penyimpangan akidah dan keyakinan dari perbuatan
tawakkal yang salah.
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah
berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 159, yang artinya “ Maka disebabkan rahmat
Allah-lah kamu berlaku lemah membut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu ,
kaena itu maafkanlah mereka dan bermusawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”. Dan dalam surat
al-Maidah ayat 23, yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah,
jika kamu orang-orang yang beriman.
Bentuk-bentuk Bertawakal. Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku
tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di
antaranya sebagai berikut : Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada
Allah SWT; Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah
SWT.; Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.; Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada
siapa pun dan pihan mana pun; dan Bersikap tegar dan tenang, baik dalam
menerima keberhasilan maupun kegagalan.
Contoh : Rajin belajar dan
tawakal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan kemudahan dalam
mengerjakan soal; Ayah dan Ibu Ahmad
adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh
yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka
selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup tentram di bawah
ridho Allah.
Dampak Positif Tawakal yaitu: Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan
usahanya mendapat ridho Allah; Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan
Allah yang mengatur segala-galanya. Mendapatkan keteguhan hati. Manusia
harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami kegagalan. Keberhasilan
usaha manusia ada pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh sebab itu,
manusia harus mau bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha secara
sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan usahanya.
Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar
usahanya berhasil baik.
B. Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab
(ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha
karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada
untuk meraih suatu harapan dan keingina yang dicita-citakan, ikhtiyar juga juga
dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain : a.
Surat al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung”. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a yang bermaksud :
“Sungguh, jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa talinya(untuk
mencari kayu bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu di atas
punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah mencukupi kebutuhannya(dengan hasil
itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik mereka(yang
diminta) member atau menolaknya.
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan
cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang
diinginkannya.
Banyak nilai positif yang terkandung
dalam perilaku ikhtiar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang
dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia karena
sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki
oleh setiap muslim agar mampu menghadapi semua godaan dan tantangan dengan
kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah perhatikan terlebih dahulu beberapa
hal berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu
berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan
waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan
usahanya.
C. Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan
uji. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas
patah hati, dan tidak lekas putus asa. Adapun menurut istilah, sabar
ialah kondisi ental seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada
dalam dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti sangat luas, misalnya amarah,
ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang
sabar adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan
salah satu akhlak terpuji dan kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya
keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan:
Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak
ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad
yang tidak memiliki kepala. Namun kesabaran
adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan
dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang
lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam
berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan
agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam
diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi
panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk
merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat
diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah
begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan
memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan
menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak
tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai
keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Iman al-Gazali membagi kesabaran
menjadi tiga macam, yaitu :
a.Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau
kewajiban dengan ikhlas.
b.Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati
saat menerima cobaan hidup.
c.Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan
maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat
bersenang-senang dalam maksiat.
Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200.
Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat
al-Baqarah ayat 155-156. Sabar dari
Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127. Dari Suhaib ra, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang
beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu
tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan
yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR.
Muslim)
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku sabar, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan
harapan
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran
akan membawa hasil yang positif.
c. Tidak mudah emosi atau marah.
d. Tidak tergesa-gesa.
e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku sabar, di antaranya sebagai
berikut :
a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan
oleh nafsu.
b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
c. Disayang oleh Allah.
d. Memiliki emosi yang stabil
e. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji Allah
da;am surat al-Baqarah ayat 155
f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak.
6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar, dengan:
a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik,
berakhlak mulia
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan
teman yang berwatak keras dan kasar.
d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak
menyenangkan.
e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f. Hindari sifat tergesa-gesa.
D. Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang
berarti berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih kepada
Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Apabila direnungkan
secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan
gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak mampu
menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan
nikmat dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya.
Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Pada dasarnya,
semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak
boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini bisa
dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang telah berjasa
menjadi perantara kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua
sebagai isyarat bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi perantara
nikmat Alloh. Orang yang tidak mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia
tidak mampu pula bersyukur kepada Alloh swt. Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya.
Allah tidak akan memperoleh keuntungan dengan syukur hamba-Nya dan tidak akan
rugi atau berkurang keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat.
Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur, diantaranya : Surat al-Baqarah ayat 152,
Surat an-Nahl ayat 114, Surat al-Ankabut ayat 17,
Allah berfirman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS 27: 40)
Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak
mensyukuri manusia, maka ia tidak mensyukuri Allah.'' (HR
Tirmidzi). Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu kembali.'' (QS 31: 14). Allah SWT berfirman, ''Dan (ingatlah) tatkala
Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih'.'' (QS 14: 7). Allah berfirman, ''Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16:
18). ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti
azab-Ku sangat berat."(QS.ibrahim : 14)
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku syukur, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima
kasihsetiap kali menerima menukmatan.
b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak
pamberinya.
c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan.
d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul
mal
e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa
membaca Al-Quran.
Banyak nilai positif yang terkandung
dalam perilaku syukur, di antaranya sebagai berikut :
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu
kewajiban hamba terhadap Allah SWT.
b. Terhindar dari sifat tamak
c. Terhindar dari murka Allah SWT.
d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
Membiasakan Diri Bersyukur, seperti: Menerima pemberian orang tua dengan senang
hati, Memanfaatkan uang untuk membeli
hal-hal yang bermanfaat, dan Tidak boros
dalam menggunakan uang
E. Qana’ah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang
berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah,
qonaah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada
kita. Dapat pula dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap perilaku menerima dan
menggunakan suatu pemberian Allah sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan
kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang haqiqi)
bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim). ekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah
Qona’ah. Dalam bahasa jawa sering diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur
terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh
manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi sebenarnya nikmat yang
diberikan oleh Allah tidak bisa terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda “Sungguh sangat beruntung
orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim).
Islam memberikan jaminan rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap
perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah terhadap apa-apa yang
diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan menjadikan hati menjadi Qona’ah.
Dan orang-orang yang bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada Allah.
Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat lebih banyak lagi karena kesyukurannya
tersebut. Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak pernah mempunyai
sifat Qona’ah dalam dirinya. Karena mereka merasa kekurangan terus menerus
dalam hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang kaya, Ia selalu
merasa puas terhadap apa yang didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu
menggoda manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya manusia selalu
merasa kurang terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu
tidak jatuh dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi harus diasah
dan dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar
untuk selalu berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah
baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah
dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri tetapi ia bagikan
kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak hanya
pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi pada waktu rizki melimpah pun
kita harus tetap qana’ah.
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain : Dalam surat
an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi tentang larangan bersikap iri
terhadap karunia yang diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak
suka melihat orang lain mendapatkan kesenangan
Bentuk-bentuk Qonaah sepert Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup, Tidak
banyak berangan-angan dan Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima
orang lain, Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah dengan
berjalan kaki, dan Merasa cukup dengan
kondisi yang pas-pasan,asalkan mampu menyekolahkan anaknya.
Nilai Positif Qonaah, diantaranya: Terhindar dari sifat tamak, Dapat merasakan
ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan
kepada dirinya dan Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar
dari ancaman siksa yang berat.
Membiasakan Diri Bersifat Qonaah, dengan: Sering memperhatikan orang-orang yang lebih
miskin daripada kita, Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita
tidak merasa kurang, Membiasakan diri berlaku hemat, Biasakan bersikap ikhlas dan
Hindari kebiasaan berangan-angan.
Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula. Ada berbagai
macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam, kepada sesama
manusia, dan kepada diri sendiri. Di antaranya yaitu tawakkal, ikhtiar, sabar,
syukur, dan qana’ah.
Tawakkal berarti sikap pasrah dan
menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah SWT. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya
orang yang berusaha berarti memilih. Sabar berarti tahan menderita sesuatu,
tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa. Bersyukur
adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada
dirinya. Qonaah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada
kita.
Menerapkan perilaku-perilaku di atas
bukan berarti kita menyerah begitu saja, tapi tetap berusaha sekuat tenaga.
Karena segala sesuatu hanya di tangan Allah SWT, manusia hanya bisa
berusaha.
**************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment