Sering kali kita menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah. Sudah berapa kali kita mendapatkan teguran dari Allah, melalui musibah, penyakit dan lainnya?!. Betapa banyak, kita membaca ayat-ayat Allah?! Akan tetapi, mengapa hati kita tidak tergetarkan oleh itu semua?!. Bahkan kita tetap merasa tidak terpanggil untuk kembali kepada Allah. Tidakkah kita berpikir walau sejenak: mengepa hati kita sedemikian keras?! Mengapa jiwa kita sedemikian kaku?! Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ {22} اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاء وَمَن يُضْلِلْ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Maka kecelakaan yang besar teruntuk orang-orang yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya, kemudian menjadi lunak/ tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Ia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.” (QS Az Zumar 23)
.
Ibnu Katsir berkata: “Inilah kriteria orang-orang yang baik ketika mendengar firman Allah Yang Maha Perkasa, Maha Menguasai, Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Ini terjadi karena mereka dapat memahami berbagai janji dan ancaman yang terkandung di dalamnya. Kulit mereka menjadi tergetar, karena merasa takut.”([1]). Bukan hanya itu, kita juga sering kali merasakan mudah untuk tergoda dan terjerumus dalam kubangan maksiat. Seakan-akan kita tak kuasa untuk menahan diri darinya, sampai-sampai kita sering berkata: berat bagi saya untuk meninggalkan pacaran, melirik wanita, merokok, makan riba dst. Tahukan, wahai saudaraku, bahwa ini semua adalah dampak langsung dari jiwa kita yang telah kaku, dan dipenuhi oleh noda-noda.
Pada suatu hari ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sepontan ia berkata: Wahai Rasulullah! Izinkanlah aku untuk berzina,”! Menyikapi pemuda ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap arif, beliau tidak berang atau murka. Beliau jelaskan kepadanya tentang kedudukan zina, selanjutnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut, dan berdoa:
(اللهم اغفر ذنبه وطهر قلبه وحصن فرجه) . فلم يكن بعد ذلك الفتى يلتفت إلى شيء. رواه أحمد والطبراني والبيهقي وصححه الألباني
.“Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.” Maka semenjak hari itu, pemuda tersebut tidak pernah menoleh ke sesuatu hal (tidak pernah memiliki keinginan untuk berbuat serong). ” (HR Riwayat Ahmad, At Thabrani, Al Baihaqy) dan dishahihkan oleh Al Albany. Dari hadits ini, kita dapat simpulkan bahwa yang menjadikan pemuda tersebut berpikiran dan berkeinginan buruk adalah karena hatinyanya yang kurang suci. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan agar Allah melimpahkan mensucikan hatinya.
Ini menunjukkan kepada kita betapa besarnya peranan hati yang suci dalam keistiqamahan seseorang. Dikarenakan sedemikian pentingnya kesucian jiwa, sampai-sampai Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa perlu untuk mengajarkan kepada sahabatnya agar berdoa memohon kesucian jiwa kepada Allah Ta’ala:
اللهم آت نفسي تقواها وزكها أنت خير من زكَّاها. رواه مسلم وغيره
“Ya Allah, limpahkanlah kepada jiwaku ketaqwaan, dan sucikanlah, sesungguhnya Engkau adalah Sebaik-baik Dzat yang mensucikan jiwa.” Riwayat Muslim dll.
Syeikh As Sa’dy berkata: “Kesucian jiwa adalah sarana tercapainya segala kebaikan. Sebagaimana jiwa yang suci merupakan penyeru terbesar kepada setiap ucapan yang baik dan amalan yang benar.” ([2]). Oleh karena itu tidak mengherankan bila Allah Ta’ala berfirman tentang ahlul kitab dan orang-orang munafiq:
]أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللّهُ أَن يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (
“Mereka itulah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Bagi mereka kehinaan di dunia dan bagi mereka di akhirat siksa yang besar.” (QS Al Maidah 41).
Berangkat dari ini semua, melalui tulisan ini, saya mengajak saudaraku seiman dan seakidah untuk bersama-sama berjuang menggapai kesucian jiwa. Dan diantara salah metode yang sangat efektif guna mensucikan jiwa adalah dengan berwudlu.
Wudlu, adalah ibadah yang sangat agung, bukan hanya dapat mensucikan raga kita dari najis atau hadats, wudlu juga dapat mensucikan jiwa. Akan tetapi agar, wudlu kita dapat memerankan peranannya yang sebenarnya, ada beberapa hal yang sebelumnya harus kita perhatikan:
Hal Pertama: Sebelum Berwudlu Bersihkan Jiwa Anda Dari Noda Syirik & Kemunafikan.
Dosa syirik, baik syirik akbar atau asghar adalah noda terbesar yang mengotori jiwa manusia. Dan tidak ada yang dapat membersihkan noda syirik dan kemunafikan selain tauhid (mengesakan Allah), dan ikhlas dalam beramal, termasuk ketika berwudlu.
Apalah manfaat kita berwudlu, bila ternyata batin kita ternodai oleh najis yang berupa syirik, riya’, sum’ah, ujub atau kemunafikan?! Walaupun kita berwudlu berjuta-juta kali, akan tetapi bila noda syirik tetap melekat dalam jiwa kita, maka kita tidak akan pernah suci. Oleh karena itu tidak mengherankan bila Allah Ta’ala mengharamkan atas orang-orang yang berjiwa najis untuk memasuki kota Makkah.
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَـذَا(
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” (QS At Taubah 28).
Ibnu Katsir berkata: ”Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dan yang suci agama dan lahirnya, untuk mengusir orang-orang musyrikin yang agamanya adalah najis dari Masjid Haram. Dan agar mereka tidak mendekatinya, setelah diturunkannya ayat ini.”([3])
Oleh karena itu, sebelum kita berwudlu, hendaknya kita menata kembali jiwa dan niat kita, sehingga kita dapat menggapai dua kesucian sekaligus; kesucian jiwa dan raga.
Hal Kedua : Wudlu Membebaskan Kita Dari Cengkeraman Syetan.
Syetan senantiasa berjuang dengan segala daya dan upayanya untuk menodai dan menguasai jiwa kita, agar kita tunduk kepada setiap bisikannya? Oleh karena itu, syetan senantiasa menanti kesempatan untuk dapat sampai kepada hati kita. Oleh karena itu ketika kita sedang tidur, syetan bergegas untuk mencari celah agar dapat menguasai jiwa kita. Diantara cara syetan untuk itu ialah dengan mengikatkan tiga ikatan pada kepada kita, agar kita terlelap tidur dan tidak mudah terjaga ketika dikumandangkan seruan untuk sholat. Sebagaimana syetan juga bersiaga dengan bermalam di dalam hidung kita, menunggu kesempatan untuk dapat masuk ke dalam hati kita.
Diantara metode yang diajarkan islam guna menghadapi makar syetan ini ialah dengan berwudlu.
(يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ على قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إذا هو نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فذكر اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صلى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ) متفق عليه
“Syetan senantiasa mengikatkan tiga ikatan di pangkal kepala kalian, bila ia sedang tidur. Syetan menepuk pada setiap ikatan, sambil berkata: malam masih panjang, maka tidurlah. Bila ia terjaga lalu berdzikir kepada Allah, maka satu ikatan akan terurai, dan bila ia berwudlu, maka satu ikatan lagi akan terurai, dan bila ia sholat, maka satu ikatan lagi akan terurai, sehingga ia pada pagi itu akan menjadi bersemangat (energic) dan berjiwa baik, dan bila ia tidak melakukan hal itu, maka jiwanya menjadi buruk dan pemalas.” Muttafaqun ‘alaih.
Pada hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(إذا اسْتَيْقَظَ أحدكم من مَنَامِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فإن الشَّيْطَانَ يَبِيتُ على خَيَاشِيمِهِ) متفق عليه
“Bila salah seorang dari kalian terjaga dari tidurnya, maka hendaknya ia memasukkan air ke dalam hidungnya lalu ia mengeluarkannya kembali, karena sesungguhnya syetan bermalam di dalam hidungnya.” Muttafaqun ‘alaih.
Al Qadli ‘Iyadh berkata: “Bisa saja yang dimaksud dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ” sesungguhnya syetan bermalam di dalam hidungnya” adalah benar-benar syetan berada dalam hidungnya. Karena hidung adalah salah satu lubang badan yang dapat menghubungkan ke hati kita, terlebih-lebih tidak ada lubang badan yang tidak bertutup selain hidung dan kedua telinga. Dan dalam hadits disebutkan bahwa syetan tidak dapat membuka sesuatu yang tertutup. Sebagaimana, kita diperintahkan untuk menahan (mulut kita agar tidak terbuka) ketika kita menguap, guna mencegah masuknya syetan melalui mulut kita.”([4])
Hal Ketiga: Wudlu Membersihkan Dosa.
Dosa dan khilaf adalah suatu hal yang sering kita lakukan. Akan tetapi yang jarang kita lakukan adalah menyesali dan bertaubat dari kekhilafan tersebut. Dan setiap perbuatan dosa, baik besar atau kecil, merupakan noda yang mengotori jiwa kita. Bila kita terus menerus melakukan dosa dan tidak bertaubat, lambat lahun jiwa kita akan mati. Dan bila jiwa seseorang telah mati-na’uzubillah min dzalika- , maka ia tidak akan dapat membedakan antara yang baik dan buruk.
(إن المؤمن إذا أذنب ذنبا، كانت نكتة سوداء في قلبه، فإن تاب ونزع واستغفر، صقل منها قلبه، فإن عاد رانت، حتى يغلق بها قلبه، فذاك الذي ذكر الله عز وجل في كتابه ]كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ[ رواه أحمد والترمذي والحاكم والبيهقي وحسنه الألباني
“Sesunggunya bila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi satu titik hitam di hatinya. Bila ia bertaubat, berhenti dan beristrighfar, maka hatinya akan kembali cemerlang. Akan tetapi bila ia mengulanng kembali, maka hatinya akan berkerak, hingga (suatu saat hatinya akan tetutup dengannya. Itulah yang Allah Azza wa Jalla sebutkan dalam kitab-Nya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu telah menutup hati mereka.” Riwayat Ahmad, At Tirmizy, Al Hakim, Al Baihaqy dan dihasankan oleh Al Albani.
Demikianlah halnya dosa-dosa yang sering kita lakukan, dan demikianlah peranan taubat dan istighfar dalam menjaga kesucian jiwa kita. Walau demikian, ternyata bukan hanya istighfar saja yang dapat menjaga kebersihan jiwa kita dari noda dosa. Terdapat banyak hal yang dapat berfungsi membersihkan jiwa kita dari noda-noda kemaksiatan, diantaranya ialah wudlu.
(ما مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ فَيَتَمَضْمَضُ وَيَسْتَنْشِقُ فَيَنْتَثِرُ إلا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ وَفِيهِ وَخَيَاشِيمِهِ، ثُمَّ إذا غَسَلَ وَجْهَهُ كما أَمَرَهُ الله إلا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ من أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مع الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إلى الْمِرْفَقَيْنِ إلا خَرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ من أَنَامِلِهِ مع الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ إلا خَرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ من أَطْرَافِ شَعْرِهِ مع الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إلى الْكَعْبَيْنِ إلا خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ من أَنَامِلِهِ مع الْمَاءِ. فَإِنْ هو قام فَصَلَّى فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عليه وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هو له أَهْلٌ وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ إلا انْصَرَفَ من خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يوم وَلَدَتْهُ أُمُّهُ) رواه مسلم
“Tidaklah ada seseorang dari kalian yang mengambil air wudlunya, kemudian ia berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya kembali, melainkan dosa-dosa wajah, mulut dan hidungnya akan berguguran bersama. Kemudian bila ia membasuh wajahnya sebagaimana yang Allah perintahkan, maka dosa-dosa wajahnya akan berguguran melalui ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian bila ia membasuh kedua tangan hingga kedua sikunya, maka kesalahan tangannya akan berguguran melalui ujung jemarinya bersama tetesan air. Kemudian bila ia mengusap kepalanya, maka kesalahan kepalanya akan berguguran melalui ujung rambutnya bersama tetesan air. Kemudian bila ia membasuh kedua kaki hingga kedua mata kakinya, maka dosa kakinya akan bergg suguran melaui ujung jemari kakinya bersama tetesan air. Lalu bila ia bangun dan sholat, dan ketika ia sholat ia memuji Allah, menyanjung, dan mengagung-Nya dengan pujian yanesuai dengan Allah, serta ia mengosongkan seluruh hatinya untuk Allah (khusu’), melainkan ia akan terbebas dari dosanya, seperti tatkala ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Muslim).
Demikianlah peranan wudlu dalam membersihkan noda-noda kemaksiatan yang dapat mengotori jiwa kita. Andai kata, ketika hendak berwudlu, terlebih dahulu kita bertaubat dari segala dosa, niscaya peranan wudlu dalam membersihkan jiwa kita akan lebih sempurna.
Setelah kita membahas tiga hal peran wudhu untuk kesucian jiwa, kita akan lanjutkan dua hal lagi yang tersisa:
Hal Keempat : Berkesempatan Minum Dari Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setiap kita pasti mendambakan untuk mendapatkan syafa’at nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkesempatan minum dari telaga beliau. Dan pada saat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan mengizinkan kepada selain umatnya untuk minum dari telaga tersebut. Ini adalah suatu kebanggaan bagi umat Islam.
Pernahkan anda berpikir, bagaimanakah caranya agar anda dapat dikenali oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga diizinkan oleh beliau untuk minum dari telaganya? Padahal seluruh manusia dan jin dari zaman nabi Adam ‘alaihissalaam hingga manusia terakhir dikumpulkan di tempat yang sama?
Saudaraku, tidakkah anda ingin tahu bagaimana caranya agar dapat dikenal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Bila anda benar-benar menginginkannya, maka simaklah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
(إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ من آيلة من عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا من الثَّلْجِ وَأَحْلَى من الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ من عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لَأَصُدُّ الناس عنه كما يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ الناس عن حَوْضِهِ) قالوا يا رَسُولَ اللَّهِ: أَتَعْرِفُنَا يَوْمَئِذٍ؟ قال: (نعم، لَكُمْ سِيما لَيْسَتْ لأَحَدٍ من الأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِينَ من أَثَرِ الْوُضُوء). رواه مسلم
“Sesungguhnya telagaku lebih luas dibanding jarak antara Ailah (terletak diperbatasan antara Mesir dan Syam/Palestina) dengan kota Aden (Yaman). Telagaku lebih putih dibanding salju, lebih manis dibanding madu yang dicampur dengan susu. Bejananya lebih banyak dibanding jumlahnya bintang. Dan aku akan menghalang-halangi orang lain, layaknya seseorang yang menghalang-halangi onta orang lain (agar tidak minum) dari telaganya. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah kala itu engkau dapat mengenali kami ? Beliau menjawab: Ya, kalian memiliki pertanda yang tidak dimiliki oleh siapapun dari umat-umat lain. Kalian datang kepadaku dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kedua kaki kalian bercaha dari bekas berwudlu.” Riwayat Muslim.
Hal Kelima : Tinggikan Derajat Anda Dengan Berwudlu.
Orang-orang yang mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah adalah orang-orang yang telah berhasil merealisasikan iman dalam jiwa dan raganya. Sehingga tidaklah ia berperilaku dan bertutur kata melainkan dengan hal-hal yang diridlai Allah, yang semua itu merupakan cerminan dari kesucian jiwanya.
]وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى {75} جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاء مَن تَزَكَّى[ طه 75-76
“Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itu orang-orang yang memperoleh derajat-derajat yang tinggi (mulia). (Yaitu) surga ‘Aden yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang-orang yang telah mensucikan dirinya (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS Thoha 75-76).
Bila kita membaca ayat ini, niscaya berkobar harapan untuk dapat menggapai kedudukan yang tinggi nan mulia di sisi Allah, yang berupa surga ‘Aden, tempat tinggal orang-orang yang telah mensucikan diri mereka.
Saudaraku! Tahukan engkau, bahwa wudlu adalah salah satu hal yang dapat menghantarkan kita kepada derajat yang tinggi nan mulia di sisi Allah?!
قال: (ألا أَدُلُّكُمْ على ما يَمْحُو الله بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟)eعن أبي هُرَيْرَةَ t أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قالوا: بَلَى يا رَسُولَ اللَّهِ. قال (إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ على الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إلى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ) رواه مسلم.
Dari sahabat Abu Hurairah , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sudikah kalian aku tunjukkan kepada suatu hal yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat?” Spontan para sahabat menjawab: Tentu Ya Rasulullah!. Rasulullah bersabda: “Menyempurnakan wudlu walau dalam keadaan susah (karena dingin, atau panas atau sakit atau lainnya-pen), banyak melangkahkan kai ke masjid , menantikan (datangnya waktu sholat) selepas menunaikan sholat, maka itu adalah berjaga-jaga (di jalan Allah), maka itu adalah berjaga-jaga (di jalan Allah)”. Riwayat Muslim.
Bila kita telah memahami kelima kiat diatas, mungkin kita akan lebih mudah untuk memahami sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
(من تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ قال: أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ له وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللهم اجْعَلْنِي من التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي من الْمُتَطَهِّرِينَ، فُتِحَتْ له ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ من أَيِّهَا شَاءَ) رواه الترمذي وصححه الألباني
“Barang siapa yang berwudlu, dan ia menyempurnakan wudlunya, lalu ia berdoa: “Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang layak untuk diibadahi selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci” niscaya akan dibukakan untuknya kedelapan pintu surga (semuanya), dan ia dipersilahkan untuk masuk dari pintu manupun yang ia kehendaki”. (HR Riwayat At Tirmizyi) dan dishahihkan oleh Al Albany.
Al Mubarakfuri berkata: “Dikarenakan taubat itu adalah kesucian batin dari noda-noda dosa, sedangkan wudlu adalah kesucian lahir dari hadats-hadats yang menghalangi seseorang dari mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala, maka sangat tepat bila orang yang berwudlu menggabungkan keduanya dalam doa.”([5])
Saudaraku seiman dan seakidah! Andai setiap berwudlu, kita menghadirkan berbagai hikmah dan pelajaran agung di atas, niscaya –atas izin Allah- kesucian jiwa akan mudah kita gapai. Cobalah saudaraku! bila anda hendak berwudlu untuk sholat atau lainnya, hadirkanlah hikmah-hikmah di atas dalam niat (batin) anda, agar anda dapat merasakan betapa indahnya kesucian jiwa.
Semoga, uraian singkat ini bermanfaat bagi saya dan anda semua, dan semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq-Nya kepada kita, sehingga kita dapat mensucikan jiwa kita yang penuh dengan noda dosa dan maksiat. Wallahu a’lam bis showaab.
Notes:
[5] ) Tuhfatul Ahwazy oleh Al Mubarukfuri 1/150.
***********************
Kontributor: Ustadh DR Muhammad Arifin Badri, MA .Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Kontributor: Ustadh DR Muhammad Arifin Badri, MA .Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment