Umat di masa Nabi Musa AS
mudah terpengaruh hal-hal yang berhubungan dengan ilmu gaib atau sihir. Oleh
karenanya, Allah SWT menganugerahkan sembilan mukjizat kepada Nabi Musa AS
untuk meyakinkan orang-orang di masa itu atas keberadaan dan kekuatan Musa AS.
Dari sembilan mukjizat yang diberikan Allah SWT itu hanya dua yang terkenal
sementara tujuh mukjizat yang lain seringkali terlupakan.
Sebelum kita membahas
peristiwa-peristiwa menarik ini, seyogyanya kita uraikan terlebih dahulu
perbedaan antara mukjizat dengan sihir. Sebuah mukjizat adalah suatu aksi atau
perbuatan luar biasa dan lain daripada yang lain dan tidak dapat dilakukan oleh
orang biasa. Terjadinya mukjizat hanya diberikan oleh Allah SWT melalui para
Nabi-Nya yang terpilih. Tanda-tanda suatu mukjizat yang lain adalah:
• Pelaku mukjizat selalu
berakhlak mulia dan tidak mepertontonkan mukjizatnya kepada umat hanya untuk
sekedar main-main.
• Masing-masing Nabi
hanya dapat menunjukkan mukjizat-mukjizat yang ditentukan Allah SWT bagi
dirinya. Wewenang atas mukjizat semata-mata ada pada Allah SWT.
• Mukjizat dengan jelas
menunjukkan bahwa terjadinya karena ada kekuatan yang lebih tinggi yang membuat
hal itu bisa terjadi.
• Pribadi-pribadi pilihan
yang menjadi perantara untuk melakukan mukjizat tidak pernah menganggap bahwa
yang dilakukannya itu karena kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Mereka
percaya bahwa Allah SWT yang telah mengijinkan terjadinya mukjizat itu demi
memperlihatkan Keberadaan-Nya dan Kekuatan-Nya, dan untuk menumbuhkan Iman
kepada-Nya.
• Bukan berupa tipu daya kebendaan yang nampak seolah-olah istimewa bagi yang melihatnya.
• Berlangsungnya mukjizat terlihat jelas oleh semua yang menyaksikannya, tidak seperti pertunjukkan sulap atau sihir yang hanya nampak sungguhan bagi penontonnya saja namun tidak demikian bagi pemainnya.
• Bukan berupa tipu daya kebendaan yang nampak seolah-olah istimewa bagi yang melihatnya.
• Berlangsungnya mukjizat terlihat jelas oleh semua yang menyaksikannya, tidak seperti pertunjukkan sulap atau sihir yang hanya nampak sungguhan bagi penontonnya saja namun tidak demikian bagi pemainnya.
• Para Nabi yang diberi
mukjizat tidak pamer ataupun menyombongkan kemampuan anugerah Allah SWT itu.
• Para Nabi tidak
mengharapkan perhargaan, imbalan uang, maupun ketenaran pribadi atas
mukjizatnya.
Disisi lain, sihir adalah
pekerjaan tipuan-mata yang dipertunjukkan oleh orang-orang yang berkepribadian
lemah atau bahkan tak berkepribadian sama sekali. Hidup mereka (tukang-tukang
sihir itu) penuh dengan dosa. Sebaliknya dengan para Nabi yang memperoleh
mukjizat, bahkan penentang-penentangnya pun meyakini bahwa para Nabi itu adalah
orang-orang yang baik pribadinya. Karena sihir hanyalah tipu daya kebendaan
semata, maka dapat dengan mudah dikacaukan. Tidaklah demikian halnya dengan
mukjizat, karena adalah murni perbuatan Allah SWT semata. Sebagai contoh,
didalam Surat Al-Anfal Ayat 17, Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW,
…, sesungguhnya, bukanlah
kamu yang melempar ketika kamu melempar, adalah Allah yang melempar mereka. …
Segenggam debu bercampur
kerikil yang dilemparkan oleh Rasulullah SAW ke arah pasukan musuh di Perang
Badar berubah menjadi badai debu atas campur tangan Allah SWT sehingga
membuyarkan barisan pasukan musuh. Akibatnya, pasukan kaum kafir menderita
kekalahan telak dari pasukan Muslim yang berjumlah lebih kecil dibandingkan
mereka. Sihir biasanya dikerjakan untuk keperluan mencari uang ataupun
mendongkrak popularitas. Sihir juga bisa dilakukan untuk menimbulkan
perselisihan antara seseorang dengan yang lain, bahkan untuk merusak hubungan
suami-istri. Begitulah sihir, disatu sisi nampaknya bisa menghibur, namun bila
disalahgunakan bisa berakibat sangat menghancurkan.
Kini, marilah kita
kembali membahas Mukjizat Nabi Musa AS. Kapan saja Nabi Musa AS mengeluarkan
tangan beliau dari balik jubah, telapak tangan beliau nampak putih bercahaya,
ini bukan karena suatu penyakit. Fir’aun, penguasa pada waktu itu, mengumpulkan
para penyihir handal dan merancang adu kepiawaian dengan Nabi Musa AS. Para
penyihir bertanya kepada Musa AS, “Kamikah yang akan memulai menunjukkan
kebolehan kami, ataukah kamu mau lebih dahulu?” Musa menjawab, “Silahkan
kalian memulai.” Maka mulailah para penyihir itu melemparkan tali-tali mereka
ke tanah, dimata para penonton nampak bahwa itu adalah ular-ular yang
berkeliaran. Kemudian, Nabi Musa AS melemparkan tongkat beliau ke tanah. Tidak
hanya sekedar berubah menjadi seekor ular, tetapi bahkan ular ini terus
bergerak menelan ular jadi-jadian buah tipu-daya para penyihir itu. Maka
Fir’aun pun menderita kekalahan yang menyakitkan.
Terinspirasi oleh dua
mukjizat di atas, banyak orang-orang yang tidak beriman sepanjang hidupnya
berubah menerima Islam. Maka Fir’aun berkata kepada kaum Muslim ini,
(sebagaimana diwahyukan Allah SWT kepada Rasulullah SAW didalam Al-Qur’an Surat
Al-A’raaf Ayat 124-125)
“Akan kupotong tangan dan
kaki kalian pada sisi yang berlainan sebagai hukuman. Dan aku salib kalian
bersama-sama. Maka merekapun (Ahli-ahli sihir) menjawab, “(Tidak menjadi
masalah bagi kami) Sesungguhnya bagaimanapun juga kami akan menemui Rabb
(Tuhan) kami.” Mereka
yang baru saja menjadi muslim inipun memanjatkan sebuah doa yang indah.(Surat
Al-A’raaf Ayat 126). “… Wahai Tuhan kami, tambahkanlah kesabaran dalam diri
kami, dan wafatkanlah kami sebagai Muslim (orang yang berserah-diri (kepada
Allah)).
Nabi Musa AS berdakwah menyeru orang-orang kafir selama duapuluh tahun di Mesir. Namun orang-orang kafir berulang-kali melanggar janji-janji mereka, dan terus mengganggu dan menganiaya orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, Allah SWT telah menurunkan banyak tanda-tanda yang terang sebagai hidayah/petunjuk bagi Fir’aun dan rakyatnya. Berikut adalah uraian ringkas perihal tanda-tanda itu:
Rakyat Fir’aun telah
mengalami kekurangan pangan (paceklik) dan bahkan kekurangan buah-buahan selama
beberapa tahun. Fir’aun dan para pengikutnya pun berjanji kepada Musa AS, bahwa
jika Tuhannya Musa menghilangkan kesulitan ini maka mereka akan mengikuti Jalan
Allah SWT. Dan Musa AS pun memanjatkan doa, maka paceklik pun berlalu.Tetapi
orang-orang kafir itu ingkar janji dengan mengatakan, “Paceklik itu pasti
berlalu setelah sekian lama berlangsung.” Allah SWT pun menurunkan hujan
badai yang berakibat banjir sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka. Maka
mereka berjanji akan menerima Islam jika banjir berhenti. Nabi Musa AS kembali
memohon kepada Allah SWT agar menghentikan hujan. Banyaknya air hujan yang
membasahi bumi menyuburkan tanah sehingga hasil pertanianpun jadi sangat melimpah.
Pemandangan indah berlimpahnya hasil pertanian membuat orang-orang kafir merasa
aman dan mapan, dan tidak lagi mempedulikan janji yang telah mereka ucapkan
kepada Nabi Musa AS.
Akibatnya, Allah SWT
mengirimkan hama belalang yang dengan ganasnya memakan semua tanaman pertanian yang
tengah tumbuh subur. Alhasil, ladang pertanian yang telah membesar-hatikan
orang-orang kafir itupun sirna dalam sekejap mata. Lagi-lagi mereka minta tolong
kepada Musa AS untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka terbebas dari
kemalangan ini. Mereka berjanji lagi, “Kali ini, kami pasti menepati janji.”
Musa AS kembali lagi memohon kepada Allah SWT. Hama belalang pun tidak lagi
dikirimkan Allah SWT. Ladang pertanian mereka pulih kembali. Begitu masa panen
tiba, mereka menuai hasilnya dan menyimpannya di rumah-rumah mereka. Dan sekali
lagi, mereka pun melupakan janji mereka.
Selanjutnya, Allah SWT
menurunkan hama pengerat (kutu dsb) untuk memakan hasil panen yang mereka
simpan di rumah. Lagi-lagi, orang-orang kafir ini bergegas kepada Nabi Musa AS
dengan permintaan dan janji yang sama. Dengan penuh kesabaran, Nabi Musa pun
memenuhi permintaan mereka dan sekali lagi memohon pertolongan Allah SWT.
Sekali lagi siksaan dihentikan, sekali lagi pula orang-orang kafir ini
mengulangi perbuatan mereka. Merasa cukup pangan, bisa makan enak dan menikmati
hidup, mereka tidak lagi membutuhkan Allah SWT sama sekali.
Allah menghukum mereka
dengan mengirimkan beribu-ribu katak ke lahan mereka. Katak pun menyebar
kemana-mana, di rumah-rumah mereka, di teko pemasak air, di dalam tempat
penyimpanan makanan, juga didalam air minum mereka. Orang-orang kafir ini
menangis sejadi-jadinya penuh keputus-asaan, lalu meminta Musa kembali berdoa,
dan berjanji lagi untuk berserah-diri (ber-Islam) segera setelah mereka
terbebaskan dari masalah. Musa AS yang baik hati pun kembali lagi memohon
pertolongan Allah, dan Allah pun mengabulkan, katak-katak itupun disingkirkan
dari mereka. Lagi-lagi pula, orang-orang kafir ini tidak hanya mengingkari
janji mereka, bahkan menjadi-jadi kesombongan mereka dengan berkata, “Musa
benar-benar seorang penyihir yang sangat piawai.”
Allah SWT mengirimkan
lagi satu hukuman yang lain, kali ini dalam bentuk darah. Ketika orang-orang
kafir mengambil air minum dari sumur, air yang diambil berubah menjadi darah.
Makanan yang mereka makan pun berisi darah. Jika mereka mencoba memasak
makanan, juga berubah menjadi darah. Atas mukjizat Allah SWT, orang-orang
mukmin terhindar dari keadaan ini. Kejadian ini hanya berlangsung di
rumah-rumah orang-orang kafir. Kemudian, jika orang-orang kafir meminta air
kepada orang-orang mukmin, air itupun berubah menjadi darah begitu akan
dimanfaatkan oleh orang-orang kafir.
Lagi-lagi para pengikut
Fir’aun ini bergegas kepada Nabi Musa AS dengan janji-janji yang selanjutnya
mereka ingkari lagi ketika hukuman telah diangkat dari mereka. Oleh karena
perilaku mereka yang demikian itulah Allah SWT berfirman, “Mereka itu amat
sombong dan adalah pelaku dosa-pelaku dosa kambuhan (keras kepala dalam
keburukannya).”
Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun datang lagi kepada Musa AS agar mendoakan mereka. Dengan janji, bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah SWT setelah mereka terbebaskan dari penderitaan ini.
Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun datang lagi kepada Musa AS agar mendoakan mereka. Dengan janji, bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah SWT setelah mereka terbebaskan dari penderitaan ini.
Namun, kemudian mereka
bukannya sekedar ingkar janji, bahkan mereka melemparkan tuduhan bahwa
keberadaan Musa di tengah-tengah merekalah yang mengakibatkan terjadinya
kemalangan demi kemalangan itu. Maka, orang-orang kafir mengusir Nabi Musa AS
dan para mukminin dari rumah mereka, selanjutnya kaum kafir itupun mengikuti
kemana mereka pergi untuk kemudian membunuh mereka. Akhir pelarian kaum Muslim
pengikut Musa AS, sampailah mereka di tepi laut. Allah SWT membelahkan air laut
untuk mereka, sehingga mereka bisa selamat sampai ke seberang. Adapun Fir’aun
dan para pengikutnya; yang mengejar Musa AS dan orang-orang mukmin dengan penuh
amarah; ditenggelamkan oleh Allah SWT di dalam laut.
Ulama telah menyimpulkan
bahwa masa paceklik dan kekurangan buah-buahan itu berlangsung selama tujuh
tahun. Adapun hukuman yang lain, masing-masing berlangsung selama seminggu.
Diantara satu hukuman dengan yang lain mereka mempunyai waktu pembebasan selama
tiga minggu. Namun tak satupun dari peringatan-peringatan itu menjadi penolong
bagi mereka untuk keluar dari kegelapan kekufuran.
Hal diatas diceritakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui firman-Nya yang terdapat didalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 130~133,
Hal diatas diceritakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui firman-Nya yang terdapat didalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 130~133,
Dan Sesungguhnya Kami
telah menghukum para pengikut Fir’aun dengan paceklik dan kekurangan pangan
sebagai peringatan (agar mereka mengambil pelajaran). Namun ketika kebaikan
(kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini hasil kerja keras
kami.” Namun ketika kemalangan mendera mereka, mereka lemparkan sebab
kemalangan itu kepada Musa dan para pengikutnya. Ketahuilah! bahwa sesungguhnya
kemalangan itu dari Allah (karena kekufuran mereka), namun kebanyakan mereka
tidak mengetahui. Mereka berkata, “Bagaimanapun yang kamu datangkan tanda-tanda
untuk menyihir kami, sekali-kali kami tidak akan beriman kepadamu”. Maka Kami
turunkan kepada mereka; hujan badai, belalang, kutu, katak, dan darah (secara
berturut-turut) sebagai tanda bukti yang terang, namun tetap saja mereka
berlaku sombong, dan mereka adalah kaum mujrimun (jahat perangainya, penyembah
berhala, pelaku dosa).
Sejauh pembahasan kita, sampai disini kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
- Orang sangat mudah melupakan Allah SWT ketika mereka dalam kemakmuran, meskipun seharusnya kenikmatan yang diperoleh hendaknya menjadikannya lebih bersyukur. Sayangnya, kebanyakan kita berbuat sebaliknya. Misalnya, Walaupun kita telah berkecukupan sarana dan prasarana yang bagus-bagus, sangat sedikit dari kita yang menghadiri shalat berjama’ah ke masjid secara teratur. Allah SWT tetap berkehendak untuk memberikan petunjuknya walaupun kepada para pelaku dosa kambuhan.
- Allah SWT memberikan pengampunan lagi dan lagi (hingga waktu yang ditetapkan-Nya)
- Nabi-nabi memiliki sifat kesabaran dan ketulusan yang tiada tara, sehingga oleh karena itu mereka menjadi orang-orang pilihan Allah SWT. Barangsiapa mendapatkan petunjuk hendaklah sadar-diri bahwa ia sangat beruntung, dan karenanya haruslah ia bersyukur kepada Allah SWT. Bahwasanya kita memiliki mukjizat yang tetap hidup di tengah-tengah kita, yakni Kitabullah Al-Qur’an. Maka hendaklah kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang terkandung didalam Al-Qur’an agar kita dapat menikmati keberhasilan dalam hidup kita sekarang dan hidup kita di masa yang kemudian. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan barakah-Nya kepada kita. Amiin.
************************
Kontributor: Ust. Imtiaz Ahmad, MS, MPhil; Diterjemahkan oleh Ir. Gusti Noor Barliandjaja dan Muhammad Arifin M.A. (Madinah); Editor: Ustaz. Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF
Comments
Post a Comment