“Nabi dan Rasul Tauladan Dalam Kesabaran” 📚
📝 Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) sebagai seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabbnya).[Shaad: 44]
Semakin mulia kedudukan seorang hamba di sisi Allah, semakin besar ujian yang akan diterimanya. Ibarat pohon, semakin tinggi menjulang semakin dahsyat angin menerpa. Demikianlah apa yang menimpa para nabi dan Rasul. Dari rasul yang pertama hingga penutup para nabi dan Rasul, Muhammad bin Abdillah shalallohu'alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
إن من أشد الناس بلاء الأنبياء ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم
“Sebesar-besar ujian di sisi Allah adalah para nabi, kemudian derajat tertinggi berikutnya, kemudian derajat tertinggi berikutnya”
Allah banyak kisahkan kesabaran para nabi dan rasul dalam Al-Quran. Diantara hikmahnya, agar manusia mengambil ibroh dari kisah-kisah tersebut dan agar mereka kokoh dalam menghadapi ujian, tegar diatas kesabaran seperti para nabi dan rasul bersabar.
Salah satu berita itu adalah kisah nabi Ayyub ‘alaihissalam.
Allah menguji beliau dengan berbagai ujian, hingga Allah tampakkan Ayyub di hadapan manusia bahwa beliau adalah diantara sebaik-baik hamba-Nya dan sebaik-baik orang yang sabar.
Ayyub as adalah seorang Nabi dan Rasul yang Allah limpahkan harta kekayaan, Allah anugerahi pula istri yang shalihah dan anak keturunan yang banyak. Datang ujian bertubi kepada Ayyub. Penyakit kulit beliau hingga bernanah, mushibah berlanjut dengan kematian semua putra-putrinya dan musnahnya semua harta benda. Manusia pun menjauhi beliau, bukan hanya orang yang tak kenal beliau, sanak keluarga dan karib kerabatpun hengkang meninggalkan beliau seorang diri kecuali dua orang saudaranya yang terus menjenguk di waktu pagi dan petang.
Cukup lama musibah mendera diri nabi Ayyub, bukan hanya setahun dua tahun, bahkan belasan tahun Allah mengujinya. Dalam sebuahh hadits Rasulullah bersabda:
إنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ كَانَ فِي بَلَائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً، فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَانِ مِنْ إِخْوَانِه
Sesungguhnya nabiyyullah ayyub diuji degan musibah selama 18 tahun hingga keluarganya menolaknya dan mengusirnya, kecuali dua orang laki-laki dari saudaranya. (Hadits Shahih dari Anas bin Malik).
Mushibah yang berkepanjangan tidak menjadikan beliau berputus asa dari rahmat Allah, justru setiap musibah menambah Nabi Ayyub bersabar dan menambah untuk beliau selalu mendekat kepada Allah. Doa dan permohonan selalu beliau panjatkan kepada Rabbul ‘alamin. Allah Ta’ala Berfirman:
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ *
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya; "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan".
Datanglah pertolongan Allah, setelah sekian lama beliau tunduk, berserah diri, memohon dan memohon kepada Rabbul ‘alamin. Allah perintahkan beliau pukulkan kaki ke bumi hingga tersemburlah air sebagai air minum dan obat. Allah berfirman:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ *
(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.
Mandilah nabi Ayyub dengan air segar dan sejuk tersebut. Seketika itu sembuhlah semua sakit yang beliau derita dengan idzin Allah. Datanglah jalan keluar setelah kesempitan menghimpit. Allahu akbar.
Lalu bagaimana kekayaan dan keluarga beliau? Allah kabarkan kepada kita dalam firman-Nya:
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.
Dikatakan bahwa anak keturunan yang meninggal Allah hidupkan kembali, dikumpulkan bersama Nabi Ayyub 'alaihissalam demikian pula Allah kembalikan hartanya dan Allah lipatgandakan untuk beliau.
********************************
Dinukil dari Majallah Qudwah. Penulis : Abu Ismail Muhammad Rijal. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment