Skip to main content

Berinteraksi dengan Al-Quran dalam Tilawah



BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN DALAM TILAWAH


Di antara bentuk interaksi seorang pembaca atau pendengar Al-Quran saat tilawah, baik di dalam ataupun di luar shalatnya adalah berdzikir dan berdoa saat melalui ayat-ayat dzikir dan doa. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam *Shahih Muslim* (1291), dari *Hudzayfah* _radhiyallaahu 'anhu_:

*صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ*

"Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah _shallallaahu 'alayhi wasallam_, lalu beliau mulai membaca surat Al-Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al-Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An-Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Aali 'Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. *Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan.*"

*Al-Imam An-Nawawi* _rahiimahullaah_ berkata dalam *Syarh Sahih Muslim* (3/320):

_“Hadits ini menunjukkan sunahnya perkara tersebut bagi setiap orang yang membaca (Al-Quran) di dalam ataupun di luar shalat, dan berdasarkan madzhab kami – yakni Asy-Syafi'i – sunahnya hal ini bagi imam, makmum ataupun orang yang shalat sendirian.”_

Dalam *Sunan Abu Dawud* (753) diriwayatkan dari *Abu Hurayrah* _radhiyallaahu 'anhu_:

*قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ مِنْكُمْ { وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ } فَانْتَهَى إِلَى آخِرِهَا { أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ } فَلْيَقُلْ بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنْ الشَّاهِدِينَ وَمَنْ قَرَأَ { لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ } فَانْتَهَى إِلَى { أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى } فَلْيَقُلْ بَلَى وَمَنْ قَرَأَ { وَالْمُرْسَلَاتِ } فَبَلَغَ { فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ } فَلْيَقُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ*

"Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam_ bersabda: "Barangsiapa di antara kalian membaca; *"Wat tiini waz zaytuuni* (Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun), " sampai akhir ayat *"Alaysallaahu biahkamil haakimiin"* (Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?) " hendaknya ia mengucapkan; *"Balaa wa Ana 'alaa dzaalika minasy syaahidiin."* (Benar, dan kami menjadi saksi untuk itu). Dan barangsiapa membaca; *"Laa uqsimu biyawmil qiyaamah"* (Aku bersumpah demi hari kiamat), hingga akhir ayat *"Alaysa dzaalika biqaadiriin 'alaa an yuhyiyal mawta"* (Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?), maka hendaklah ia mengatakan; *"Balaa"* (benar). Dan barangsiapa membaca; *"Wal mursalaati 'urfaa"* (Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan) sampai dengan; *Fa biayyi hadiitsin ba'dahu yu'minuun* (Maka kepada perkataan apakah sesudah Al Quraan ini mereka akan beriman?), maka hendaknya ia mengatakan; *Aamantu billaah* (aku beriman kepada Allah)."

Diriwayatkan juga dari *Ibnu 'Abbas* _radhiyallaahu 'anhu_ dalam *Sunan Abu Dawud* (749) dan *Musnad Imam Ahmad* (1962):

*أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَرَأَ { سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى } قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى*

"Bahwanya Nabi _shallallaahu 'alayhi wasallam_ jika membaca ayat: *Sabbihisma Rabbikal a'laa* maka beliau mengucapkan: *Subhaana Rabbiyal a'laa*."

Dan diriwayatkan dari *Jabir* _radhiyallaahu 'anhu_ dalam *Sunan Tirmidzi*:

رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَرَأَ عَلَيْهِمْ سُورَةَ الرَّحْمَنِ مِنْ أَوَّلِهَا إِلَى آخِرِهَا فَسَكَتُوا فَقَالَ لَقَدْ قَرَأْتُهَا عَلَى الْجِنِّ لَيْلَةَ الْجِنِّ فَكَانُوا أَحْسَنَ مَرْدُودًا مِنْكُمْ كُنْتُ كُلَّمَا أَتَيْتُ عَلَى قَوْلِهِ { فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ } قَالُوا لَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ*

"Rasulullaah _shallallaahu 'alayhi wasallam_ keluar menemui para sahabatnya dan membacakan kepada mereka surat Ar-Rahmaan dari awal hingga akhir, kemudian mereka terdiam. Lalu beliau berkata; sungguh aku telah membacakannya kepada jin pada malam kedatangan jin dan mereka lebih baik jawabannya daripada kalian. Setiap kali aku membaca Firman-Nya: *"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"* Mereka mengatakan; *"Laa bisyai'in min ni'amika Rabbanaa nukadzdzibu falakal hamdu."* (Tidak, kami tidak mendustakan sedikitpun kenikmatan-Mu wahai Tuhan kami. Segala puji bagi-Mu)."

Riwayat-riwayat di atas menerangkan kepada kita bagaimana seharusnya orang yang membaca atau mendengarkan Al-Quran berusaha menghayati kandungan bacaan tersebut dengan khusyu. Saat mendengar ayat yang berkaitan dengan dosa, maka ia memohon ampunan, saat mendengar ayat tentang rahmat Allah, ia berbahagia dan memohon untuk mendapatkannya, saat mendengar ayat yang menerangkan siksaan, maka ia memohon perlindungan, saat mendengar ayat yang mengandung doa, maka ia merendahkan diri.

Dan sebagaimana telah diterangkan oleh *Al-Imam An Nawawi* di atas, bahwa dalam madzhab Asy-Syafi'i, seluruh interaksi ini sunnah dilakukan, baik di dalam ataupun di luar shalat. Ini juga yang disampaikan *As-Suyuthi* dalam *Al-Itqan*.

*Wallaahu 'lam.*

Oleh: _Laili Al-Fadhli_
_Semoga Allaah mengampuninya dan juga keluarganya_
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF

Comments

Popular posts from this blog

Darul Quran Mina (DQM)

Darul Qur'an Mina (DQM) Profil & Kegiatan Darul Qur'an Mina (DQM) Wakaf Bangunan DQM   Update Laporan Donasi Wakaf Bangunan DQM    Youtube DQM Channel (English)   Youtube Kajian Tafsir   Youtube Belajar Bahasa Arab   Murattal & Tadabbur al-Quran:  Murattal al-Qur'an Berbagai Qari Masyhur (MP4)   Murattal Al-Quran Qari Utama (MP4)   The Glorious Noble Qur'an -Syaikh Abu Bakr Ash-Shatery, Eng Trans (MP4)   Tadabbur/Tafsir al-Quran (MP3 &MP4)   Tafsir Al-Quran   Ilmu al-Quran (Ulumul Quran) -MP4 Tajwid/Ilmu Tajwid    Belajar Membaca & Tadabbur al-Qur'an (Html,MP3 dan MP4)   Kajian Hadist (Study of Hadith)    Murattal al-Quran Semua List Qari Masyhur (MP3)   Murattal Al-Quran Semua Qori (MP3)   Perpustakaan Audio Quran MP3 Semua Qari   Murattal Al-Quran 30 Juz (MP3 Audio)   List Murattal Al-Qur'an (MP3 Audio) & Tafsir   ...

Explanation of Hadith Sahih al-Bukhari Based on Fath al-Bari

  Explanation of Hadith Sahih al-Bukhari   Based on Fath al-Bari Ibn Hajar Biography of Imam al-Bukhari    Biography of Ibn Hajar Asqalaani   Explanation Based on Fath al-Bari Ibn Hajar:  1       2     3       4       5       6      7       8       9       10       11       12       13       14      15       16      17     19     20      21      22      23       24      25       26       27       28       29       30&31    

Tafsir Ibnu Katsir Lengkap (PDF dan CHM)

Tafsir Ibnu Katsir Lengkap (PDF dan CHM) Untuk bisa memahami Qur’an dengan utuh, kita sangat memerlukan bantuan buku tafsir yang berisikan penjelasan dari para sahabat Nabi dan para ulama setelahnya tentang makna dan kandungan al-Qur’an. Mengapa? Sebab tidak bisa dan tidak boleh kita menafsirkan al-Qur’an sendiri tanpa bimbingan para ulama. Sebab tanpa bimbingan mereka kita bisa tersesat jauh dari jalan yang benar.  Untuk memahami al-Qur’an bisa saja kita mencoba untuk menerjemahkannya kata per kata sendiri, tanpa merujuk ulama atau buku tafsir yang mu’tabar (dikenal dan diakui validitasnya), akan tetapi bagaimana kalau ternyata yang kita pahami itu salah? Bagaimana kalau ternyata yang kita pahami bertentangan dengan apa yang dipahami oleh para sahabat Nabi dan para ulama? Nah karenanya, untuk memahami al-Qur’an gunakankan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satunya yang cukup terkenal adalah Tafsir Ibnu Katsir, yang merupakan salah satu kitab tafs...