MeNCiNTai
A H L U B A I T
NABI صلى الله عليه وسلم
A H L U B A I T
NABI صلى الله عليه وسلم
Ustadz Ahmas
Faiz Asifuddin, MA حفظه الله
Salah satu pokok aqidah Ahlu Sunnah wal Jama'ah
adalah mencintai Ahlu Bait Nabi
صلى الله عليه وسلم serta menjaga wasiat Beliau
صلى الله عليه وسلم tentang Ahlu Baitnya. Karenanya,
anak-anak sebagai generasi yang kelak akan menjadi dewasa harus memiliki pemahaman
yang jelas dan benar tentang Ahlu Bait, serta harus mencintai dan menghormati
mereka. Mereka tidak boleh tersesat sikap dan pemahamannya tentang Ahlu Bait
ini.
Imam Muslim dalam Shahihnya[1] membawakan
riwayat Zaid bin Arqam رضي الله عنه yang ketika itu
dikunjungi oleh beberapa orang Tabi'in, yaitu Yazid bin Hayyan رحمه الله , Hushain bin Sabrah رحمه الله dan 'Umar bin Muslim رحمه الله; Hushain bin Sabrah رحمه الله mewakili dua orang sahabatnya,
meminta Zaid رضي الله عنه untuk menceritakan hadits yang pernah
beliau dengar dari Rasulullah
Maka, Zaid رضي الله عنه mengatakan:
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا
بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ
أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي
فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ
الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ
عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ: وَأَهْلُ
بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ
بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ
أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ: نِسَاؤُهُ
مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ
وَمَنْ هُمْ قَالَ: هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ
قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ: نَعَمْ
Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم
berdiri di hadapan kami menyampaikan khutbah di dekat sebuah sumber mata air
yang disebut Ghadir Khum, yang terletak antara Makah dan Madinah. Beliau
kemudian memuji Allah dengan membaca hamdalah serta menyanjung-Nya. Selanjutnya
Beliau صلى الله عليه وسلم memberi nasihat dan mengingatkan,
kemudian bersabda:
"Amma Ba'du: Wahai sekalian manusia, ketahuilah,
sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, mungkin akan segera datang utusan
Rabbku عزّوجلّ (Malaikat Maut yang akan mengambilku
kembali menghadap Allah) hingga aku pun akan memenuhi panggilan-Nya. Akan aku
tinggalkan kepada kalian dua perkara besar. Pertama: Kitabullah yang isinya
adalah petunjuk dan cahaya. Maka, ambillah Kitab Allah ini dan berpeganglah
padanya". Zaid bin Arqam رضي الله عنه mengatakan: Maka, Beliau menekankan
serta mendorong (umatnya) untuk berpegang teguh pada Kitab Allah ini.
Selanjutnya beliau bersabda: "Dan (yang kedua-pen) Ahli Baitku, aku
ingatkan kalian pada Allah akan Ahli Baitku, aku ingatkan kalian pada Allah
akan Ahli Baitku, aku ingatkan kalian pada Allah akan Ahli Baitku".
Hushain رحمه الله kemudian bertanya kepada Zaid bin
Arqam رضي الله عنه "Siapakah Ahli Bait beliau?
Wahai Zaid, bukankah istri-istri Beliau adalah Ahli Bait Beliau?"
Zaid رضي الله عنه menjawab, "Ya,
istri-istri Beliau termasuk Ahlu
Baitnya. Tetapi yang dimaksud Ahlu Baitnya di sini adalah orang
yang diharamkan menerima shadaqah sesudah Beliau".
Hushain رحمه الله bertanya, "Siapakah
mereka?". Zaid رضي الله عنه menjawab, "Mereka adalah
keluarga 'Ali, keluarga 'Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga al-'Abbas".
Hushain kembali bertanya, "Mereka semua diharamkan
menerima shadaqah?". Zaid رضي الله عنه menjawab,
"Ya".
Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله ketika menekankan wajibnya kaum
Muslimin mencintai serta menghormati Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
juga membawakan hadtts tersebut secara ringkas dan beberapa hadits lainnya.[2]
Atas dasar ini, maka Ahlu Sunnah wal Jama'ah sangat
mencintai, menghormati dan memuliakan
Ahlu Bait Nabi
صلى الله عليه وسلم, sebab yang demikian itu juga
merupakan penghormatan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم
di samping karena Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم
pun telah memerintahkannya.
Karena itu, wajib bagi setiap Muslim mendidik
putra-putrinya secara sungguh-sungguh untuk mencintai Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم.
Tetapi, siapa sesungguhnya Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
yang wajib dicintai dan wajib pula dijaga wasiat Rasulullah صلى الله عليه وسلم
tentangnya?
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan حفظه الله, seorang anggota Dewan Ulama Besar
Saudi Arabia, menjelaskan dalam Syarh al-'Aqidah al-Waithiyyah:[3]
(Ahlu Bait wajib di cintai dan dihormati) apabila mereka mengikuti Sunnah
(ajaran) Nabi صلى الله عليه وسلم serta istiqomah berpijak pada millah
(Islam) ini, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka
seperti al-'Abbas beserta anak cucunya dan 'Ali beserta anak cucunya terdahulu.
Adapun yang menyelisihi Sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم
dan tidak istiqomah berpijak pada Dinul Islam, maka ia tidak
boleh dicintai, meskipun ia termasuk Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم.[4]
Jadi, yang dimaksud Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
yang wajib dan harus dicintai serta dihormati adalah Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
yang berpegang teguh pada tuntunan Nabi صلى الله عليه وسلم,
serta benar-benar berpegang pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang benar,
sebagaimana dipahami dan dipegangi oleh para Sahabat رضي الله عنهم serta Ahlu Bait رضي الله عنهم beliau pada generasi awal umat ini.
Mereka berasal dari keluarga 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه beserta anak
keturunannya, keluarga 'Aqil رضي الله عنه beserta anak keturunannya, keluarga
Ja'far bin AbT Thalib رضي الله عنه beserta anak keturunannya dan
keluarga al-'Abbas رضي الله عنه beserta anak keturunannya. Mereka
sebenarnya adalah keturunan Bani Hasyim dan Bani 'Abdil Mutthalib.
Namun, bila didapati seseorang mengaku Ahlu Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
atau mengaku keturunan Nabi صلى الله عليه وسلم, tetapi pemahaman serta tindakannya
tidak mencerminkan komitmen untuk mengikuti Sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم,
bahkan menyimpang jauh dari ketetapan Beliau صلى الله عليه وسلم,
maka orang itu tidak perlu mendapatkan kecintaan atau penghormatan. Wallahu
Waliyyu at-taufiq.[]
[1]
Shahih
Muslim bi Syarhi an-Nawawi, Khalil Ma'mun Syiha, Dar al-Ma'rifah, Beirut,
cet. III 1417 H/1996 M, XV/174-175, no. 6175.
[2] Syarh
Al-'Aqtdah al-Wasithiyah, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Maktabah
al-Ma'arif, Riyadh, cet. VII, 1413 H/1993 M, hal. 195, tentang Ahlul Bait Nabi صلى الله عليه وسلم
'inda Ahli Sunnah wal Jama'ah.
[3] Ibid
hal. 196.
[4] Ibid.
Comments
Post a Comment