Keutamaan Surah al-Mulk
Pertanyaan:
Saya mendengar bahwa orang yang membaca surat al Mulk pada malam hari akan dijaga dari siksa kubur, Apakah pahala tersebut juga berlaku ketika dibaca pada siang hari ? Membaca surat al Mulk akan menjaga seorang muslim dari siksa kubur, namun berapa kali harus dibaca ?, sehari sekali atau lebih dari itu ?
Alhamdulillah
Surat al Mulk adalah termasuk surat yang agung dalam al Qur’an yang ada riwayat menyuruh kita untuk selalu membacanya, sebuah atsar juga menjelaskan bahwa surat al Mulk akan menjaga orang yang menghafalnya dari siksa kubur.
Abu Dawud (1400) dan Tirmidzi (2891) meriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( إِنَّ سُورَةً مِنْ الْقُرْآنِ ثَلَاثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِيَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ ) وحسنه الألباني في صحيح الترمذي .
“Sungguh sebuah surat dalam al Qur’an yang jumlah ayatnya 30 ayat, (diizinkan) untuk memberi syafa’at kepada seseorang sampai ia diampuni, surat tersebut adalah surat Tabarak”.
Al Manawi –rahimahullah- berkata: “Bahwa beliau selalu membacanya, dan surat tersebut senantiasa memohonkan ampun kepada Allah sampai Dia mengampuninya, ini adalah perintah bagi setiap orang agar selalu membacanya agar mendapatkan syafa’atnya”. (Mukhtashar Faidhul Qadir: 2/574)
Syeikh Abdul Muhsin al ‘Ibad –hafidzahullah- berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaannya, dan ia (diizinkan) untuk memberikan syafa’at kepada orang yang membacanya pada hari kiamat”. (Syarh Sunan Abu Daud: 8/7 sesuai dengan Maktabah Syamilah)
Keutamaan bahwa surat ini (diizinkan) memberi syafa’at kepada yang membacanya, tidak berkaitan dengan waktu siang atau malam, namun makna yang jelas adalah ketika yang membacanya menaruh perhatian khusus pada surat ini, memelihara hukum-hukumnya, menghafal, memahami, membacanya di dalam shalatnya.
Adapun yang diriwayatkan oleh an Nasa’i dalam “Sunan Kubra” 10547, dan dalam “Amanl Yaum wal Lailah” 711, dan Abu Thahir al Mukhlis dalam “Al Mukhlashiyat” 228, dari jalur ‘Irfijah bin Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abi Nujud, dari Zirr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud berkata:
من قَرَأَ ( تبَارك الَّذِي بِيَدِهِ الْملك ) كل لَيْلَة مَنعه الله بهَا من عَذَاب الْقَبْر ، وَكُنَّا فِي عهد رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم نسميها الْمَانِعَة ، وَإِنَّهَا فِي كتاب الله سُورَة من قَرَأَ بهَا فِي كل لَيْلَة فقد أَكثر وأطاب ) .
“Barang siapa yang membaca surat Tabarak setiap malam, Allah akan melindunginya dari siksa kubur, dan kami pada masa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menamakannya “Surat Pelindung/Penghalang”. Dan ia adalh termasuk surat dalam al Qur’an yang bagi siapa saja yang membacanya setiap malam, maka ia melakukan amalan baik dan banyak”.
Sanadnya lunak/lemah, ‘Irfijah bin Abdul Wahid terhalang, yang lain tidak mempercayainya, al Hafidz berkata dalam “at Taqriib” 389: “bisa diterima, yaitu; ketika diurutkan, dan jika tidak, maka sanadnya lemah”.
‘Irfijah dalam periwayatannya tidak mengikutinya dengan sempurna, tetapi ia tidak disepakati oleh rawi yang lebih kuat, yaitu; Sufyan ats Tsauri. Maka Hakim 3839 meriwayatkan dari jalur Ibnu Mubarak dan Thabrani dalam “al Kabiir” dari jalur Abdur Razzaq 8651, keduanya dari Sufyan, dari ‘Ashim, dari Zirr, dari Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
( يؤتى الرجل في قبره فتؤتى رجلاه فتقول رجلاه : ليس لكم على ما قبلي سبيل كان يقرأ بي سورة الملك ، ثم يؤتى من قبل صدره أو قال بطنه فيقول : ليس لكم على ما قبلي سبيل كان يقرأ بي سورة الملك ، ثم يؤتى رأسه فيقول ليس لكم على ما قبلي سبيل كان يقرأ بي سورة الملك . قال : فهي المانعة تمنع من عذاب القبر ، وهي في التوراة سورة الملك ، من قرأها في ليلة فقد أكثر وأطنب ) .
“Ketika seseorang di dalam kuburnya didatangkan adzab, maka kedua kakinya berkata: kalian tidak bisa menjangkaunya; karena ia dahulu membaca surat al Mulk, lalu didatangkan dadanya atau perutnya berkata: kalian tidak bisa menjangkaunya; karena ia dahulu membaca surat al Mulk, lalu didatangkan kepalanya, dan berkata: kalian tidak bisa menjangkaunya; karena ia dahulu membaca surat al Mulk. Ia berkata: Maka, ia (surat al Mulk) adalah pelindung/penjaga, dan di dalam Taurat juga surat al Mulk, barang siapa yang membacanya pada malam hari, maka ia telah melakukan banyak hal dan panjang”.
Inilah yang benar dan yang dihafal, maka perkataan beliau (Ibnu Mas’ud):
" من قَرَأَها كل لَيْلَة مَنعه الله بهَا من عَذَاب الْقَبْر "
“Barang siapa yang membacanya setiap malam, maka Allah akan menjaganya dari siksa kubur”.
Yang ada dalam hadits ‘Irfijah tidak dihafal, penyebutan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga tidak dihafal, yang benar adalah hadits itu mauquf, sebagaimana dalam riwayat Sufyan ini.
Abu Syeikh telah meriwayatkan dalam “Thabaqat al Ashbahaniyyin” 246, secara ringkas, marfu’ dari hadits Ibnu Mas’ud dengan redaksi:
( سورة تبارك هي المانعة من عذاب القبر ) من طريق أبي أحمد الزبيري حدثنا سفيان به.
“Surat Tabarak adalah pelindung/penghalang dari siksa kubur”. (Dari jalur Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan)
Ahmad berkata tentang Abu Ahmad az Zubairi: “Bahwa ia banyak salahnya tentang hadits Sufyan”. Abu Hatim berkata: “Ia seorang ahli ibadah, mujtahid, penghafal hadits yang memiliki banyak kesalahan”. (Tahdzibud Tahdzib: 9/228)
Ini adalah kesalahannya kepada Sufyan –rahimahullah-, yang benar adalah mauquf sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dari riwayat Ibnu Mubarak dan Abdur Razzaq.
Seperti ini bisa dikatakan, bisa dianggap marfu’, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh beberapa ulama, dan ini sesuai dengan sebelumnya. Gambaran secara umum adalah tidak hanya dibaca pada malam hari.
Al Manawi berkata dalam “at Taisiir” 2/62, “…yaitu: ia (surat al Mulk) akan menghalanginya, jika yang membacanya telah meninggal dunia dan dikuburkan, maka ia tidak disiksa didalamnya”.
Abu Hasan al Mubarakfuri –rahimahullah- berkata: “Artinya, bahwa membaca surat ini ketika di alam dunia, menjadi sebab keberhasilannya pada alam setelahnya yaitu; adzab kubur”. (“Mir’aatul Mafatiih” 7/231)
Dan dalam hadits Jabir –radhiyallahu ‘anhu- “bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak tidur sampai beliau membaca (Alif Laam Miim Tanziil…), dan (Tabarakal Ladzi Biyadihil Mulk)”.
Yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 2892, dan yang lain. Dan dishahihkan oleh Syeikh al Baani –rahimahullah-, namun yang jelas bahwa hadits tersebut bermasalah, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dari bapaknya dalam “al ‘Ilal” 1668, Ad Daruqutni 13/340 juga mempermaslahkan, dan didukung oleh al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah-, sebagaimana dalam “Ithaful Muhirrah” 3/155, ia juga berkata setelah menyebutkan tentang sanadnya: “dan atas dasar ini, maka hadits ini mursal atau mu’dhal”. (Nata’ijul Afkaar3/267)
Dari abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
" إن سورة من القرآن ثلاثون آية شفعت لرجل حتى غفر له وهي سورة تبارك الذي بيده الملك " .رواه الترمذي ( 2891 ) وأبو داود ( 1400 ) وابن ماجه ( 3786 ) .
“Sungguh sebuah surat dalam al Qur’an, yang jumlah ayatnya 30 ayat, (diizinkan) untuk memberikan syafa’at bagi seseorang sampai ia diampuni, surat itu adalah surat Tabarak”. (HR. Tirmidzi 2891, Abu Daud 1400 dan Ibnu Majah 3786)
Imam Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan, dan dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah dalam “Majmu Fatawa” 22/277, dan Syeikh al Baani dalam “Shahih Ibnu Majah” 3053”.
Maksud hadits ini adalah: agar seseorang membacanya setiap malam, dan mengamalkan hukum-hukumnya, dan beriman dengan semua informasi penting yang terkandung di dalamnya”.
Dari ‘Abdullah bin Mas’u berkata: “Barang siapa yang membaca (Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan. SQ. Al-Mulk) setiap malam, maka Allah akan melindunginya dari siksa kubur, dan kami pada masa Rasulullah menamakannya dengan: ‘penghalang/penjaga’. Tapi sebenarnya ia adalah sebuah surat dalam al Qur’an yang barang siapa membacanya setiap malam, maka ia telah berbuat banyak dan baik”. (HR. an Nasa’i 6/179, Al Baani menghasankannya dalam “Shahih Targhib wa Tarhib” 1475.
Ulama Lajnah Daimah berkata: “Oleh karenanya, diharapkan bagi orang yang beriman dengan surat ini, dan selalu menjaga untuk membacanya, dengan mengharap ridha Allah, mengambil hikmah dan pelajaran, mengamalkan hukum-hukumnya, maka surat tersebut (diizinkan) untuk memberikan syafa’at baginya”. (Fatawa Lajnah Daimah: 4/334-335). Wallahu a’lam.
Kesimpulan:
Bahwa diharapkan bagi yang membaca/menghafal surat ini akan mendapatkan keutamaan yang agung tersebut. Dan ia memberikan syafa’at dengan izin Allah, melindunginya dari adzab kubur, dan juga secara khusus pada malam hari, atau sebelum tidur. Jika seseorang berusaha untuk meraihnya, maka itu baik –insya Allah-..
Pertanyaan: Apakah ada dalil yang menjelaskan bahwa secara khusus disunnahkan membaca surat as Sajdah dan al Mulk di antara shalat Maghrib dan Isya’ ?, demikian juga membaca tiga ayat dari surat al An’am setelah shalat subuh.
Teks Jawaban:
Alhamdulillah
Pertama:
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada masalah penting yang harus dijelaskan tentang fadhilah surat-surat dalam al Qur’an.
Ada banyak hadits palsu yang berkaitan dengan keutamaan surat dalam al Qur’an, yang sangat terkenal adalah sebagai berikut:
1. Nuh bin Abi Maryam al Jami’ yang terkenal dengan sebutan: “ia mengumpulkan semuanya kecuali yang benar”. Dia membolehkan mendustakan hadits untuk kemaslahatan agama, maka ia mengarang hadits-hadits palsu dan menisbahkan (menyandarkan)nya kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang keutamaan surat per surat dalam al Qur’an.
Abu Ammar al Husain bin Huraits al Marwazi berkata: “Dikatakan kepada Abu ‘Ishmah (ia adalah Nuh bin Abi Maryam): “Dari mana anda mendapatkan sanad dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- dalam masalah keutaman surat per surat dalam al Qur’an, padahal sahabat-sahabat Ikrimah tidak memiliki jalur ini ?, ia berkata: “Saya melihat banyak orang yang berpaling dari al Qur’an, dan sibuk dengan fiqh Abu Hanifah, dan peperangan Muhammad bin Ishaq, maka aku palsukan hadits ini dengan mengharap pahala dari Allah –Ta’ala-“. (Diriwayatkan oleh al Hakim dalam “al Madkhol” hal.54, dan Ibnul Jauzi dalam “al Maudhu’aat” 16, dengan sanad yang shahih.
2. Maisarah bin Abdi Rabbihi al Farisi, Ibnu Hibban berkata berkaitan dengannya dalam “al Majruhiin” 2/345, nomor: 1038: “Dia adalah pengarang hadits fadhilah al Qur’an yang sangat panjang, “Barang siapa yang membaca ini maka baginya pahala ini”.
Disebutkan dalam “Lisanul Mizan” 7/198 karangan al Hafidz Ibnu Hajar: “Ibnu Hibban telah meriwayatkan dalam “ad Dhu’afaa’” dari al Mahdi berkata: “Saya berkata kepada Maisarah bin Abdi Rabbihi: “Dari mana kamu mendapatkan hadits-hadits ini? (Barang siapa membaca ini, maka baginya ini dan itu”, ia berkata: “Saya memalsukannya, agar orang-orang mencintai surat-surat tersebut”.
Ini adalah beberapa contoh orang-orang yang berani berbuat dusta kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk alasan kemaslahatan, Iblis telah mengelabuhinya.
Para ulama telah mengingatkan akan ketidak benaran hadits-hadits palsu yang merusak keutamaan semua surat dalam al Qur’an, di antara mereka adalah: al Maushili dalam “al Mughni ‘anil Hifdzi wal Kitab” 1/121, ia berkata: “Telah disebutkan: (Barang siapa membaca ini, maka ia akan mendapatkan ini dan itu) dari awal surat al Qur’an sampai akhir; Ibnu Mubarak berkata: “Saya menduga orang-orang Zindiq yang memalsukannya”. Al Maushili berkata: “Hadits tersebut bisa dipastikan ketidak benarannya”.
Ibnul Qayyim juga mengingatkan dalam “ al Manar al Munif” hal. 113-144, dan Syeikh Bakr Abu Zaid dalam “at Tahdits Bima Qiila”: “Tidak ada satu pun hadits yang benar”, hal. 122-123, dan menambahkan: “Peringatan: Keutamaan al Qur’an, dan keutamaan beberapa surat dan ayat sudah diketahui dengan dalil-dalil yang sampai kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maksud dari Ibnu Mubarak dan ulama setelah beliau adalah hadits-hadits panjang tersebut yang menjelaskan keutamaan surat per surat, seperti hadits yang dinisbahkan kepada Ubay bin Ka’b –radhiyallahu ‘anhu- dan disebarkan oleh beberapa ahli Tafsir, seperti: ats Tsa’labi, al Wahidi, az Zamakhsyari dalam tafsir-tafsir mereka, ini semua adalah palsu, itulah yang dimaksud oleh Ibnu Mubarak dan yang lainnya”. Wallahu a’lam.
Kedua:
Adapun hadits-hadits yang anda tanyakan, maka jawabannya adalah:
Takhrij hadits pertama:
Dari Abdullah bin Umar –radhuyallahu anhuma- berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Barang siapa yang membaca: “" تبَاركَ الَّذِي بِيَدِهِ المُلْكُ " وَ " ألم . تنَزِيْل " السَّجْدَة(surat al Mulk dan as Sajdah) antara shalat Maghrib dan akhir waktu shalat Isya’, maka ia seakan shalat malam pada malam lailatul qadar”.
Imam Suyuthi menyebutkan dalam “ad durrul Mantsur” 6/535, di awal surat as Sajdah, dan berkata: “Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Umar…lalu ia menyebutkan hadits di atas”.
Al Alusy dalam “Ruuhul Ma’ani” 21/116, dari as Suyuthi dan berkata: “As Suyuthi meriwayatkan sama dengan di atas, dan al Wahidi dari hadits Ubay bin Ka’b, dan ats Tsa’labi dari hadits Ibnu ‘Abbas, dilanjutkan setelahnya oleh Waliyyuddin berkata: “Saya tidak mengetahuinya, semua riwayat di atas adalah palsu”.
Hadits di atas memiliki beberapa redaksi, sebagiannya tidak ditentukan waktu membacanya, dan yang lain ditentukan, sebagaimana riwayat Ibnu Umar, sebagiannya ‘marfu’ (silsilah perowi hadits sampai ke Rasulullah)’ dan yang lain ‘muquf (silsilah perowi hadits sampai ke shahabat)’. Al Ghofiqi menyebutkannya dalam “Lamahatul Anwar” (1127, 1129, 1140, 1141, 1142, 1143, 1144, 1146) kecuali riwayat Ibnu Umar.
Takhrij Hadits Ke Dua:
Hadits tersebut diriwayatkan dari dua jalur:
1.Dari Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- ‘marfu’an’ berkata: “Barang siapa yang membaca pada shalat subuh tiga ayat pada surat al An’am sampai:
.... وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ " [ الأَنْعَامُ : 3]
Maka akan turun kepanya 40.000 malaikat yang akan dicatat seperti ibadah mereka, lalu akan diutus kepadanya satu malaikat dari langit ke tujuh dengan membawa gada dari besi. Jika syetan membisikkan kejahatan pada hatinya, ia akan memukulnya, hingga antara dia dan syetan akan terhalang 70 kali lipat. Dan pada hari kiamat Allah berfirman:
" أَنَا رَبُّكَ وَ أَنْتَ عَبْدِي ، وَامْشِ فِي ظِلِّي ، وَاشْرَبْ مِنْ الكَوْثَرِ ، وَاغْتَسِلْ مِنْ السَّلْسَبِيلِ ، وَادْخُلِ الجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ " .
“Aku Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku, maka jalanlah pada naungan-Ku, dan minumlah dari telaga al Kautsar, dan mandilah dari mata air salsabil, dan masuklah ke dalam surga tanpa hisab dan adzab”.
Imam Suyuthi menyebutkan dalam “ad Durrul Mantsur” 3/245-246, dan berkata: “As Silafi meriwayatkan dengan sanad yang lemah, dari Ibnu Abbas ‘marfu’an’.
Al Ghofiqi menyebutkan dalam “Lamahatul Anwar” 941.
2.Dari Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
" مَنْ صَلَّى الفَجْرَ فِي جَمَاعِةٍ ، وَقَعَدَ فِي مُصَلاَّهُ ، وَقَرَأَ ثَلاَثَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الأَنْعَامِ ، وَكَّلَ اللهُ بِهِ سَبْعِيْنَ مَلَكاً يُسَبِّحُونَ اللَّه وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ " .
“Barang siapa yang shalat subuh berjama’ah, dan duduk di tempat shalatnya, dan membaca tiga ayat di awal surat al An’am, maka Allah akan mengutus 70 malaikat untuk bertasbih kepada Allah, dan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat”.
Imam Suyuthi menyebutkan dalam “ad Durrul Mantsur” 3/246, ad Dailami dan al Ghofiqi dalam “Lamahatul Anwar” 935 juga menisbahkan kepadanya, dengan redaksi yang mirip dengan hadits Ibnu ‘Abbas.
Imam Al Alusy dalam “Ruuhul Ma’ani” 7/76, setelah menyebutkan beberapa hadits dan atsar tentang surat al An’am, diantaranya adalah hadits Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Mas’ud dan yang lainnya, namun hampir semua riwayat diatas adalah dha’if, dan sebagian yang lain maudhu’ (palsu).
Tidak ada satu pun hadits yang kuat yang menjelaskan tentang fadhilah surat al An’am.
Sedangkan surat as Sajdah dan Tabarak tidak ada juga riwayat yang menganjurkan untuk membacanya di antara shalat Maghrib dan Isya’, akan tetapi untuk surat as Sajdah dianjurkan untuk dibaca pada shalat subuh di hari Jum’at.
Bukhori (891) dan Muslim (880) meriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْجُمُعَةِ فِي صَلاةِ الْفَجْرِ (الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ) وَ )هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنْ الدَّهْرِ(
“Bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- biasanya membaca pada shalat subuh di hari Jum’at surat as Sajdah dan surat al Insan”.
Adapun keutamaan surat Tabarak adalah dibaca sebelum tidur atau semua waktu secara umum. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 2891 dan Abu Daud 1400, dan Ibnu Majah 3786, dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- brsabda:
(إِنَّ سُورَةً مِنْ الْقُرْآنِ ثَلاثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِيَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ) . قَالَ الترمذي : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ .
“Sungguh sebuah surat dalam al Qur’an yang ayatnya 30 ayat, (diizinkan) untuk memberi syafa’at bagi seseorang sampai diampuni dosanya, yaitu; surat Tabarak (al Mulk)”. (Tirmidzi berkata: ini hadits yang hasan)
Ibnu Hajar berkata dalam “at Talkhis” 1/234: “Imam Bukhori mempermasalahkannya dalam “at Tarikh al Kabir” bahwa ‘Abbas al Jasymi, tidak diketahui bahwa ia mendengar dari Abu Hurairah.
Syeikh al Baani menghasankan di beberapa tempat, dan menshahihkannya di tempat yang lain. Lihatlah pada : “Shahih Sunan Ibnu Majah” dan “Shahih Sunan Abu Daud”. Sebelumnya al Mundziri berkata: (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia menghasankannya dengan redaksi miliknya, dan Nasa’I, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dan Hakim, ia berkata: sanadnya shahih).
Tirmidzi meriwayatkan (2892) dari Jabir –rashiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak tidur sampai membaca (surat as Sajdah) dan (Tabarak)”. (Dishahihkan oleh al Baani dalam “Shahih Tirmidzi”).
Pertanyaan:
Pertanyaan:
Tolong anda sebutkan pahala bacaan dari surat berikut ini disertai dengan dalil dari sunnah, surat An-Naba, surat Al-Waqiah, surat Yasin dan Surat Al-Mulk. Saya dipertengahan umur tiga puluhan dan berusaha untuk menghafal Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan. Surat manakah yang bagus untuk dimulai (menghafalnya)? Apakah boleh saya membaca bagian surat yang telah saya hafal di dalam shalat sunnah? Apa yang selayaknya saya lakukan kalau saya salah atau lupa ketika saya membacanya?
Teks Jawaban:
Alhamdulillah
Pertama:
Terkait dengan keutamaan surat An-Naba’ dan pahala membacanya, kami tidak mengetahui ada kekhususan untuk surat ini. Kecuali apa yang dikenal seperti Al-Qur’an lainnya. Tidak ada keutamaan secara khusus dibandingkan yang lainnya. Kecuali apa yang telah kami ketahui bahwa orang yang membca Al-Quran satu huruf, mendapatkan sepuluh kebaikan. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
" من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف " .
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan mendapatkan kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatkan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim, satu hurf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmizi, 2910 dishahihkan Al-Albany di shoheh Tirmizi, 2327.
Akan tetapi terdapat riwayat bahwa ia termasuk surat yang menjadi peringatan keras bagi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
" شيبتني هود والواقعة والمرسلات وعم يتساءلون وإذا الشمس كورت " .رواه الترمذي ( 3297 ) .
Yang membuatkan beruban adalah surat HUd, Al-Waqi’ah, Al-Mursalah, Amma yatasaalun, dan Idzas Syamsu Kuwwirat.” (HR. tirmizi, 3297. Hadits dishahihkan oleh Syekh Al-Albany di As-Shohehah, 955)
Sementara terkait dengan keutamaan surat Al-Waqiah telah ada keutamaannya hadits tapi tidak shahih.
Dari Suja’ dari Abu Fatimah, bahwa Utsman bin Affan radhiallahu’anhu beliau mengunjungi Ibnu Mas’ud ketika beliau sakit dan bertanya, “Apa yang ada keluhkan?” Beliau menjawab, “Dosa-dosaku.” Beliau bertanya lagi, “Apa yang anda inginkan?” Beliau menjawab, “Rahmat Tuhanku.” Berkata, “Tidaklah saya panggilkan dokter untuk anda,” beliau menjawab, “Dokter telah merawatku.” Berkata, ‘Tidakkah engkau perintahkan aku melakukan sesuatu pemberian untukmu?” Beliau menjawab, “Telah terhalangi diriku sebelum hari ini, maka saya tidak membutuhkan lagi.” Beliau berkata, “Biarkan ia untuk istri dan keluarga anda.” Beliau menjawab, “Sungguh saya telah ajarkan mereka sesuatu kalau mereka mengatakannya, tidak akan fakir. Saya mendengar Rasulullah sallallahu’alaihi wa salla bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Waqiah setiap malam, maka dia tidak akan fakir.” (HR. Baihaqi, di Sya’aibil Iman, 2/491. Hadits dilemahkan oleh Syekh Al-Albany di As-Silsilah Ad-Dhaifah, 289)
Sementara terkait dengan keutamaan surat (Yasin) terdapat hadits tentang keutamaannya tapi tidak shahih.
Dari Anas berkata, Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: إن لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس ومن قرأ يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر رات " .
“Sesungguhna dalam segala sesuatu ada hati. Dan hati Al-Qur’an adalah Yasin. Barangsiapa yang membaca Yasin, maka Allah mencatat setiap kali membacanya (maka baginya seperti) membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (HR. Tirmizi, 2887 dan mengatakan, tidah shahih dari sisi sanadnya dan sanadnya lemah. Al-Albani mengatakan dalam kitab ‘Ad-Dhoifah, 169: Palsu)
Hadits seperti itu dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala membaca Toha dan Yasin sebelum penciptaan langit dan bumi seribu tahun. Ketika para malaikat mendengarkan Al-Qur’an berkata, “Alangkah bahagianya suatu umat yang diturunkan ayat ini kepadanya. Alangkah bahagianya hati yang membawa ini dan alangkah bahagianya mulut yang membaacnya.” (HR. Darimi, 3280. Al-Albany mengatakan dalam kitab ‘Ad-Dhoifah, 1248: Munkar)
Begitu juga hadits yang dari Ma’qal bin Yasar berkata, Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah Yasin kepada orang yang mati di antara kamu semua.” (HR. Abu Dawud, 3121 dan Ibnu Majah, 1448. Syekh Al-Albany mengatakan, “Terkait dengan bacaan surat ‘Yasin’ kepada mayit, dan mengrahkan ke kiblat. Tidak ada hadits yang shahih, Ahkamu Al-Janaiz, hal. 11)
Begitu juga hadits Anas bin Malik dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk kuburan dan membaca surat Yasin maka mereka (Penduduk kuburan) diringankan pada hari itu dan dia mendapatkan kebaikan sebanyak orang yang ada di dalamnya.” (Syekh Al-Albany mengatakan di kitab Adh-Dhifah, 1246: “Palsu di keluarkan oleh Tsa’labi dalam tafsirnya, 3/161/2)
Sementara surat Al-Mulk telah ada hadits shahih tentang keutamaannya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: " إن سورة من القرآن ثلاثون آية شفعت لرجل حتى غفر له وهي سورة تبارك الذي بيده الملك " .
“Sesungguhnya ada surat di Al-Qur’an tiga puluh ayat. Akan memberikan syafaat kepada orangnya sampai diampuninya, yaitu surat Tabarokalladzi Biyadihi Al-Mulku.” (HR. Tirmizi, 2891, Ahmad, 7634. Abu Daud, 1400 dan Ibnu Majah, 3786. Hadits dihasankan oleh Al-Albany di Shahih Tirmizi, 3/6)
Telah ada juga keutamaannya, dari Jabi radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam biasanya beliau belum tidur sebelum membaca Alif lam mim Tanzilu (Sajadah) dan ‘Tabarokalladzi Biyadihil Mulku (Al-Mulk).” (HR. Tirmizi, 2892 dan Ahmad, 14249. Al-Albany berkata terkait dengan hadits ini di sohoheh Tirmizi, 3/6: Shoheh)
Kedua:
Tidak ada metode khusus untuk menghafal Al-Qur’an, orang berbeda-beda kapasitas hafalan. Masing-masing mempunyai metode dan waktu yang disesuaikanya. Sebagian orang senang membaca dan menghafal setelah shalat fajar. Sebagian lagi senang sehabis magrib. Maka lihatlah diri anda dan lalui jalan yang terbaik untuk hal itu.
Sebagian orang mudah baginya surat makkiyah yang pendek. Sebagian mudah baginya surat madaniyah yang panjang. Maka mulailah yang mudah bagi anda. Anda dapat memulai menghafal dengan surat yang sering terdengar dan mudah menghafalnya seperti surat ‘Al-Kahfi, Maryam dan juz-juz terakhir. Karena hal ini menjadi spirit kuat bagi anda untuk menyempurnakan hafalan. Jika anda telah dapatkan pada diri anda hafalan yang banyak.
Di antara metode terpenting untuk menguatkan apa yang telah anda hafal dan agar tidak lupa. Mengulang-ulang terus pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Bahkan sebagian orang berusaha menghafalkan Al-Qur’an untuk dibacakannya pada rel kereta api, di jalanan, ketika naik bus. Waktu masuk toko dan pasar-pasar. Pada setiap kesempatan dan setiap waktu siang dan malam.
Beramal dengan apa yang anda ketahui dari Ayat-ayat Allah Ta’ala merupakan jalan yang bagus untuk menjaga bacaan dalam dada.
Dari Abu Abdurrahman berkata, kami diberitahukan orang yang pernah membacakan kepada kami dari kalangan para shahabat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam,
أنهم كانوا يقترئون من رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر آيات فلا يأخذون في العشر الأخرى حتى يعلموا ما في هذه من العلم والعمل قالوا فعلمنا العلم والعمل )أحمد 22384 )
“Bahwa mereka mengambil bacaan dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam sepuluh ayat. Mereka tidak mengambil sepuluh ayat lainnya sempai mereka mengetahui apa yang ada dalam ayat ini dari ilmu dan beramall. Mereka mengatakan, maka kami mengetahui ilmu dan amalan.” (HR. Ahmad, 22384.
Sesuatu yang telah diketahui dan teruji menurut orang-orang bahwa metode terbaik dalam menjaga Al-Qur’an adalah mengulang-ulang dalam shalat-shalat seperti shalat sunah rawatib dan lainnya – atau fardu bagi imam- terutama qiyamul lail. Oleh karena itu tidak mengapa membaca sebagian yang anda hafal dalam shalat sunnah. Akan tetapi kalau anda lupa dari Al-Qur’an waktu shalat, berusahalah untuk mengingatnya sampai anda tak kuasa lagi, maka ketika itu tidak mengapa anda melewati yang tidak anda ingat ke ayat setelahnya yang telah anda ingat. Ketika anda selesai shalat maka hendaknya anda lihat ke mushaf dan mengingat-ingat apa yang anda lupa dari sana.Wallahu’alam.
Pertanyaan:
Apakah boleh bagi seorang muslim memilih surat favorit yang ia sukai, seraya mengkhususkannya membaca dan mendengarkan berulang-ulang ?. sejak kecil saya suka surat al Waqi’ah, saya berusaha untuk membaca al Qur’an setiap hari, tapi saya lebih menyukai surat al Waqi’ah; karena mampu membangkitkan rasa cinta, harapan dan pujian, juga rasa takut kepada Allah, surga dan neraka. Saya merasakan kenyamanan yang luar biasa ketika membaca atau mendengarkan surat ini. Namun terkadang saya juga berkata pada diri sendiri, apakah yang saya lakukan tersebut bertentangan dengan syari’at?, mohon nasehatnya”.
Teks Jawaban:
Alhamdulillah
Tidak masalah seorang muslim menaruh perhatian khusus pada surat tertentu dalam al Qur’an dengan membaca, mendengarkan, membaca tafsirnya, dan lain-lain; karena mengandung banyak hukum, kabar gembira dan peringatan, dengan syarat tidak meninggalkan surat-surat yang lain dengan tidak membacanya sama sekali misalnya, juga tidak meyakini ada keutamaan khusus yang tidak ada dalilnya.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 3297 dan ia menghasannya, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَعَمَّ يَتَسَاءَلُونَ وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ ) وصححه الألباني في "صحيح الترمذي" .
“Telah menjadikanku beruban beberapa surat berikut ini: Surat Huud, al Waqi’ah, al Mursalaat, ‘Amma Yatasaa’alun, Idzasy Syamsu Kuwwirat”. (Dishahihkan oleh al Baani dalam “Shahih Tirmidzi”)
An Nasa’i juga meriwayatkan dari Abu Dzar berkata: قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا أَصْبَحَ بِآيَةٍ ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) حسنه الألباني في "صحيح النسائي" .
“Ketika Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat dan membaca ayat sampai dengan ayat “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” sampai subuh. (Dihasankan oleh al Baani dalam “Shahih an Nasa’i)
Abu Nu’aim meriwayatkan dalam “al Hilyah” 2/55, dengan sanad yang shahih, dari ‘Urwah bin Zubair berkata: “Saya pernah menemui Asma’ binti Abu Bakr pada saat ia sedang shalat, seraya saya mendengarnya membaca ayat ini:
( فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ ) فاستعاذت ، فقمت وهي تستعيذ ، فلما طال علىّ أتيت السوق ثم رجعت وهي في بكائها تستعيذ ".
“(Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka), maka ia berlindung kepada Allah, lalu saya pergi sementara beliau masih berlindung kepada Allah dan ketika waktu sudah lama, saya pergi ke pasar, ketika saya kembali saya mendapati Asma’ masih terus menangis dan berlindung kepada Allah”.
Ibnu Sa’d meriwayatkan dalam “at Thabaqat” 7/150, dari Bahz bin Hakim:
" أن زرارة بن أوفى أمّهم الفجر في مسجد بني قشير فقرأ حتى إذا بلغ ( فإذا نقر في الناقور* فذلك يومئذ يوم عسير * على الكافرين غير يسير ) خرّ ميتا ، قال بهز : فكنت فيمن حمله " .
“Bahwa Zararah bin Aufa menjadi imam shalat subuh di masjid Bani Qusyair, dan ketika sampai pada ayat: (Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah), langsung pingsan, Bahz berkata: “Saya ikut menggotongnya”.
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- telah ditanya:
Apa hukumnya lebih mengutamakan surat tertentu, saya lebih menyukai surat Maryam dan sering membacanya; karena saya merasakan kenyamanan dan menikmatinya ketika membacanya ?
Beliau menjawab:
“Tidak masalah jika seseorang lebih mengutamakan surat tertentu dalam al Qur’an atas dasar sebab tertentu, meskipun sebenarnya semuanya adalah kalamullah –‘Azza wa Jalla-. Al Qur’an dilihat dari sisi sumbernya adalah kalamullah yang semua surat-suratnya mulia dan tidak ada bedanya, adapun dari segi makna, maka satu surat atau ayat yang lain berbeda.
Telah diriwayatkan dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa ia bersabda:
( إن أعظم سورة في كتاب الله سورة الفاتحة وإن أعظم آية في كتاب الله آية الكرسي )
“Sesungguhnya surat yang paling agung dalam al Qur’an adalah surat al Fatihah, dan sesungguhnya ayat yang paling agung adalah ayat kursi”.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengutus salah seorang sahabatnya dalam peperangan, dan membacakan al Qur’an untuk sahabat-sahabatnya dengan diakhiri surat al Ikhlas, lalu beliau bersabda:
:( سلوه لأي شيء كان يصنع ذلك ) فقال : لأنها صفة الرحمن وأنا أحب أن أقرأها ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم ( أخبروه أن الله يحبه ) .
“Tanyakan kepadanya, kenapa ia melakukan itu?, maka (sahabat tadi) menjawab: “karena (surat al Ikhlas) adalah sifat ar Rahman, dan saya cinta untuk membacanya. Maka Nabi –shallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Beritahukan kepadanya bahwa Allah juga mencintainya”.
Telah diriwayatkan juga dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda:
( إن سورة الإخلاص تعادل ثلث القرآن )
“Sesungguhnya surat al Ikhlas sama dengan sepertiga al Qur’an”.
Jadi, jika penanya di atas menyukai untuk membaca surat Maryam karena terdapat kisah agung yang bermanfaat, menyebutkan balasan di hari akhir, mengingkari orang yang mendustakan dan kufur dengan ayat-ayat Allah, bangga dengan harta yang Allah berikan kepadanya, dan lain sebagainya. Maka ini tidak apa-apa dan ia tidak berdosa”. (Fatawa Islamiyah: 4/50)
Maksudnya adalah bahwa al Qur’an yang mampu menggetarkan hati dengan rasa takut dan penuh harap lebih besar dari ayat atau surat lainnya. Jadi, apabila seorang qari’ merasakan efek positif dari bacaannya, dan terbiasa dengan itu, maka tidak ada masalah.
Adapun yang dilarang adalah ketika ia berpendapat bahwa surat atau ayat tertentu memiliki keutamaan khusus dalam agama, atau bagi siapa saja yang membaca surat tertentu, maka akan mendapatkan pahala tertentu tanpa dalil yang jelas.
Syeikh Bakr Abu Zaid –rahimahullah- berkata: “Termasuk perkara bid’ah, jika seseorang mengkhususkan ayat atau surat tertentu tanpa dalil, dengan membacanya pada waktu atau tempat tertentu atau kebutuhan tertentu”. (Bida’ul Qira’ah: 14)/ Wallahu a’lam.
Pertanyaan:
Apakah boleh bagi seorang muslim memilih surat favorit yang ia sukai, seraya mengkhususkannya membaca dan mendengarkan berulang-ulang ?. sejak kecil saya suka surat al Waqi’ah, saya berusaha untuk membaca al Qur’an setiap hari, tapi saya lebih menyukai surat al Waqi’ah; karena mampu membangkitkan rasa cinta, harapan dan pujian, juga rasa takut kepada Allah, surga dan neraka. Saya merasakan kenyamanan yang luar biasa ketika membaca atau mendengarkan surat ini. Namun terkadang saya juga berkata pada diri sendiri, apakah yang saya lakukan tersebut bertentangan dengan syari’at?, mohon nasehatnya”.
Teks Jawaban:
Alhamdulillah
Tidak masalah seorang muslim menaruh perhatian khusus pada surat tertentu dalam al Qur’an dengan membaca, mendengarkan, membaca tafsirnya, dan lain-lain; karena mengandung banyak hukum, kabar gembira dan peringatan, dengan syarat tidak meninggalkan surat-surat yang lain dengan tidak membacanya sama sekali misalnya, juga tidak meyakini ada keutamaan khusus yang tidak ada dalilnya.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 3297 dan ia menghasannya, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَعَمَّ يَتَسَاءَلُونَ وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ ) وصححه الألباني في "صحيح الترمذي" .
“Telah menjadikanku beruban beberapa surat berikut ini: Surat Huud, al Waqi’ah, al Mursalaat, ‘Amma Yatasaa’alun, Idzasy Syamsu Kuwwirat”. (Dishahihkan oleh al Baani dalam “Shahih Tirmidzi”)
An Nasa’i juga meriwayatkan dari Abu Dzar berkata: قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا أَصْبَحَ بِآيَةٍ ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) حسنه الألباني في "صحيح النسائي" .
“Ketika Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat dan membaca ayat sampai dengan ayat “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” sampai subuh. (Dihasankan oleh al Baani dalam “Shahih an Nasa’i)
Abu Nu’aim meriwayatkan dalam “al Hilyah” 2/55, dengan sanad yang shahih, dari ‘Urwah bin Zubair berkata: “Saya pernah menemui Asma’ binti Abu Bakr pada saat ia sedang shalat, seraya saya mendengarnya membaca ayat ini:
( فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ ) فاستعاذت ، فقمت وهي تستعيذ ، فلما طال علىّ أتيت السوق ثم رجعت وهي في بكائها تستعيذ ".
“(Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka), maka ia berlindung kepada Allah, lalu saya pergi sementara beliau masih berlindung kepada Allah dan ketika waktu sudah lama, saya pergi ke pasar, ketika saya kembali saya mendapati Asma’ masih terus menangis dan berlindung kepada Allah”.
Ibnu Sa’d meriwayatkan dalam “at Thabaqat” 7/150, dari Bahz bin Hakim:
" أن زرارة بن أوفى أمّهم الفجر في مسجد بني قشير فقرأ حتى إذا بلغ ( فإذا نقر في الناقور* فذلك يومئذ يوم عسير * على الكافرين غير يسير ) خرّ ميتا ، قال بهز : فكنت فيمن حمله " .
“Bahwa Zararah bin Aufa menjadi imam shalat subuh di masjid Bani Qusyair, dan ketika sampai pada ayat: (Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah), langsung pingsan, Bahz berkata: “Saya ikut menggotongnya”.
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- telah ditanya:
Apa hukumnya lebih mengutamakan surat tertentu, saya lebih menyukai surat Maryam dan sering membacanya; karena saya merasakan kenyamanan dan menikmatinya ketika membacanya ?
Beliau menjawab:
“Tidak masalah jika seseorang lebih mengutamakan surat tertentu dalam al Qur’an atas dasar sebab tertentu, meskipun sebenarnya semuanya adalah kalamullah –‘Azza wa Jalla-. Al Qur’an dilihat dari sisi sumbernya adalah kalamullah yang semua surat-suratnya mulia dan tidak ada bedanya, adapun dari segi makna, maka satu surat atau ayat yang lain berbeda.
Telah diriwayatkan dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa ia bersabda:
( إن أعظم سورة في كتاب الله سورة الفاتحة وإن أعظم آية في كتاب الله آية الكرسي )
“Sesungguhnya surat yang paling agung dalam al Qur’an adalah surat al Fatihah, dan sesungguhnya ayat yang paling agung adalah ayat kursi”.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengutus salah seorang sahabatnya dalam peperangan, dan membacakan al Qur’an untuk sahabat-sahabatnya dengan diakhiri surat al Ikhlas, lalu beliau bersabda:
:( سلوه لأي شيء كان يصنع ذلك ) فقال : لأنها صفة الرحمن وأنا أحب أن أقرأها ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم ( أخبروه أن الله يحبه ) .
“Tanyakan kepadanya, kenapa ia melakukan itu?, maka (sahabat tadi) menjawab: “karena (surat al Ikhlas) adalah sifat ar Rahman, dan saya cinta untuk membacanya. Maka Nabi –shallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Beritahukan kepadanya bahwa Allah juga mencintainya”.
Telah diriwayatkan juga dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda:
( إن سورة الإخلاص تعادل ثلث القرآن )
“Sesungguhnya surat al Ikhlas sama dengan sepertiga al Qur’an”.
Jadi, jika penanya di atas menyukai untuk membaca surat Maryam karena terdapat kisah agung yang bermanfaat, menyebutkan balasan di hari akhir, mengingkari orang yang mendustakan dan kufur dengan ayat-ayat Allah, bangga dengan harta yang Allah berikan kepadanya, dan lain sebagainya. Maka ini tidak apa-apa dan ia tidak berdosa”. (Fatawa Islamiyah: 4/50)
Maksudnya adalah bahwa al Qur’an yang mampu menggetarkan hati dengan rasa takut dan penuh harap lebih besar dari ayat atau surat lainnya. Jadi, apabila seorang qari’ merasakan efek positif dari bacaannya, dan terbiasa dengan itu, maka tidak ada masalah.
Adapun yang dilarang adalah ketika ia berpendapat bahwa surat atau ayat tertentu memiliki keutamaan khusus dalam agama, atau bagi siapa saja yang membaca surat tertentu, maka akan mendapatkan pahala tertentu tanpa dalil yang jelas.
Syeikh Bakr Abu Zaid –rahimahullah- berkata: “Termasuk perkara bid’ah, jika seseorang mengkhususkan ayat atau surat tertentu tanpa dalil, dengan membacanya pada waktu atau tempat tertentu atau kebutuhan tertentu”. (Bida’ul Qira’ah: 14)/ Wallahu a’lam.
**************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment