Skip to main content

Waqaf dalam Ilmu Tajwid





WAQAF DALAM ILMU TAJWID


Contents:






Tanda waqaf lainnya, nаmun jarang ditemui аntаrа lаіn :

8. Waqaf Mutlaq (ط)

Tanda waqaf mutlaq (ط) artinya “harus berhenti”. Maka apabila kalian menemukan tanda waqaf (ط) pada bacaan, maka kalian harus berhenti.

9. Waqaf Murakhas (ص)

Tanda waqaf murakhas (ص) berarti “tidak berhenti”. Selama tidak menemukan alasan untuk berhenti atau kita kehabisan napas karena panjangnya suatu ayat, maka kita meneruskan bacaan.

10. Waqaf Qobih (ق)

Tanda waqaf Qobih (ق) artinya “diutamakan untuk melanjutkan”. Apabila pada ayat Al Qur’an terdapat tanda waqaf (ق) ini, lebih baik diutamakan untuk melanjutkan bacaan.

11. Waqaf Mujawwaz (ز)

Tanda waqaf Mujawwad (ز)  berarti “diutamakan untuk melanjutkan”. Untuk tanda waqaf mujawaz (ز) ini maka kalian dianjurkan untuk melanjutkan membaca.

12. Wakaf Kadzalik (ﻙ)

Tanda waqaf (ﻙ)  berarti “sama dengan waqaf sebelumnya”. Jadi apabila kalain menemukan tanda waqaf (ﻙ) ini, maka kalian harus menyamakan dengan tanda waqaf sebelumnya.

13. Waqaf Mustahab (قيف)

Tanda waqaf Mustahab (قيف) berarti “diutamakan berhenti”. Apabila jika tedapat tanda waqaf (قيف) ini dianjurkan lebih baik untuk berhenti daripada melanjutkan.
Cara Mewaqafkan Bacaan Dalam Al-Qur’an





1. Jіkа huruf terakhir berharakat sukun (mati)

Jіkа terdapat huruf terakhir berharakat sukun (mati), maka membacanya tidak ada perubahan ѕаmа sekali.
Contohnya: فَارْغَبْ  —   فَحَدِّ ثْ  —  اَعْمَالَهُمْ  (tetap dibaca amaalahum, fahaddits– dan farghab )

2. Jіkа huruf terakhir  berharakat fathahkasrah, dan dhammah

Jіkа huruf terakhir terdapat  berharakat fathahkasrah, dan dhammahMaka huruf terakhir tеrѕеbut harus dibaca sukun (mati).
Contohnya: Lafadz  اْلبَلَدِ (al-baladi) dibaca menjadi الْبَلَدْ (al-balad),  lafadz  خَلَقَ(Khalaqa) dibaca menjadi خَلَقْ  (khalaq).

3. Jіkа huruf terakhir  ta’ marbuthah (ة ), baik letaknya dі tengah ataupun dі akhir kalimat

Jіkа huruf terakhirnya  ta’ marbuthah (ة ), baik letaknya dі tengah ataupun dі akhir kalimat. Maka membacanya yaitu dеngаn menggantikan huruf ta’ marbuthah (ة ) tеrѕеbut dеngаn huruf ha’ (هْ) уаng dibaca sukun (mati). Contohnya: Kata أخِرَةٌ –  القَارِعَةُ  — جنّةٌ  dibaca menjadi  أخِرَهْ  — القَارِعَه  — جَنَّهْ

4. Jіkа huruf terakhir berharakat (hidup), tеtарі sebelumnya didahului huruf mati (sukun)

Jіkа huruf terakhirnya berharakat (hidup), tеtарі sebelumnya didahului dengan huruf sukun(mati), maka dua huruf tеrѕеbut dibacanya sukun semuanya, tарі huruf уаng terakhir dibaca suara уаng pelan.
Contohnya: Lafadz  بِالْهَزْلِ  (bil hazli) dibaca menjadi  باِلْهَزْلْ (bil hazl)

5. Jіkа dі akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad уаng huruf sebelumnya berharakat fathah)

Jіkа dі akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad уаng huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membacanya yaitu dеngаn mematikan huruf уаng terletak dі akhir kalimat tersebut, dеngаn dipanjangkan sedikit аntаrа dua ѕаmраі empat harakat.
Contohnya: مِنْ خَوْفٍ —  وَٱلصَّيۡفِ —  الحَكِيْمُ —  يَشْعُرُوْنَ

6. Ketika berhenti dі akhir kalimat, tеtарі huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً  )

Ketika berhenti dі akhir kalimat, tеtарі huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً  ),  maka cara mewaqafkan bacaan tеrѕеbut dеngаn membaca harakat fathahnya ѕаја sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan mad ‘iwadh.
Contohnya:  Lafadz   اَفْوَاجًا dibaca menjadi  افْوَاجَا, kеmudіаn lafadz  سَلاَ مًا   dibaca menjadi  سَلَا مَا
– atau akhir suku kata terdiri dаrі huruf Hamzah berharakat fathah tanwnn [ءً] dibaca fathah [ءَ] , seperti : مَاءً dibaca = مَائَا
– atau akhir suku kata terdiri dаrі Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathah tanwin [ ـً ى ] dibaca fathah [ ـَ ى], seperti : مُسَمًّىdibaca = مُسَمَّى

7. Jіkа huruf terakhir bertasydid

Jіkа huruf terakhir bertasydid, maka yang harus dilakukan yaitu mematikan tаnра menghilangkan fungsi tasydidnya.
Contohnya : مِنْـهُنَّ dibaca مِنْـهُنّْ , خلَقَهُنَّ dibaca خَلَقَهُنّْ

8. Hamzah dі akhir kata уаng ditulis dі аtаѕ waw ( ؤ) dimatikan

Hamzah dі akhir kata уаng ditulis dі аtаѕ waw (ؤ) dimatikan bіlа waqaf, dan dibaca pendek bіlа washal, seperti : يَـتَـفَـيَّـؤُا dibaca يَـتَـفَـيَّـأْ .
Demikian penjabaran singkat tentang mengenai macam-macam tanda waqaf, semoga dengan kita mempelajari tanda waqaf secara bersama – sama, kita dapat membaca al-qu’an lebih baik lagi . Jika terdapat kesalahan dalam penulis maupun penyampaiannya saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari pembaca saya ucapkan terimakasih. Semoga bermanfaat dan Jangan lupa share kepada yang lain.
Waqaf secara bahasa artiya adalah berhenti. Dalam ilmu tajwid waqaf artinya adalah menghentikan bacaan ayat sebentar yang bertujuan  untuk mengambil napas baru dengan niat  menyambungkan kembali bacaan ayat tersebut.


Jadi, waqaf dalam ilmu tajwid terbagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Waqaf TAAMM Waqaf taamm adalah mewaqafkan bacaan ayat secara SEMPURNA karena tempat waqaf  tidak berkaitan dengan ayat yang lainnya. 
2. Waqaf KAAF : waqaf kaaf adalah mewaqafkan bacaan ayat  sempurna walaupun ayat itu masih berkaitan dengan ayat setelahnya. 
3. Waqaf HASAN : waqaf hasan adalah mewaqafkan bacaan tidak mempengaruhi ayat seudahnya. 
4. Waqaf QABLIH : waqaf qabih adalah mewaqafkan bacaan ayat secara tidak baik

Terdapat beberapa tanda waqaf dalam ilmu tajwid. Berikut berapa tanda waqaf yang terdapat dalam Al qur'an

Waqaf LA WASHAL  yang memiliki tanda (لا)  maksudnya adalah  "tidak boleh berhenti". Waqaf LAZIM  yang memiliki tanda (م) maksudnya adalah  "harus berhenti". 

Waqaf WAQFU AULA yang memiliki tanda (قلى) maksudnya adalah  "berhenti lebih baik dari pada melanjutkan". 

Waqaf MURAQABAH atau MU’ANAQAH  yang memiliki tanda  (.......)maksudnya adalah  "berhenti pada salah satu tanda waqaf

". Wakaf SAKTAH (ساكته) yang memiliki tanda (س) maksudnya adalah   "Berhenti sebentar tanpa mengambil nafas". 

Waqaf JAIZ yang memiliki tanda (ج) maksudnya adalah  "pada tanda waqaf ini diboleh berhenti atau boleh melanjutan". Waqaf WASLU ULA  yang memiliki tanda  (صلى) maksudnya adalah  "melanjutkan bacaan lebih baik dari pada berhenti ".

Waqaf MUTLAQ  yang memiliki tanda (ط) maksudnya adalah "diwajibkan  berhenti". Waqaf QABIH  yang memiliki tanda (ق) maksudnya adalah "melanjutkan bacaan lebih baik dari pada berhenti ". Waqaf MUJAWAZ yang memiliki tanda (ز)  maksudnya adalah  "boleh berhenti, tetapi melanjutkan bacaan lebih baik dari pada berhenti "

Berikut ini penjelasan lengkap mengenai pengertian waqaf, saktah dan juga qath ditinjau berdasarkan ilmu tajwid :

Waqaf

Secara bahasa, arti waqaf berarti berhenti, sedangkan yang dimaksud waqaf dalam ilmu tajwid ialah memberhentikan bacaan sesaat pada akhir kata dengan tuuan untuk mengambil nafas dan kemudia bacaannya dilanjutkan kembali.

Saktah

Secara bahasa, arti saktah adalah “diam sejenak”, sedangkan Yang dimaksud dengan saktah menurut ilmu tajwid ialah memutuskan bacaan sejenak pada akhir kata tanpa bernafas sama sekali, kemudian melanjutkan kembali bacaannya. Berhentinya pada saktah lebih singkat dari pada waqaf, dan saktah ini juga disebut waqaf ringan.

Qath

Arti Qath secara bahasa adalah “memotong”, Sedangkan yang dimaksud dengan qath ialah memberhentikan bacaan al-quran secara langsung dengan tujuan berhenti dari bacaan tersebut, sehingga jika ia harus membaca ta’awudz jika hendak membaca al-quran kembali.

Perbedaan Waqaf dan Saktah

Apa perbedaan antara waqaf dan saktah sedangkan keduanya sama-sama berhenti? Jika kita melihat dari definisi di atas saja sudah sangat jelas bagaimana perbedaan waqaf dan saktah, waqaf adalah berhenti sejenak untuk mengambil nafas kemudian melanjutkan kembali bacaannya sedangkan saktah berhenti sejenak tanpa mengambil nafas.

Tanda Wakaf Saktah: 
ayat yang mengandung tanda waqaf saktah adalah surah Al mutaffifin ayat 14, surah Al kahfi ayat 1, surah yasin ayat 52 dan surah Al qiyamah ayat 27

Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an bisaanya di tulis dengan  dengan tanda ( ساكته) atau kadang kala dengan  (س) . Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an hanya terdapat dalam 4 ayat. Berikut contoh tanda waqaf saktah dalam mushaf Al qur'an

Surah Al-Mutaffifin ayat ke 14
كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Surah Al Kahfi ayat ke 1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ

Surah yasin ayat ke 52
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Surah Al qiyamah ayat ke 27
وَقِيْلَ مَنْ ۜرَاقٍۙ

Untuk lebih jelas tanda waqafnya dapat di lihat pada potongan ayat yang digaris bawahi tersebut. Pada potongan ayat yang digaris bawaahi diatas ayatnya ada tanda waqaf saktah yang ditulis dengan simbul huruf sin (س)

Salah satu tajwid gharib dalam bacaan riwayat Hafs adalah saktah. Secara istilah ilmu tajwid adalah berhenti sejenak tanpa bernafas dengan niat melanjutkan bacaan. Biasanya ditandai dengan huruf (س) yang diletakkan di atas huruf yang dibaca saktah. Cara membaca saktah adalah dengan berhenti dan menahan nafas selama 2 harakat. Saktah dalam riwayat Hafs dibagi menjadi 2 yaitu saktah wajib dan saktah jaiz.

Tambahan kata "Riwayat Hafs" digunakan merujuk pada riwayat bacaan yang digunakan di Indonesia. Artinya, pembahasan saktah di sini sesuai atau mirip dengan pembahasan tajwid pada umumnya. Saktah wajib menurut bacaan riwayat Hafs terdapat di empat tempat yang masing-masing berbeda surahnya yaitu al-Kahfi, Yasin, al-Qiyamah, dan al-Muthaffifin. Dalam empat tempat tersebut, WAJIB membaca saktah apabila menggunakan wasal (sambung).
Saktah di surah al-Kahfi terdapat di akhir ayat pertama atau pada alif kata (عِوَجَا). Wajib membaca saktah apabila ingin menyambungkan (wasal) ayat pertama dengan kedua. Namun apabila tidak ingin wasal, boleh tidak saktah dan diganti waqaf karena ra’s al ayat. Artinya boleh waqaf pada ayat pertama dan ibtida pada ayat kedua.

Berikut ini pembahasan keempat saktah wajib. Selain membahas rincian saktah, dijelaskan juga hikmah penggunaan saktah yang dikutip dari perkataan Ibnu Jazari. 1. Saktah di surah al-Kahfi
Apabila tidak dibaca saktah pada kata (عِوَجَا), maka artinya “dan Dia (Allah) tidak menjadikannya (al-Quran) bengkok yang lurus”. Padahal ayat kedua menjelaskan sifat al-Quran bahwa al-Quran itu bimbingan yang lurus, bukan sifat bengkok yang lurus.

Menurut al-Jazari, hikmah dibaca saktah pada ayat al-Kahfi di atas agar kata (عِوَجَا), yang artinya bengkok, tidak berhubungan atau tidak memiliki kaitan dengan kata (قَيِّماً) yang artinya lurus. 2. Saktah di surah Yasin
Hikmah saktah dalam ayat tersebut agar menjadi pemisah antara perkataan orang kafir dan perkataan orang mukmin. Arti ayat tersebut sebagai berikut : “Mereka berkata: Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?[SAKTAH] Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya)”
Saktah dalam surah Yasin terdapat pada ayat ke 52 atau saktah pada alif kata (مَرْقَدِنَا). Apabila ingin menyambungkan (wasal), maka wajib saktah. Saktah dalam ayat ini boleh juga diganti dengan waqaf karena itu adalah waqaf tam (sempurna). 3. Saktah di surah al-Qiyamah

Saktah ini terdapat di ayat 27 atau pada nun kata (مَنْ). Nun sukun pada kata tersebut harus dibaca idzhar (jelas). Hikmah dibaca saktah agar jelas bahwa (مَنْ رَاق), yang artinya siapa yang dapat menyembuhkan, adalah dua kata. Apabila tidak saktah maka terjadi idgham bila ghunnah (nun sukun bertemu ro) dan terdengar satu kata menjadi (مَرَّاق) yang mirip dengan (مُرَّاق) artinya para pembantah atau (مَرَق) yang artinya kuah daging/kaldu. 4. Saktah di surah al-Muthaffifin

Keempat tempat di atas wajib dibaca saktah apabila mewasalkan (menyambung) bacaan. Saktah ini terdapat pada ayat 14 atau lam kata (بَلْ). Lam sukun pada kata tersebut harus dibaca idzhar (jelas). Hikmah dibaca saktah pada ayat di atas mirip dengan di surah al-Qiyamah yaitu agar jelas terdapat 2 kata. Arti (بَلْ رَانَ) adalah “Bahkan, telah menutupi”
Apabila tidak di-saktah, maka lam sukun dibaca idgham mutaqaribain dan terdengar ada 1 kata yang mirip dengan kata (بَرَّان) yang berarti 2 daratan.
Kesimpulan : Secara ittifaq (semua sepakat) tidak ada perbedaan dalam 4 saktah di atas sehingga dinamakan saktah wajib. Saktah di surah al-Kahfi dan Yasin boleh diganti dengan waqaf karena ra's ayat dan waqaf tam (boleh saktah boleh waqaf). Saktah di al-Qiyamah dan al-Muthaffifin tidak dapat diganti waqaf karena belum sempurna maknanya (wajib saktah)

Tanda atau dhabt untuk saktah biasanya memakai huruf (س). Atau bisa memakai tanda lainnya misalnya tulisan arab saktah (سكتة). Terdapat hikmah-hikmah dalam setiap bacaan saktah di atas Sumber bacaan : - Al-Mufid Fi Ilm at-Tajwid - Al-Wadhih fi Ahkam at-Tajwid - Ghayatul Murid fi Ilm at-Tajwid - Nihayatul Qaulil Mufid fi Ilm at-Tajwid

Semoga kita senantiasa diberi kemudahan untuk selalu membaca al-Quran dengan mengamalkan ilmu tajwid. Wallahu A’lam Bishawaab.




*********************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Darul Quran Mina (DQM)

Darul Qur'an Mina (DQM) Profil & Kegiatan Darul Qur'an Mina (DQM) Wakaf Bangunan DQM   Update Laporan Donasi Wakaf Bangunan DQM    Youtube DaQuMina Channel (Indonesia/Melayu)   Youtube DQM Channel (English)   Murattal & Tadabbur al-Quran:  Murattal al-Qur'an Berbagai Qari Masyhur (MP4)   Murattal Al-Quran Qari Utama (MP4)   The Glorious Noble Qur'an -Syaikh Abu Bakr Ash-Shatery, Eng Trans (MP4)   Tadabbur/Tafsir al-Quran (MP3 &MP4)   Tafsir Al-Quran   Ilmu al-Quran (Ulumul Quran) -MP4 Tajwid/Ilmu Tajwid    Belajar Membaca & Tadabbur al-Qur'an (Html,MP3 dan MP4)   Kajian Hadist (Study of Hadith)    Murattal al-Quran Semua List Qari Masyhur (MP3)   Murattal Al-Quran Semua Qori (MP3)   Perpustakaan Audio Quran MP3 Semua Qari   Murattal Al-Quran 30 Juz (MP3 Audio)   List Murattal Al-Qur'an (MP3 Audio) & Tafsir   Al-Quran Digital (Display Ayat dan Terjemahan), Murattal Oleh Syaikh Abdulrahman al-Ossi  

Update Laporan Donasi Wakaf Tanah & Bangunan Darul Quran Mina (DQM)

Update Laporan Wakaf  Bangunan Darul Quran Mina (DQM) Yayasan Pembangunan Islam Mina , SK Kementerian Hukum & HAM RI No. AHU.0006005.AH.01.04.2017 1. Kantor Pusat (HQ):  Alamat: Darul Quran Mina (DQM), Lampeuneurut Ujong Blang, Darul Imarah, Aceh Besar, INDONESIA 23352.  Kebutuhan Dana:  - Tanah seluas 364 M2 & 1 Unit Bangunan: Rp 998,000,000,- -  3 unit Balai Pengajian: Rp 26,600,000,- ************************************** Transfer Wakaf Bangunan DQM ke No Rekening (Acc): 📟 No. Acc Bank Aceh Syari'ah : 62002200105180 Kode Bank 116  (Swift Code: PDACIDJ1) 📟 No. Acc Bank Syariah Indonesia: 7147283126 Kode Bank 451  (Swift Code: BSMDIDJAXXX  ) 📟 No. Acc Bank CIMB Niaga Syariah: 761968078600 Kode Bank 022  (Swift Code: BNIAIDJA XXX ) Semuanya a.n: Sofyan Kaoy Umar  Konfirmasi setelah Transfer:  WA: +6281234582087 (Ust.Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF), Ketua Pengurus Yayasan Pembangunan Islam Mina Khusus  bagi  muhsinin Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia &am

Kitab Matan al-Jazariyah

Matan al-Jazariyah Nama kitab: Matan Al-Jazariyah (متن الجزرية) Pengarang: Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhamad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf Al-Jazary Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i Penerjemah: Abu Ezra El Fadhli Bidang studi: Ilmu Tajwid (Cara membaca makharijul huruf al-Qur'an)  Matan al-Jazariah ini berisikan 109 bait yang ditulis oleh Imam Muhammad Ibnul Jazari Asy-Syafi’i . Matan ini dimulai dengan muqoddimah, makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf, tajwid, tafkhim dan tarqiq, tentang ra, tentang lam. tha’ dan zha’, tahdziirat (peringatan-peringatan), mim dan nun tasydid serta mim sukun, tanwin dan nun sukun, mad dan qoshr, mengenal waqof, maqthu’ dan maushul dan hukum ta’. tentang ta’, hamzah washl, Sifat-sifat huruf Hijaiyah atau abjad Arab memiliki karakter khusus dan harus diucapkan secara benar berdasarkan ilmu tajwid terutama saat membaca Al-Quran. Termasuk harus diketahui huruf yang dibaca tarqiq (tipis) dan tafkhim (tebal). -