Skip to main content

Taat kepada Allah




Ta'at Kepada Allah


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)
“Kaum mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka mengajak berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran, melakukan shalat, mengeluarkan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa untuk menolong kaum mukmin lagi Mahabijaksana dalam memberikan pertolongan.” [QS. At-Taubah, 9: 71]
لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوا وَّآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوا وَّآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوا وَّأَحْسَنُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (93)
“Orang-orang beriman dan beramal shalih tidaklah dianggap salah karena mereka dahulu biasa memakan makanan yang haram karena mereka belum tahu bahwa makanan itu diharamkan, selama mereka tetap taat dan beriman serta beramal shalih, kemudian taat dan beriman, kemudian taat dan ikhlas dalam berbuat kebajikan. Allah mencintai orang-orang yang suka berbuat kebajikan.” [QS. Al-Maaidah, 5: 93]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِك
“Cintailah orang lain sebagaimana cintamu kepada dirimu.” [HR. Bukhari dalam kitab Tarikhnya, Thabarani, Hakim dan Baihaqi]
Kedua ayat di atas menegaskan bahwa upaya menciptakan rasa aman dalam kehidupan dunia adalah dengan mematuhi syariat Allah secara konsisten. Karena ketaatan kepada Allah menghasilkan rasa diawasi oleh Allah sehingga menciptakan kejujuran, sifat amanah dan menjaga hak-hak orang lain serta menjauhi tindakan-tindakan yang dapat menzhalimi orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa seseorang muslim harus dapat mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Dengan terbentuknya sifat kejujuran dan rasa aman dalam kehidupan di dunia ini, maka manusia mampu membangun peradaban dan kebudayaan yang bermutu. Sebab, dia memiliki semangat hidup dan bekerja keras untuk kebaikan, perubahan nasib dan segala hal yang diperlukan untuk kemajuan hidupnya di dunia.
Ketaatan kepada Allah akan menciptakan semangat untuk kmencegah masyarakat melakukan hal-hal yang buruk atau mungkar. Sikap kontrol terhadap perilaku negatif masyarakat memiliki pengaruh kuat untuk menjaga akhlak, menumbuhkan rasa malu dan mendorong semangat berlomba untuk kebaikan.
Bila semangat mengontrol diri sendiri dan masyarakat menjadi kuat, maka rasa malu dalam diri setiap orang akan menjadi kuat pula. Setiap keluarga dan lingkungan masyarakat yang dibentuk di atas rasa malu dan semangat berbuat baik yang tinggi akan melenyapkan perilaku buruk yang mengganggu ketenteraman masyarakat. Karena itu, Allah menyebutkan para hamba-Nya yang taat kepada-Nya sebagai orang-orang yang jujur yang termaktub pada ayat 71 At-Taubah di atas.
Orang-orang yang taat kepada Allah dengan sendirinya harus meneladani kehidupan Rasulullah dalam segala aspek kehidupannya. Karena Rasulullah adalah merupakan sosok yang menjabarkan Al-Qur’an dalam praktek sebagaimana yang dikendaki oleh Allah. Maka, orang-orang yang taat kepada Allah tidak berani menyalahi Al-Qur’an, mengurangi ajaran Rasulullah atau menciptakan perilaku-perilaku bid’ah dalam agama maupun perilaku-perilaku buruk dalam kehidupan bermuamalah.
Orang-orang yang takut kepada Allah menyadari bahwa contoh-contoh yang diberikan oleh Rasulullah merupakan bahagian dari pelaksanaan Al-Qur’an sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah, bahwa aku diberi Al-Qur’an dan hal lain yang sama dengan itu.”
Maka orang yang taat kepada Allah menyadari adanya kewajiban menegakkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan menegakkan sunnah Rasulullah ini, menjadikan jiwanya selalu berlaku jujur, amanah dan menjaga kemaslahatan orang lain.
Taat kepada Allah berarti menjauhkan dirinya dari ketergantungan kepada sesama manusia dan harta benda. Dia senantiasa memfokuskan dirinya dalam usaha mencari keridhaan Allah dan mengnyampingkan kesenangan duniawi dalam bentuk apapun bilamana kesenangan-kesenangan duniawi itu merusak aqidahnya dan akhlaknya.
Ketaatan kepada Allah akan membangkitkan kuatnya keimanan kepada hal-hal yang ghaib seperti siksa kubur, siksa neraka, nikmat kubur dan surga. Dengan adanya kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal yang ghaib membentuk tekad dirinya untuk melawan hawa nafsu yang mengajak kepada kemungkaran. Orang yang taat kepada Allah selalu menggunakan akalnya untuk berfikir menempuh jalan yang diridhai oleh Allah dan menguburkan mata hatinya untuk melihat kebenaran ajaran-ajaran Allah. Maka orang-orang yang taat kepada Allah menyadari fungsi dan kewajibannya dalam kehidupan di dunia iniyaitu sebagai makhluk yang diamanati mengelola dunia dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah.
Orang-orang yang taat kepada Allah terbuka hatinya untuk bersikap kasih sayang, menghargai orang lain dan terbuka terhadap kritik atas segala kesalahan yang dilakukannya dalam kehidupan di dunia ini. Karena dia menyadari hanya Allah yang selalu benar dan dirinya bisa salah atau bisa benar.
Oleh karena ketaatan kepada Allah menghidupkan jiwa dan akal manusia untuk mencapai sifat-sifat yang baik seperti sikap berterus terang, berani, jujur menghargai orang lain dan bertanggung jawab mencegah kemungkaran di tengah masyarakat, maka jiwa yang taat kepada Allah pasti menghasilkan dunia yang dipenuhi kejujurabn, keadilan, kesejahteraan dab keamanan. Inilah yang disebut oleh Allah dengan dinanungi barokah yang datang dari langit dan bumi.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)
“Sekiranya penduduk berbagai negeri mau beriman dan taat kepada Allah, niscaya Kami akan bukakan pintu-pintu berkah kepada mereka dari langit dan dari bumi. Akan tetapi karena penduduk negeri-negeri itu mendustakan agama Kami, maka Kami timpakan adzab kepada mereka akibat dari dosa-dosa mereka.” [QS. Al-A’raaf, 7: 96]. []

Di dalam pembahasan tentang perintah Allah untuk taat kepada Rasul-Nya, Al-Baihaqi berkata : ” Bahwa keterangan tentang ketaatan kepada Allah adalah dengan mentaati utusan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menetapi janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. [Al-Fath/48 : 10]
Dan firman-Nya.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. [An-Nisaa/4 : 80]
Imam Syafi’i berkata : ” Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada mereka bahwa membai’at Rasulullah berarti sama dengan membai’at Allah dan taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah taat kepada Allah, maka Allah berfirman.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. [An-Nisa/4 : 65].
Imam Syafi’i mengatakan : “Ayat ini diturunkan pada seorang laki-laki yang bersengketa dengan Az-Zubair tentang hak penyiraman tanah kebun, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan bahwa penyiraman itu adalah milik Az-Zubair, dan ketetapan itu adalah Sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mana dalam Al-Qur’an tidak ada suatu hukum yang menetapkan tentang perkara ini.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Az-Zubair : Bahwa seorang laki-laki dari golongan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair tentang tanah datar yang penuh bebatuan dan tempat mengalirnya air, yang mana air dari tempat itu digunakan untuk menyirami pohon kurma, laki-laki dari golongan Anshar itu berkata :”Biarkan air itu mengalir”, lalu Zubair tidak memenuhi permintaan itu, maka kedua orang ini menyerahkan perkara itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Siramilah wahai Zubair kemudian alirkanlah air itu kepada tetangga”. Lalu laki-laki Anshar itu berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apakah keputusan itu didasari karena Az-Zubair adalah saudara sepupumu”, maka berubahlah roman wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda.
“Wahai Zubair siramlah kemudian bendunglah air itu hingga kembali kepada dinding-dinding (pembatas)”.
Kemudian Az-Zubair berkata : “Demi Allah sesungguhnya aku menduga bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan hal itu”. Yakni ayat.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan”. [An-Nisa/4 : 65]
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka terhadapku maka ia telah durhaka terhadap Allah”. Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : “Datang malaikat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau tidur, sebagian malaikat berkata bahwa beliau tidur dan sebagian lain berkata bahwa yang tidur adalah matanya namun hatinya jaga. Malaikat ini berkata : “Sesungguhnya sahabat kalian ini memiliki perumpamaan maka berilah perumpamaan baginya”. Maka di antara malaikat ada yang berkata : “Sesungguhnya beliau tidur”, sebagian lain berkata : “Sesungguhnya mata beliau tidur namun hatinya jaga”, maka malaikat itu berkata : “Perumpamaannya adalah bagaikan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, di dalam rumah itu ia menyediakan meja yang di atasnya terdapat hidangan, lalu ia mengutus orang untuk mengundang. Adapun yang memenuhi undangan itu maka ia masuk ke dalam rumah itu dan memakan hidangan itu, sedangkan yang tidak memenuhi undangan tersebut, maka tidak masuk ke dalam rumah itu dan tidak memakan hidangan tersebut”. Para malaikat itu berkata : “Ta’wilkanlah itu padanya sehingga dipahaminya”. Maka di antara mereka ada yang berkata : “Sesungguhnya beliau sedang tidur”, sebagian lainnya berkata : “Sesungguhnya matanya tertidur sedangkan hatinya jaga”, maka berkata malaikat itu : “Rumah itu adalah Surga, sedang orang yang mengundang itu adalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yang mentaati Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka terhadap Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti ia telah durhaka terhadap Allah. Muhammad adalah (sosok) yang dapat membedakan manusia”.
Dan telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“‘Setiap umatku akan masuk Surga kecuali yang tidak mau.?’. Para sahabat bertanya : ‘Wahai Rasulullah siapakah yang tidak mau ?’. Beliau bersabda : ‘Barangsiapa yang taat kepadaku maka ia masuk Surga dan barangsiapa yang tidak taat padaku maka dialah yang tidak mau (masuk Surga)”.
Berkata Imam Syafi’i : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. [An-Nur/24: 63]
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sufyan tentang firman Allah : “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul takut akan ditimpa cobaan”. Ia (Sufyan) berkata : Maksudnya adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menutup hati mereka untuk menerima segala sesuatu yang diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap mereka, maka Allah berfirman.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. [Al-Hasyr : 7].
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkata : “Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita yang mentato tubuhnya, wanita yang meminta di tato tubuhnya, wanita yang mencabut bulu (alis dan bulu mata) dan wanita yang membuat cela diantara giginya untuk memperindah (dirinya) dengan merubah bentuk ciptaan Allah”, kemudian ucapan Ibnu Mas’ud ini sampai kepada seorang wanita yang dikenal dengan panggilan Ummu Yaq’ub, maka Ummu Yaq’ub datang kepada Ibnu Mas’ud dan berkata : “Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa engkau mengucapkan begin dan begitu”, maka Ibnu Mas’ud berkata : “Apa tidak boleh saya melaknat orang yang dilaknat Rasulullah, dan hal itu telah disebutkan dalam Kitabullah”, lalu Ummu Yaq’ub berkata : “Sesungguhnya saya telah membaca seluruh Al-Qur’an dan saya tidak mendapatkan tentang hal itu”, Ibnu Mas’ud berkata : “Jika engkau telah membaca Al-Qur’an maka engkau telah mendapatkan tentang itu, apakah engkau membaca firman Allah.
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan”. [Al-Hasyr/59 : 7]
Wanita itu menjawab : “Ya”, Ibnu Mas’ud berkata : “Sesungguhnya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal itu”.
Berkata Imam Syafi’i : “Al-Qur’an juga telah menerangkan bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi petunjuk pada jalan yang lurus, Allah berfirman. “Tetapi kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (Yaitu) jalan Allah”. [Asy-Syura : 52-53]
Berkata Imam Syafi’i : “Kewajiban bagi manusia yang hidup di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bagi manusia yang hidup setelah beliau adalah kewajiban yang sama, yaitu diwajibkan bagi tiap-tiap manusia untuk taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian Al-Baihaqi mengeluarkan suatu riwayat dengan sanadnya dari Maimun bin Marhan tentang firman Allah.
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (As-Sunnah)”. [An-Nisa’/4 : 59].
Maksud “mengembalikan kepada Allah” dalam ayat ini adalah mengembalikan kepada kitab-Nya yaitu Al-Qur’an, sedangkan mengembalikan kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika beliau telah wafat “adalah kembali kepada Sunnah beliau”. Selanjutnya Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits riwayat Abu Daud dari Abu Rafi’i, ia berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘laihi wa sallam.
“Sungguh aku akan dapatkan seseorang di antara kalian yang tengah bersandar di atas dipannya kemudian datang kepadanya suatu perkara dariku yang aku perintahkan kepadanya atau aku larang baginya, lalu ia berkata: “Saya tidak tahu, apa yang kami temukan di dalam Kitabullah maka kami mengikutinya”.
Imam Syafi’i berkata : “Dalam hadits ini terkandung berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memberitahukan kepada umatnya bahwa mereka diharuskan mengikuti Sunnah Rasulullah walaupun tidak ada nashnya di dalam Al-Qur’an”.
Kemudian Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits yang diriwayatkan pula oleh Abu Daud dari Al-‘Irbadh bin Syariyah, ia berkata : “Kami singgah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Khaibar dan bersama beliau ada para sahabat beliau, di antara penduduk Khaibar terdapat seorang laki-laki yang datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, laki-laki itu berkata : “Wahai Muhammad, apakah kalian akan menyembelih keledai-keledai kami, apakah kalian akan memakan buah-buahan kami, dan apakah kalian akan memukuli wanita-wanita kami .?, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan beliau bersabda.
“Wahai Ibnu Auf (seorang sahabat) naikilah kudamu, kemudian serukan panggilan agar mereka berkumpul untuk melaksanakan shalat”.
Maka para sahabat berkumpul dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami mereka shalat, kemudian beliau berdiri dan bersabda.
“Apakah seorang di antara kalian yang bersandar pada dipannya menduga, bahwa Allah tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang ada di dalam Al-Qur’an ini, ketahuilah bahwa sesungguhnya aku -demi Allah- telah memerintahkan, aku telah menasehati, dan aku telah melarang beberapa hal, sesungguhnya semua itu adalah sama dengan Al-Qur’an atau lebih, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak membolehkan bagi kalian untuk masuk ke dalam rumah-rumah para ahlul kitab kecuali dengan izin, tidak boleh memukul para wanita mereka, tidak boleh memakan buah-buahan mereka, kecuali jika mereka memberi pada kalian dari apa yang ada pada mereka”.
Rujukan: Kitab Miftahul Jannah fii-Ihtijaj bi As-Sunnah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi, hal. 36-46 Terbitan Darul Haq, penerjemah Amir Hamzah Fachruddin.

*********************************

Kontributor: Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi ; Al-Ustadz Muhammad Thalib. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com






Comments

Popular posts from this blog

Darul Quran Mina (DQM)

Darul Qur'an Mina (DQM) Profil & Kegiatan Darul Qur'an Mina (DQM) Wakaf Bangunan DQM   Update Laporan Donasi Wakaf Bangunan DQM    Youtube DaQuMina Channel (Indonesia/Melayu)   Youtube DQM Channel (English)   Murattal & Tadabbur al-Quran:  Murattal al-Qur'an Berbagai Qari Masyhur (MP4)   Murattal Al-Quran Qari Utama (MP4)   The Glorious Noble Qur'an -Syaikh Abu Bakr Ash-Shatery, Eng Trans (MP4)   Tadabbur/Tafsir al-Quran (MP3 &MP4)   Tafsir Al-Quran   Ilmu al-Quran (Ulumul Quran) -MP4 Tajwid/Ilmu Tajwid    Belajar Membaca & Tadabbur al-Qur'an (Html,MP3 dan MP4)   Kajian Hadist (Study of Hadith)    Murattal al-Quran Semua List Qari Masyhur (MP3)   Murattal Al-Quran Semua Qori (MP3)   Perpustakaan Audio Quran MP3 Semua Qari   Murattal Al-Quran 30 Juz (MP3 Audio)   List Murattal Al-Qur'an (MP3 Audio) & Tafsir   Al-Quran Digital (Display Ayat dan Terjemahan), Murattal Oleh Syaikh Abdulrahman al-Ossi  

Update Laporan Donasi Wakaf Tanah & Bangunan Darul Quran Mina (DQM)

Update Laporan Wakaf  Bangunan Darul Quran Mina (DQM) Yayasan Pembangunan Islam Mina , SK Kementerian Hukum & HAM RI No. AHU.0006005.AH.01.04.2017 1. Kantor Pusat (HQ):  Alamat: Darul Quran Mina (DQM), Lampeuneurut Ujong Blang, Darul Imarah, Aceh Besar, INDONESIA 23352.  Kebutuhan Dana:  - Tanah seluas 364 M2 & 1 Unit Bangunan: Rp 998,000,000,- -  3 unit Balai Pengajian: Rp 26,600,000,- ************************************** Transfer Wakaf Bangunan DQM ke No Rekening (Acc): 📟 No. Acc Bank Aceh Syari'ah : 62002200105180 Kode Bank 116  (Swift Code: PDACIDJ1) 📟 No. Acc Bank Syariah Indonesia: 7147283126 Kode Bank 451  (Swift Code: BSMDIDJAXXX  ) 📟 No. Acc Bank CIMB Niaga Syariah: 761968078600 Kode Bank 022  (Swift Code: BNIAIDJA XXX ) Semuanya a.n: Sofyan Kaoy Umar  Konfirmasi setelah Transfer:  WA: +6281234582087 (Ust.Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF), Ketua Pengurus Yayasan Pembangunan Islam Mina Khusus  bagi  muhsinin Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia &am

Tafsir al-Quran

  TAFSIR AL-QUR'AN Bacaan Al-Quran (Al-Quran Recitation) Tafsir As-Su'udi, Al-Baghawi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, At-Thabari ( Arabic)   Al-Quran Terjemah Per Kata dan Tafsir (Kemenag RI, Jalalain, Ibn Katsir & Al-Misbah )   Al-Quran dan Terjemahannya (Indonesia & English, Bacaan Oleh Al-Afasi ), Tafsir Kemenag dan Aspek Terkait   Tafsir Kemenag RI, Bacaan Oleh Al-Husary Learn Quran Tafsir (Jalalain, Ibnu Katsir, Kemenag RI dan Al-Azhar )   TafsirWeb (Al-Muyassar, Al-Mukhtasar,  Al-Wajiz, As-Sa'di, Sawi , dll)    Tafsir al-Mukhtasar fi Al-Quran al-Karim (Indonesia)       Tafsir Hidayatul Insan - Al Ustadz Marwan Bin Musa   Belajar Al-Quran Kata Per Kata   Tafsir NU Online    Tafsir Al-Mukhtasar fi Al-Quran Karim (English)   Maududi Tafhimul Quran Tafsir (English)   Ibn Kathir Al-Quran Tafsir ( English )   Tafsir Ibn Katheer & Ma’arif ul-Quran (in English, Arabic, Urdu )      Tafsir Ibn Abbas (English)    Tafsir Kashani (English)   Tafsir Kashf Al-Asrar (English)