Permintaan Penghuni Neraka
Setelah merasakan siksaan yang
panjang di neraka dengan waktu yang tidak bisa kita bayangkan, para penghuni
neraka itu memiliki empat permintaan. Allah swt mengabadikan semua kisah ini
agar kita benar-benar menjaga diri agar tidak terjerumus dalam api neraka.
Permintaan
pertama, Mereka
memohon kepada Allah swt agar dikeluarkan dari neraka dan diberi kesempatan
satu kali lagi.
رَبَّنَآ
أَخۡرِجۡنَا مِنۡهَا فَإِنۡ عُدۡنَا فَإِنَّا ظَٰلِمُونَ
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya
(kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran),
sungguh, kami adalah orang-orang yang zhalim.” (QS.Al-Mu’minun:107)
Kemudian
Allah swt menjawab :
قَالَ
ٱخۡسَـُٔواْ فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ
Dia (Allah) berfirman, “Tinggallah dengan
hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”
(QS.Al-Mu’minun:108)
Setelah
permintaan ini ditolak, mereka menjadi putus asa dan memohon permintaan yang
kedua.
Permintaan kedua, Mereka
memohon kepada Malaikat penjaga neraka.
وَنَادَوۡاْ
يَٰمَٰلِكُ لِيَقۡضِ عَلَيۡنَا رَبُّكَ
Dan mereka berseru, “Wahai (Malaikat) Malik!
Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.” (QS.Az-Zukhruf:77)
Penghuni
neraka berharap agar Allah mematikan mereka agar tidak lagi merasakan
dahsyatnya siksaan neraka. Namun malaikat Malik menjawab,
قَالَ إِنَّكُم
مَّٰكِثُونَ
Dia menjawab, “Sungguh, kamu akan tetap
tinggal (di neraka ini).” (QS.Az-Zukhruf:77)
Setelah
permintaan kedua ini gagal. Mereka beralih ke permintaan ketiga.
Permintaan ketiga, Penghuni
neraka merintih dan memohon kepada penjaga neraka agar Allah menghentikan
siksaan ini SEHARI SAJA !
وَقَالَ
ٱلَّذِينَ فِي ٱلنَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ يُخَفِّفۡ عَنَّا
يَوۡمٗا مِّنَ ٱلۡعَذَابِ
Dan orang-orang yang berada dalam neraka
berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar
Dia meringankan azab atas kami sehari saja.” (QS.Ghafir:49)
Sebuah
permintaan yang membuat hati kita bergetar, mereka bahkan menginginkan untuk
beristirahat dari siksa walau sehari saja.
Namun apa jawaban dari penjaga neraka?
Namun apa jawaban dari penjaga neraka?
قَالُوٓاْ
أَوَلَمۡ تَكُ تَأۡتِيكُمۡ رُسُلُكُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِۖ
Maka (penjaga-penjaga Jahanam) berkata,
“Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang
nyata?”
قَالُواْ بَلَىٰۚ
Mereka menjawab, “Benar, sudah datang.”
قَالُواْ
فَٱدۡعُواْۗ وَمَا دُعَٰٓؤُاْ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَٰلٍ
(Penjaga-penjaga Jahanam) berkata, “Berdoalah
kamu (sendiri!)” Namun doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (QS.Ghafir:50)
Sayang
sekali doa mereka sudah terlambat dan akan berakhir sia-sia. Kemudian setelah
itu mereka berpindah pada permintaan keempat.
Permintaan keempat, Penghuni
neraka memohon bantuan kepada penghuni surga. Sebuah permohonan yang sangat
sederhana.
وَنَادَىٰٓ
أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ أَنۡ أَفِيضُواْ عَلَيۡنَا مِنَ
ٱلۡمَآءِ أَوۡ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ
Para penghuni neraka menyeru para penghuni
surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah
dikaruniakan Allah kepadamu.”
Namun apa
jawaban dari penghuni surga?
قَالُوٓاْ إِنَّ
ٱللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ
Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah
mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,” (QS.Al-A’raf:50)
Lalu siapa yang dimaksud dalam ayat ini
sehingga layak untuk masuk neraka dan sama sekali tidak layak untuk mendapatkan
keringanan?
Pada
lanjutan ayat ini dijelaskan bahaa mereka adalah :
ٱلَّذِينَ
ٱتَّخَذُواْ دِينَهُمۡ لَهۡوٗا وَلَعِبٗا
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya
sebagai permainan dan senda-gurau.”
وَغَرَّتۡهُمُ
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۚ
“Dan mereka telah tertipu oleh kehidupan
dunia.”
فَٱلۡيَوۡمَ
نَنسَىٰهُمۡ كَمَا نَسُواْ لِقَآءَ يَوۡمِهِمۡ هَٰذَا وَمَا كَانُواْ
بِـَٔايَٰتِنَا يَجۡحَدُونَ
“Maka pada hari ini (Kiamat), Kami melupakan
mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena
mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS.Al-A’raf:51)
Muhammad bin Ka’ab sebagaimana yang dinukil dalam kitab Mukasyafatul Qulub, h. 149, menjelaskan bahwa setidaknya ada empat doa atau permintaan ahli neraka yang diajukan Allah Swt. Kelima doa ini dijawab oleh Allah Swt. kecuali doa yang terakhir. Doa yang terakhir tidak diijabah (bahkan tidak diperkenankan untuk dilontarkan) oleh Allah Swt. sehingga mereka langsung terdiam setelahnya.
Adapun permintaan ahli neraka tersebut adalah sebagai berikut,
Pertama, mereka berdoa kepada
Allah Swt. agar diberi jalan keluar dari neraka. Namun, doa dan penyesalan
mereka sudah tidak berguna lagi untuk mereka. Mereka berkata sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah Swt. dalam QS. Ghafir: 11,
قَالُوْا رَبَّنَآ اَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ
وَاَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوْبِنَا فَهَلْ اِلٰى خُرُوْجٍ
مِّنْ سَبِيْلٍ
Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua
kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa
kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
Doa mereka dijawab oleh Allah Swt. dalam lanjutan ayat di atas
sebagaimana berikut ini:
ذٰلِكُمْ بِاَنَّهٗٓ اِذَا دُعِيَ اللّٰهُ
وَحْدَهٗ كَفَرْتُمْۚ وَاِنْ يُّشْرَكْ بِهٖ تُؤْمِنُوْا ۗفَالْحُكْمُ لِلّٰهِ
الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ
Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila
diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah dipersekutukan, kamu percaya.
Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi,
Mahabesar. QS. Ghafir [40]: 12.
Kedua, Penyesalan itu datang
setelah mereka melihat dan mendengar sendiri betapa dahsyatnya siksa neraka
sehingga mereka meminta agar dikembalikan kedua untuk beramal saleh. Padahal
saat masih di dunia mereka menyombongkan diri dan berkata tidak akan binasa.
Mereka berkata sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam QS.
As-Sajadah [32]: 12,
وَلَوْ تَرٰىٓ اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَاكِسُوْا
رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۗ رَبَّنَآ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا
نَعْمَلْ صَالِحًا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang
yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata),
“Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah
orang-orang yang yakin.”
Permintaan mereka dijawab oleh Allah Swt. dalam QS. Ibrahim [14]:
44,
اَوَلَمْ تَكُوْنُوْٓا اَقْسَمْتُمْ مِّنْ
قَبْلُ مَا لَكُمْ مِّنْ زَوَالٍۙ
(Kepada mereka dikatakan), “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah
bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?
Ketiga, mereka masih bersikeras
meminta agar dikeluarkan dari api neraka. Lagi-lagi mereka berjanji akan
memperbaiki diri ketika sudah dibangkitkan kembali ke dunia. Mereka berkata
dalam firman Allah Swt. Qs. Fathir [35]: 37,
وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ
اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَل
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang
berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.
Dalam lanjutan ayat tersebut, Allah Swt. menjawab doa mereka
sebagaimana berikut:
اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ
فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا
لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ
(Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu
untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang
kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi
orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”
Keempat, mereka masih berharap
agar diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk berbuat baik. Mereka menyalahkan
diri mereka sendiri dan mengakui kesesatan mereka. Mereka meminta agar
dikembalikan ke dunia. Jika mereka kembali kepada kekufuran, maka berarti
mereka termasuk orang zalim. Ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt.
dalam Qs. Al-Mukminun [23]: 106-107,
قَالُوْا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا
شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَاۤلِّيْنَ *** رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا
مِنْهَا فَاِنْ عُدْنَا فَاِنَّا ظٰلِمُوْن
Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan
kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat.
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikanlah kami ke
dunia), jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran), sungguh, kami adalah
orang-orang yang zalim.”
Allah Swt. menjawab rengekan mereka dalam lanjutan ayat tersebut,
قَالَ اخْسَـُٔوْا فِيْهَا وَلَا تُكَلِّمُوْنِ
Dia (Allah) berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan
janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (QS.
Al-Mukminun [23] : 108)
Setelah ini, mereka terdiam tanpa kata lagi. Mereka terus-menerus
merasakan akibat amal buruk mereka di dunia. Mereka kekal selamanya di dalam
neraka. Naudzubillah
عن عبد الله بن
عمرو بن العاص عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن أهل النار كُلُّ جَعظريٍّ جواظ
مستكبر جَماَّعٍ منَّاعٍ وأهل الجنة الضعفاء المغلوبون
“Sesungguhnya penduduk neraka itu
adalah setiap orang yang kasar, angkuh, arogan, suka mengumpulkan harta dan
suka menghalangi orang kepada kebenaran. Sedangkan penduduk surga adalah orang
yang lemah, yang selalu terdzalimi.”
Berdasarkan hadis di atas, Nabi
memberikan 5 kriteria utama manusia-manusia yang kelak akan dimasukkan ke dalam
Neraka Allah. Sifat-sifat inilah yang seyogyanya dihindari agar kita
diselamatkan dari api neraka.
1. Keras atau
kasar. Menurut Ibn
Hajar, makna dari kata al-Ja’dzari adalah 1) Tutur kata
yang kasar, tidak santun, dan jahat perangainya dan 2) berusaha dipuji
orang tentang sesuatu yang bahkan tidak dia kerjakan. Sifat semacam ini
adalah sifat yang tercela dan dapat menyembabkan seorang masuk neraka
2. Merasa hebat. Makna al-jawwadz sederhananya
adalah orang suka menonjolkan diri dan membusungkan dada ketika berjalan.
Bisa juga digolongkan ke dalam orang-orang yang angkuh, yang merasa paling
hebat dan lebih gagah dibandingkan orang lain.
3. Arogan. Yakni orang yang sombong. Satu
sifat yang sangat tercela dan tidak selayaknya dimiliki oleh manusia.
sifat sombong hanya boleh dimiliki oleh Dzat Allah yang Maha Penguasa dan
Pemilik Segalanya.
4. Suka
Mengumpulkan Harta. Yakni orang yang tamak dan rakus. Dia menganggap harta adalah
segalanya. Seluruh usia dan kesempatannya hanya dia gunakan untuk mengumpulkan
harta yang tidak dia sadari tidak akan dibawanya mati.
5. Suka
Menghalangi Orang Kepada Kebenaran. Orang yang tidak puas ketika hanya
dirinya sendiri yang berlaku tidak baik. Ia mengajak orang, memaksa orang
lain untuk melakukan kejahatan dan menghalang-halangi mereka untuk
melakukan kebaikan.
Inilah kelima ciri
penduduk neraka yang kelak akan mendiami kamar-kamar di nerakanya Allah. Kelima
tanda-tanda tersebut sudah bisa kita saksikan dan baca hari ini.
Neraka adalah tempat
siksaan dan adzab bagi orang-orang yang kafir dan durhaka pada Alloh ketika di
dunia.Dan siksa neraka bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar dosa dari setiap
penghuninya.Pengetahuan seorang hamba tentang neraka akan memunculkan rasa takut pada
Alloh.
Semakin tinggi rasa takut, maka akan meningkatkan amal sholeh agar tidak
termasuk orang yang merugi di akhirat.Karena kerugian di akhirat adalah penyesalan yang tidak berujung.Semua penghuni neraka kelak akan meminta pada Alloh agar dikembalikan ke dunia
untuk beramal sholeh.Alloh berfirman,
وَلَوْ
تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا
نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika kamu (Muhammad)
melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami
dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta kami
akan menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’am: 27).
Dan ketika keinginan untuk
dikembalikan ke dunia mustahil di dapatkan, berikut adalah permintaan penghuni
neraka sebagaimana yang dijelaskan di atas, yaitu:
1. Minta dikeluarkan dari
neraka. Alloh berfirman,Ya Tuhan kami, keluarkanlah
kami darinya (kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali
(kepada kekafiran), sungguh, kami adalah orang-orang yang zhalim.” [Surat Al-Mu’minun 107]. Akan tetapi Alloh menjawab
permintaan mereka,Dia (Allah) berfirman,
“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”[Surat Al-Mu’minun 108]
2. Minta untuk dibinasakan. Alloh berfirman,Dan mereka berseru, “Wahai
(Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.” Dia menjawab, “Sungguh,
kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”[Surat Az-Zukhruf 77]. Dan Alloh tidak mengabulkan
permintaan mereka.
3. Minta keringanan adzab.Alloh berfirman, Dan orang-orang yang berada
dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, “Mohonkanlah kepada
Tuhanmu agar Dia meringankan azab atas kami sehari saja.” [Surat Ghafir 49]. Meski hanya 1 hari, namun
permintaan mereka tetap sia-sia.
4. Minta minuman pada
penghuni surga
Ketika meminta pada Alloh
dan para malaikat tidak dikabulkan, maka harapan terakhir penghuni surga adalah
meminta pada orang-orang yang menjadi penghuni surga.Alloh berfirman, Para penghuni neraka
menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki
apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang
kafir,” [Surat Al-A’raf 50]
Demikianlah harapan dan
keinginan penghuni neraka yang tiada pernah mereka dapatkan.Maka dari itu hendaknya kita berusaha menjauhi setiap perkara yang dapat menjerumuskan
ke dalam neraka.
Doa pilihan
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.”
[Surat Al-Baqarah 201]
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ،
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ
الدَّجَّالِ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan
dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Manusia akan beruntung bila ia
selalu menggunakan logika berfikir yang benar dan tak mengikuti hawa nafsunya.
Umat terdahulu hancur karena terlalu mengikuti hawa nafsunya dan tak berpikir
dengan baik akan masa depannya.Sejarah akan terus terulang. Setiap masa
pasti ada yang mengikuti pola pikir atau kebiasaan buruk mereka. Alasannya
adalah mereka sama-sama manusia, mudah terpengaruh oleh tradisi sebelumnya. Abu al-Lais as-Samarkandi
dalam Tanbih
al-Ghafilin mengutip Perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib,
ﺇﻧﻤﺎ
ﺃﺧﺸﻰ ﻋﻠﻴﻜﻢ اﺛﻨﺘﻴﻦ: ﻃﻮﻝ اﻷﻣﻞ ﻭاﺗﺒﺎﻉ اﻟﻬﻮﻯ. ﻓﺈﻥ ﻃﻮﻝ اﻷﻣﻞ ﻳﻨﺴﻲ اﻵﺧﺮﺓ ﻭاﺗﺒﺎﻉ اﻟﻬﻮﻯ
ﻳﺼﺪ ﻋﻦ اﻟﺤﻖ
“Sungguh aku
mengkhawatirkan kalian atas dua hal. Pertama, Terlalu berangan-angan kosong.
Kedua, Mengikuti hawa nafsu. Padahal terlalu berangan-angan akan melupakan
kehidupan akhirat dan terlalu mengikuti hawa nafsu akan menutup pintu
kebenaran.”
Kekhawatiran
ini berlandaskan pada kebanyakan manusia terlena akan materi dan seringkali
tertipu kepentingan sesaat. Padahal kenikmatan akhirat akan bisa dinikmati
diakhirat kelak, bukan di dunia yang hanya sementara. Maka beruntung orang yang
mampu mengarahkan dirinya agar tak tertipu kenikmatan sesaat dan tak melalaikan
kenikmatan abadi.
Lebih lanjut
Ali bin Abi Thalib memberikan solusi supaya tak menunda untuk berbuat kebaikan
karena belum tentu esok mampu melaksanakannya. Orang yang tak menunda waktu
sehat, masa senggangnya akan merasakan kenikmatan waktu sehingga sisanya
umurnya menjadi berkah atau bertambah kebaikannya.
Hakikat dunia adalah negeri yang sementara, bukan
negeri keabadian. Jika kita memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan
ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak.
Adapun jika kita menyibukkannya dengan syahwat, maka kita akan merugi, baik di
dunia, apalagi di akhirat.
Hal ini sebagaimana firman Allah Taala,
خَسِرَ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian
yang nyata.” (QS. Al-Hajj [22]: 11)
Orang-orang yang menyibukkan dunia dengan sesuatu yang akan bermanfaat
untuknya kelak di sisi Allah Ta’ala, mereka adalah orang-orang yang beruntung,
baik di dunia dan di akhirat. Dia beruntung di dunia karena menyibukkan diri
dalam amal kebaikan. Demikian pula, dia beruntung di akhirat karena telah
membekali diri dengan berbagai amal shalih.
Allah Taala berfirman dalam banyak ayat Al-Quran,
فَلَا
تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS.
Luqman [31]: 33)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang kita untuk terperdaya dengan
kehidupan dunia. Dia tertipu dengan dunia, sehingga sia-sialah waktunya,
terluput dari berbagai amal shalih, karena dunia ini hanyalah permainan dan
senda gurau. Dia habiskan dunia ini, siang dan malam, hanya untuk mengumpulkan
harta saja atau hanya untuk berlomba-lomba dalam teknologi. Hal ini sebagaimana
kondisi orang-orang kafir saat ini. Mereka habiskan dunia ini untuk sesuatu
yang tidak abadi.
Bukan berarti seorang muslim tidak boleh memanfaatkan dunia ini dan
kemajuan teknologi di dalamnya. Akan tetapi, hendaknya dia manfaatkan ini semua
untuk membantu ketaatan kepada Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala menciptakan
dunia ini dan apa yang ada di dalamnya untuk hamba-hambaNya yang beriman. Allah
Ta’ala berfirman,
قُلْ مَنْ
حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ
الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rizki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (QS.
Al-A’raf [7]: 32)
وَسَخَّرَ لَكُمْ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Al-Jatsiyah [45]: 13)
Namun, sekali lagi, bukan berarti kita sibuk dengan kehidupan dunia dan
lalai dengan kehidupan akhirat. Bahkan maksudnya, sibukkanlah dunia ini dengan
niat untuk menolongmu dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Barangsiapa yang
memanfaatkan dunia ini dan menyibukkannya untuk kebaikan dan maslahat agama dan
dunianya, merekalah orang-orang yang beruntung. Akan tetapi, barangsiapa yang
sibuk dengan dunia dan menjadikan dunia itu sendiri sebagai tujuan dan
hasratnya, mereka ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
اللَّهُ يَبْسُطُ
الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
“Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia
kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia
itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”
(QS. Ar-Ra’du [13]: 26)
Oleh karena itu, dunia ini dicela bukan semata-mata karena dunia itu
sendiri, akan tetapi dicela karena kesalahan kita dalam memanfaatkan dunia.
Sebagaimana pisau, bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Namun, bisa
juga digunakan untuk hal-hal yang merusak, seperti berbuat kejahatan.
Demikianlah perumpamaan dunia, yaitu bagaimana kita memanfaatkannya.
Surga itu dibangun dengan dzikir, tasbih, tahlil, takbir, ditumbuhkan
pohon-pohonnya dengan amal ketaatan. Semua ini menunjukkan bahwa dunia ini
hanyalah ladang, tempat bercocok tanam untuk kehidupan akhirat. Sebagaimana
kata ahli ilmu,
الدنيا مزرعة
للاخرة
“Dunia adalah ladang akhirat.”
Hendaknya seorang muslim yang memiliki akal senantiasa berpikir, jangan
seperti binatang ternak yang tidak memahami apa yang dia inginkan. Bahkan,
kondisi binatang ternak itu lebih baik dibandingkan manusia. Karena binatang
ternak tidaklah membahayakan kita, kecuali jika kita menyakiti dan
mengganggunya. Binatang ternak juga tidak memiliki surga atau neraka, dan
mereka diciptakan di dunia ini untuk berbagai maslahat di dunia. Manusia bisa
menungganginya, memanfaatkannya untuk membawa barang-barang, atau dimanfaatkan
daging dan susunya. Mereka tidak dibebani dengan berbagai kewajiban syariat.
Hendaklah manusia, yang memanfaatkan berbagai fasilitas dan perhiasan
dunia ini, memperbaiki amalnya. Sehingga bermanfaat untuk dirinya, baik untuk
kehidupan saat ini, atau kehidupan di masa mendatang. Inilah dunia, maka berhati-hatilah. “Bagaikan fatamorgana,” seperti itulah dunia. Ia adalah kehidupan yang tidak abadi,
kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu. Namun, sangat disayangkan
masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura
tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya? Dunia ini fana, dan kenikmatan
di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak sebanding dengan nilai seekor
nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini pun terlaknat, beserta apa yang
ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan, dan amal saleh.
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).
Inilah dunia yang banyak membuat orang teperdaya. Ia tak lain sekadar
permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka. Dunia menyibukkan
orang dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Dunia tak lebih
dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama
kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Dan akhirnya bak anai-anai yang
beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa.
Ketahuilah, kebahagiaan di dunia ini tak akan tercapai kecuali dengan
menjadikannya jalan menuju akhirat. Di sanalah kenikmatan yang abadi berada.
Sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh
telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia. Beginilah hakikat dunia, wahai saudaraku! Jangan sampai ia menipumu. Bukankah kita datang ke dunia ini
atas kehendak dari sang Pencipta? Kita pun kelak akan berpulang atas
kehendak-Nya juga. Dan jika Ia telah menghendaki, kita tidak akan pernah mampu
menolaknya. Berapa banyak orang yang sudah berpulang mendahului kita? Dan
berapa banyak orang yang akan datang menggantikan kita? Perumpamaannya seperti sebuah ombak di lautan yang
datang silih berganti. Satu ombak hilang ditelan pantai, datang berikutnya
susul-menyusul. Begitu pula dunia ini, hilang satu tumbuh seribu. Jika saatnya
nanti tiba, semua akan binasa.
Dunia ini,tak ubahnya seperti sebuah ruang ujian. Di mana engkau tidak lebih dari seorang
peserta ujian yang hanya diberi waktu terbatas untuk mengerjakan soal-soal
ujian itu. Begitu pula manusia di dunia ini, ia selalu menghadapi ujian,
semenjak baligh sampai
meninggal dunia. Peserta ujian akan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya,
terlebih jika masa ujian sudah dekat. Sedangkan manusia masih saja berleha-leha
dan lalai, padahal ia tidak tahu kapan waktu ajalnya tiba. Bisa lusa, besok,
ataupun nanti.
Para peserta ujian masih punya kesempatan
untuk mengulangi ujiannya jika gagal di ujian pertama itu. Sedangkan ujian
hidup ini cuma sekali, tidak ada kesempatan kedua. Jika manusia gagal di ujian
yang hanya sekali itu, berarti ia gagal untuk selama-lamanya. Oleh karena itu,
gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya, karena penyesalan di hari esok tiada guna. Peserta
ujian bisa beralasan kenapa gagal ujian. Sedangkan engkau, apa yang akan engkau
ajukan? Al-Qur`an sudah diturunkan, Rasul sudah diutuskan, halal dan haram
sudah dijelaskan, dan jalan yang menuju ke surga maupun ke neraka juga sudah
ditunjukkan. Bahkan engkau sendiri pun sudah dibekali dengan akal pikiran;
bukankah itu untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan? Bacalah firman
Allah ‘Azza wa Jalla berikut.
إِنَّا
هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang
lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (Q.s. al-Insân [76]: 3).
وَهَدَيْنَاهُ
النَّجْدَيْنِ
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
(jalan kebajikan dan jalan kejahatan)” (QS Al-Balad: 10).
Maka, hujjah dan alasan
apa lagi yang akan engkau berikan? Dan
sekali-kali Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan
menzhalimi hambanya, seorang
pun.
Saudaraku! Berusahalah agar hasil dari ujianmu di dunia ini baik dan
memuaskan. Bergembiralah, meskipun engkau hidup seakan-akan dalam penjara,
namun pastinya kelak engkau menjadi orang yang beruntung. Jadikanlah iman
kepada Allah dan amal saleh sebagai bekalmu selalu. Hiduplah di dunia ini
seolah-olah engkau dalam perjalanan yang jauh dan jadikanlah ia sebagai ladang
untuk akhiratmu.
Dunia ini hanya akan tampak menakjubkan di mata orang yang tidak
mengetahuinya, layaknya orang memimpikan sesuatu yang menyenangkan. Apa yang ia
lihat hanyalah khayalan, bukan kenyataan. Oleh karenanya, jangan sampai tertipu. Bukankah dunia
sering merusak impian para pengejarnya?
Pernahkah engkau mendengar kisah seorang yang celaka karena dunia? Yakni
kisah yang terjadi pada zaman nabi Isa ‘Alaihissalam.?
Begini ceritanya, seperti yang dikisahkan Ibnu Abi Dunya dalam Dzam ad-Dunyanya, suatu hari, seorang
laki-laki meminta izin kepada nabi Isa agar diperbolehkan menemani beliau dalam
suatu perjalanan. Tanpa banyak berpikir, nabi Isa pun mengizinkannya. Lalu
berjalanlah mereka berdua hingga sampai di sebuah sungai, seketika itulah
mereka berdua istirahat sejenak untuk makan siang. Saat itu, perbekalan yang
mereka punyai hanyalah tiga potong roti; dua dimakan, dan satunya disisakan.
Selesai makan, nabi Isa beranjak ke arah sungai untuk minum, dan sedetik
kemudian kembali ke tempatnya semula. Namun, ia tidak mendapati sisa roti yang
satu itu. Spontan beliau pun bertanya kepada laki-laki yang menemaninya, “Siapa
yang memakan sisa satu roti tadi?” Ia menjawab, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka
berdua pun melanjutkan sisa perjalanannya. Tiba-tiba tampaklah seekor rusa
bersama dua anaknya. Tanpa pikir panjang lagi, keduanya langsung menyembelih
seekor anak rusa itu, lantas memakannya hingga kenyang. Kemudian nabi Isa
berkata kepada bangkai rusa yang telah disembelih tersebut, “Dengan izin Allah,
hiduplah kembali wahai rusa.” Sejurus kemudian rusa itu pun kembali hidup, lalu
pergi meninggalkan keduanya.
Lantas Nabi Isa bertanya kepada laki-laki yang menemaninya, “Demi Allah
yang memperlihatkanmu keajaiban ini, siapa yang memakan roti itu?” Ia pun tetap
menjawab, “Aku tidak tahu”. Kemudian keduanya berjalan lagi hingga tiba di
sebuah lembah yang penuh air. Serta merta nabi Isa menggandeng tangan laki-laki
itu dan berjalan di atas air seraya menanyainya lagi, “Sekarang, jawablah!
Siapa yang mengambil roti itu.” Kali ini pun ia masih menjawab dengan jawaban
yang sama, “Aku tidak tahu.”
Lalu keduanya melanjutkan perjalanannya lagi hingga akhirnya tiba di
sebuah padang sahara yang tandus. Segera nabi Isa mengumpulkan tanah atau
pasir, lantas berkata, “Dengan izin Allah, jadilah emas!” Maka tanah atau pasir
itu pun berubah menjadi emas. Kemudian nabi Isa membagi emas itu menjadi tiga,
“Satu bagian untukku, satu bagian untukmu, dan satu bagian lagi untuk yang
memakan roti itu,” ujarnya. Tiba-tiba teman laki-lakinya itu mengaku, “Akulah
yang memakan roti itu.” Begitu mendengarnya nabi Isa pun menimpali, “Kalau
begitu, semua emas ini untukmu saja.” Lalu beliau pergi
meninggalkan temannya itu sendirian.
Tak berselang lama, teman laki-laki nabi Isa kedatangan dua orang yang
ingin merebut emas itu dari tangannya. Karena takut dibunuh, laki-laki itu pun
berkata, “Bagaimana kalau emas ini kita bagi bertiga saja?” Tanpa basa-basi
kedua orang itu menerimanya. Sejurus kemudian ketiganya memutuskan untuk
berteman. Tiba-tiba salah seorang dari mereka diminta untuk membeli makanan ke
desa terdekat. Di tengah perjalanan, laki-laki yang membeli makanan itu berujar
dalam hati, “Kenapa emas itu harus dibagi
tiga? Biarlah aku racuni makanan ini; agar kedua temanku itu mampus. Kalau
sudah begitu kan emas itu
menjadi milikku seorang,” seraya menaruh racun pada makanan itu.
Sementara, salah seorang dari kedua temannya
yang menunggu juga berujar, “Kenapa sih teman
kita yang satu ini meski mendapat bagian sepertiga? Kenapa tidak kita bunuh
saja dia sekembalinya dari desa? Lalu kita bagi emas ini berdua saja,” ujarnya
kepada teman satunya. Begitu ia kembali, keduanya langsung membunuhnya, lalu
memakan apa yang telah dibelinya. Tak berselang lama, keduanya pun ikut
menyusul menemui ajal karena keracunan. Ketiga-tiganya akhirnya meninggal dunia
sebagai korban dari emas itu. Pada
akhirnya emas itu pun tak bertuan. Beberapa saat kemudian, nabi Isa melewati
tempat tersebut, seraya mendapati apa yang telah terjadi. Serta merta beliau
pun berkata, “Inilah dunia, berhati-hatilah.”
****************************
Kontributor: Muhammad Afif
Sholeh; M Saefudin Hakim: Abu Hasan Abdillah; Mawardi Imran: Hilmi Firdausi.
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment