Hikmah Sakit
Hidup ini tidak
lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam
kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak
disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman
yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS.
al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir
al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan
kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan
kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.”
(Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai
macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada
hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang
tidak dapat di nalar oleh akal manusia.
Sakit
menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan
perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya
merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin.
Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan
baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini
merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)
Sakit
akan menghapuskan dosa. Ketahuilah , penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang
pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan
seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari
dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan
apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa
sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan
sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan
dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)
Sakit
akan Membawa Keselamatan dari api neraka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu
mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah
akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan
kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)
Oleh karena itu,
tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya,
menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang
dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan
setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)
Sakit
akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya. Wahai saudaraku,
sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba
yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya
seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam
dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan
dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan
suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan
ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama
ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa
mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka
memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS.
al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah
kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat
dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)
Terdapat
hikmah yang banyak di balik berbagai musibah. Wahai saudaraku,
ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya,
sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka
perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut
ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan
dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali,
-ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan
ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah,
sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.”
Ingatlah
saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada
hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi
mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah,
anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala
musibah dunia ini.
Sebagian dari kita kerap lupa ada
banyak hikmah di balik sakit yang belum diketahui. Lebih banyakkita kerap
mengeluh dan cepat merasa kesal lantaran ingin segera sembuh. Setidaknya ada beberapahikmah yang kita peroleh saat sakit.
Pertama, ketika sakit, otomatis
seseorang harus beristirahat lebih banyak. Setiap hari, tubuh selalu dibebani
dengan berbagi kegiatan yang menyita tenaga. Saat sakit, tubuh diberikan
kesmpatan untuk beristirahat dan terlepas dari beban berat untuk sementara
waktu. Segudang aktivitas sehari-hari membuat seeorang tidak punya waktu untuk
berkumpul bersama keluarga atau teman-teman. Ketika seseorang sakit, ini dapat
mempererat tali silaturahim karena keluarga atau teman akan datang menjenguk.
Disinilah silaturahim terbentuk kembali. Melalui sakit, seseorang mendapat
pelajaran berharga untuk menghargai arti sehat itu. Kalau kita sehat, apapun
yang dilakukan atau di makan akan terasa enak, lain halnya jika sakit, semua
serba tidak nikmat. Senantiasa lah menjaga kesehatan.
Doa orang sakit di ijabah Allah SWT
Kondisi spiritual orang sakit berada di titik tertinggi. Sedangkan
psikologisnya ada di titik terendah. Ia tidak memiliki sandaran lain kecuali
Allah. Harapan kesembuhan hanya ada berada pada Allah. Itulah yang membuat doa
orang sakit mustajab. Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Rasulullah Saw menyuruh kita meminta doa kepada orang sakit yang
kita jenguk, karena doa orang yang sedang sakit seperti doanya para malaikat. Orang
yang sakit dekat dengan Allah. Saat seseorang sakit, ia akan tidak berdaya dan
memohon iba serta pertolongan Allah untuk diberi kesmbuhan. Inilah yang
mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya melalui doa.
Hikmah terakhir dari sakit ialah
menghapus dosa. Setiap hari pasti ada saja dosa yang kita lakukan baik yang
disengaja ataupun tidak. Tetapi, saat seseorang sakit, Allah akan menghapus dan
merontokan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Itu adalah bentuk kasih sayang
Allah terhadap hambanya.
Menyembuhkan. Setiap bulan Ramadhan, zakat dan
sedekah menjadi hal yang rutin dilakukan. Keduanya memilik nilai lebih bagi
umat Muslim, terutama memungkinkan siapapun yang melakukannya mendapat pahala
berlipat ganda. Tapi, di samping itu, zakat dan sedekah ternyata berpengaruh
baik terhadap kesehatan dan memanjangkan umur.
Pengaruh ini sudah disampaikan oleh
Rasulullah SAW. "Dalam HR Thabrani tertulis, 'Bentengilah hartamu dengan
zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan
persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana'. Selanjutnya, temuan
pengaruh antara zakat dan sedekah dengan kesehatan. Studi dilakukan dengan membandingkan orang-orang yang membagikan hartanya
kepada orang lain dengan orang-orang yang hanya membelanjakan hartanya untuk
diri sendiri. asil penelitian menunjukkan, para sampel penelitian yang
membagikan hartanya pada orang lain terbukti lebih bahagia. Efek psikologis ini
membuat fisik dan mental mereka lebih sehat sekaligus memberikan dampak panjang
umur.
Efek ini disebabkan karena nucleus
accumbens atau wilayah di otak. Jadi, ketika peserta menyumbangkan
uangnya, dalam hal ini zakat dan sedekah, aktivitas di nucleus
accumbens mengalami peningkatan. "Wilayah otak ini diaktifkan
oleh dopamine, yakni yang mempromosikan keinginan, dan serotonin atau yang
mendorong rasa nyaman dan senang," ucapnya. Selain itu, perilaku zakat dan
sedekah ini melepaskan hormon endorfin dan oksitosin. Kedua hormon tersebut
memberikan pengaruh pada kebahagiaan, kekebalan tubuh, serta membantu proses
persalinan pada seseorang.
Bagi kesehatan jiwa sendiri, para
pakar psikologi dan neurosains sepakat, kebiasaan memberi akan berkontribusi
besar dalam membangkitkan perasaan bersyukur seseorang. Seperti yang diketahui,
orang yang selalu bersyukur cenderung memiliki mentalitas kuat dalam menjalani
hidupnya.Penelitian lainnya juga menemukan, perilaku menyisihkan sebagian harta
untuk orang lain dapat mencegah penyakit jantung dan menurunkan tekanan darah. Lebih
dari itu, bersedekah juga ternyata dapat menyembuhkan penyakit kronis dan sulit
disembuhkan. Kebiasaan bersedekah ataupun berzakat telah terbukti meningkatkan
manfaat kesehatan pada penderita penyakit kronis termasuk HI
Kehidupan di dunia ini penuh dengan ujian, cobaan dan tantangan yang
harus di lakukan oleh manusia itu sendiri untuk tetap bertahan serta
menjalankan tugas sebagai pemimpin di bumi ini. manusia di bumi ini hidup
saling melengkapi satu sama lain, di dalam melakukan kehgiatan mulai dari mencukupi
kebutuhan hidup dan lain sebagianya maka di perlukan kondisi badan yang sehat.
supaya dapat berkerja secara maksimal dan baik. ketika seorang manusia sehat
maka jangan sampai nikmat kesehatan itu lenyap dalam artinya berubah menjadi
sakit.
Dalam kondisi yang kurang maksimal (sakit) tubuh manusia sangat lemah.
tetapi kita diajarkan untuk berpikir dan berbuat yang terbaik. kalau sakit
pasti minum obat atau periksa ke dokter supaya sembuh. tetapi yang sering kita
lalai kan setiap sakit pasti kita selalu tidak bersyukur, padahal kalau kita
berpikir lebih banyak waktu sehat dari pada waktu sakit yang kita alami dalam
kehidupan sehari-hari. Maka sangat beruntunglah jika seorang manusia itu di
beri ujian berupa sakit. kenapa begitu? karena itu berarti kita sebagai manusia
makhluk yang lemah.
Tidak ada yang kuat dari pada kekuatan dan pertolongan Tuhan. Rasulullah
Muhammad SAW dan para ulama mengajarkan kita untuk selalu bersabar saat sakit
dan menganggapnya sebagai cobaan dari Allah SWT. Ada banyak keutamaan di balik
sikap sabar tersebut. Imam Nawawi dalam kitab Al Majmu' Syarh Al Muhadzdzab mengatakan
orang yang sedang sakit disunahkan untuk bersabar. Ada sejumlah dalil terkait
hal ini, salah satunya adalah Surat Az Zumar ayat 10. "Sesungguhnya
orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan".
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang
muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali karena Allah menggugurkan
kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan daunnya".
Imam Nawawi menjelaskan pelajaran yang dapat diambil dari hadis tersebut adalah
sakit merupakan sarana Allah untuk melebur kesalahan-kesalahan seorang hamba.
subhanallah sangat beruntunglah jika seorang manusia di beri ujian karena di
balik itu semua ada makna yang dapat kita ambil dan kita jadikan evaluasi ke
depan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan selamat dunia akhirat.
Sakit
itu dzikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu
menyebut Asma ALLAH di banding ketika dalam sehatnya.
Sakit
itu istighfar . Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit, sehingga
lisan terbimbing untuk mohon ampun.
Sakit
itu tauhid. Saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan
terus digetar?
Sakit
itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk
merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali.
Sakit
itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, di wajibkan terus
berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.
Sakit
itu ilmu. Ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada
akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.
Sakit
itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri, yang sehat hibur
si sakit agar mau bersabar, ALLAH cinta dan sayang keduanya.
Sakit
itu silaturrahim. Saat jenguk, keluarga yang jarang datang akhirnya datang
membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat
ukhuwah.
Sakit
itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota
badan yang sakit dinyerikan dan di cuci-Nya.
Sakit
itu mustajab do’a. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu
minta dido’akan oleh yang sakit.
Sakit
itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan, di
ajak maksiat tak mampu tak mau, dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.
Sakit
itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis,
satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.
Sakit
meningkatkan kualitas ibadah, rukuk-sujud lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih
sering, tahiyyat-do’a jadi lebih lama.
Sakit
itu memperbaiki akhlak, kesombongan terkikis, sifat tamak di paksa tunduk,
pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.
Sakit
membawa kita untuk selalu ingat mati, mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya,
adalah pendongkrak derajat ketaqwaan.
“Mengapa sakit saya tidak
sembuh-sembuh?”
”Mengapa sakit saya
sedemikian beratnya?”
“Kenapa mesti saya yang
sakit?”
Mungkin inilah sebagian perkataan
atau bisikan setan yang terbesit dalam hati orang yang sakit. Perlu kita
ketahui bahwa sakit merupakan takdir Allah dan menurut akidah (kepercayaan)
seorang muslim yang beriman bahwa semua takdir Allah itu baik dan ada
hikmahnya, berikut ini tulisan ringkas yang senoga bisa mencerahkan hati
orang-orang yang sakit yang selayaknya mereka bergembira
Sakit adalah ujian,
cobaan dan takdir Allah. Hendaknya orang yang sakit memahami
bahwa sakit adalah ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar kita
tanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan
berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alihi
wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ
إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“sesungguhnya
pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah
mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa
yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka
(menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” ( HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan
oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi
Dan beliau shallallahu ‘alihi
wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ
الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا
وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ
حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi
seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia” (HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik,
lihat Ash-Shahiihah no.1220
Mari renungkan hadits ini, apakah
kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada kita? Allah segerakan
hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi di akhirat yang
tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda. Dan perlu
kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat dosa kita
sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah menurunkannya berupa
penyakit.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ
قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah:155-157)
Ujian juga merupakan takdir Allah
yang wajib diterima minimal dengan kesabaran, Alhamdulillah jika mampu diterima
dengan ridha bahkan rasa syukur. Semua manusia pasti mempunyai ujian
masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan
mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai
dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak
membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.
Sakit manghapuskan
dosa-dosa kita
Orang yang sakit juga selayaknya
semakin bergembira mendengar berita ini karena kesusahan, kesedihan dan rasa
sakit karena penyakit yang ia rasakan akan menghapus dosa-dosanya. Nabi shallallahu
‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ
إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ
“Setiap muslim yang
terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya,
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” ( HR. Al-Bukhari no. 5661 dan
Muslim no. 651)
Dan beliau shallallahu ‘alihi
wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ،
وَلاَ وَصَبٍ،
حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ
سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” (HR. Muslim no.
2572)
Bergembiralah saudaraku, bagaimana
tidak, hanya karena sakit tertusuk duri saja dosa-dosa kita terhapus. Sakitnya
tertusuk duri tidak sebanding dengan sakit karena penyakit yang kita rasakan
sekarang.
Sekali lagi bergembiralah, karena
bisa jadi dengan penyakit ini kita akan bersih dari dosa bahkan tidak mempunyai
dosa sama sekali, kita tidak punya timbangan dosa, kita menjadi suci
sebagaimana anak yang baru lahir. Nabi shallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda,
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي
جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ
حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan
akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada
anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa
sedikitpun.” HR.
Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh
Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399
Hadits ini sangat cocok bagi orang
yang mempunyai penyakit kronis yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan
vonis dokter mengatakan umurnya tinggal hitungan minggu, hari bahkan jam. Ia
khawatir penyakit ini menjadi sebab kematiannya. Hendaknya ia bergembira,
karena bisa jadi ia menghadap Allah suci tanpa dosa. Artinya surga telah
menunggunya.
Melihat besarnya keutamaan tersebut,
pada hari kiamat nanti, banyak orang yang berandai-andai jika mereka ditimpakan
musibah di dunia sehingga menghapus dosa-dosa mereka dan diberikan pahala
kesabaran. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ
جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ
مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.
”Manusia
pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di
dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa
cobaan di dunia.” HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah:
2206.
Bagaimana kita tidak gembira dengan
berita ini, orang-orang yang tahu kita sakit, orang-orang yang menjenguk kita
,orang-orang yang menjaga kita sakit, kelak di hari kiamat sangat ingin
terbaring lemah seperti kita tertimpa penyakit.
Meskipun sakit, pahala
tetap mengalir. Mungkin ada beberapa dari kita yang
tatkala tertimpa penyakit bersedih karena tidak bisa malakukan aktivitas, tidak
bisa belajar, tidak bisa mencari nafkah dan tidak bisa melakukan ibadah
sehari-hari yang biasa kita lakukan. Bergembiralah karena Allah ternyata tetap
menuliskan pahala ibadah bagi kita yang biasa kita lakukan sehari-hari.
Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا
“Apabila seorang hamba
sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti
saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” [8] HR. Bukhari
dalam shahihnya
Subhanallah, kita sedang berbaring
dan beristirahat akan tetapi pahala kita terus mengalir, apalagi yang
menghalangi anda untuk tidak bergembira wahai orang yang sakit.
Sesudah kesulitan pasti
datang kemudahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراْْْ, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ً
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Alam
Nasyrah: 5-6
Ini merupakan janji Allah,
tidak pernah kita menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan,
semua pasti ada akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu
berpasangan, susah-senang, lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu
hikmah Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat.
sebagaimana orang yang makan, ia tidak bisa menikmati kenyang yang begitu
nikmatnya apabila ia tidak merasakan lapar, jika ia merasa agak kenyang atau
kenyang maka selezat apapun makanan tidak bisa ia nikmati. Begitu juga dengan
nikmat kesehatan, kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit
sehingga kita senantiasa bersyukur, merasa senang dan tidak pernah melalaikan
lagi nikmat kesehatan serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ
وَالْفَرَاغُ
“Ada
dua kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang: nikmat sehat dan waktu
luang.” HR.
Bukhari, no: 5933
Bersabarlah dan
bersabarlah. Kita akan mendapatkan semua keutamaan
tersebut apabila musibah berupa penyakit ini kita hadapi dengan sabar. Agar
kita dapat bersabar, hendaknya kita mengingat keutamaan bersabar yang sangat
banyak. Allah banyak menyebutkan kata-kata sabar dalam kitab-Nya.
Berikut adalah beberapa keutamaan
bersabar:
Sabar memiliki keutamaan yang sangat
besar di antaranya:
1. Mendapatkan petunjuk. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada sesuatu
musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” At Thaghabun: 11
Mendapatkan pahala yang sangat besar
dan keridhaan Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
“sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabar diberikan pahala bagi mereka tanpa batas.”
3. Mendapatkan alamat kebaikan dari
Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Apabila Allah
menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman
baginya di dunia, sedang apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang
hamba-Nya maka Dia menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di
hari kiamat.” Az-Zumar:10
Merupakan anugrah yang terbaik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Tidaklah Allah
menganugrahkan kepada seseorang sesuatu pemberian yang labih baik dan lebih
lapang daripada kesabaran.” HR. Tirmidzi no.2396 dalam kitabuz zuhd, Bab “
Tentang Sabar Terhadap Ujian”, dan dia berkata, “Ini hadist hasan
gharib”, Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (I/349),
IV/376, 377)
HR. Bukhari no. 1469
dalam kitabuz Zakat, Bab “menghindari diri untuk tidak
meminta-minta”, dan Muslim no.2471 dalam Kitabuz Zakat, Bab “Keutamaan
Menjaga Kehormatan dan Sabar”
Hindarilah hal ini ketika
sakit. Ketika sakit merupakan keadaan dimana
seseorang lemah fisik dan psikologis bahkan bisa membuat lemah iman. Oleh
karena itu kita mesti berhati-hati agar kondisi ini tidak di manfaatkan oleh
syaitan. Ada beberapa hal yang harus kita hindari ketika sakit.
1. berburuk sangka kepada Allah atau
merasa kecewa bahkan marah kepada takdir Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah azza
wa jalla berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba kepada-Ku, jika ia
berprasangka baik, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya. Jika ia
berprasangka buruk, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya.” [15] HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban
2. Menyebarluaskan kabar sakit dan
mengeluhkannya
Merupakan salah satu tanda tauhid dan
keimanan seseorang bahwa ia berusaha hanya mengeluhkan keadaannya kepada Allah
saja, karena hanya Allah yang bisa merubah semuanya. Sebaliknya orang yang
banyak mengeluh merupakan tanda bahwa imannya sangat tipis. kita boleh
mengabarkan bahwa kita sakit tetapi tidak untuk disebarluaskan dan kita
kelauhkan kepada orang banyak
3. membuang waktu dengan melakukan
pekerjaan yang sia-sia selama sakit
Misalnya banyak menonton acara-acara
TV, mendengarkan musik, membaca novel khayalan dan mistik, hendaknya waktu
tersebut di isi dengan muhasabah, merenungi, berdzikir, membaca Al-Quran dan
lain-lain.
4. Tidak memperhatikan kewajiban
menutup aurat
Hal ini yang paling sering dilalaikan
ketika sakit. walaupun sakit tetap saja kita berusaha menutup aurat kita selama
sakit sebisa mungkin. Lebih-lebih bagi wanita, ia wajib menjaga auratnya
misalnya kaki dan rambutnya dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak
dilihat oleh laki-laki lain misalnya perawat atau dokter laki-laki
5. Berobat dengan yang haram
Kita tidak boleh berobat dengan
hal-hal yang haram, misalnya dengan obat atau vaksin yang mengandung babi,
berobat dengan air kencing sendiri karena Allah telah menciptakan obatnya yang
halal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah
menurunkan penyakit bersama obatnya, dan menciptakan obat untuk segala
penyakit, maka berobatlah, tetapi jangan menggunakan yang haram.”[16]
Dan perbuatan haram yang paling
berbahaya adalah berobat dengan mendatangi dukun mantra, dukun berkedok ustadz
dan ahli sihir karena ini merupakan bentuk kekafiran yang bisa mengeluarkan
pelakunya dari islam serta kekal di neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barangsiapa yang
mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang ia ucapkan, maka ia telah kafir
terhadap ajaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam” HR.
Ahmad di dalam Al-Musnad (II/429). Al-Hakim (I/8) dari Abu Hurairah secara
marfu’.
.
Sebagai penutup tulisan ini, berikut
jawaban serta jalan keluar dari Allah yang langsung tertulis dalam kitab-Nya
mengenai beberapa keluhan yang muncul dalam hati manusia yang lemah. Sumber
ini kami dapatkan di file komputer kami, kami tidak tahu penulisnya. jika tahu,
kami akan meminta izin untuk menukilnya.
–Mengapa saya di uji (dengan
penyakit ini)?
“Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi?” (QS. 29:2)
“Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. 29:3)
-Mengapa saya tidak
mendapatkan apa yang saya inginkan (berupa kesehatan)?
“Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahu, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. 2:216)
-Mengapa ujian (penyakit)
seberat ini?
“Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. 2:286)
-Saya mulai frustasi
dengan ujian (penyakit) ini.
“Janganlah kamu bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.
3:139)
-Bagaimanakah saya menghadapinya?
“Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”
(QS. 3:200)
-Apa yang saya dapatkan
dari semua ini?
“Sesungguhnya Allah telah
membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka,” (QS. 9:111)
-Kepada siapa Saya
berharap?
“Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb
yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. 9:129)
-Saya sudah tidak dapat
bertahan lagi dan menanggung beban ini!
“Dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87)
Kita diperintahkan agar bersabar dalam berbagai hal, ketika
beramal melakukan kebaikan, ketika menahan diri melakukan kemaksiatan dan
ketika mendapat musibah. Lebih Baik lagi jika bersabar dengan puncak kesabaran.
Karena pahala kesabaran bisa dibalas dengan pahala yang tidak terhingga
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا
يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب ٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. (Surat Az Zumar : 10).
Salah satu bentuk kesempurnaan kesabaran ketika mendapat musibah
sakit yaitu tidak mengerang ketika kesakitan. Imam Ahmad rahimahullah ditegur
karena Hal ini. Berikut kisahnya:
دخل
أحد أصحاب الإمام أحمد عليه وهو مريض رحمه الله فوجده يئن من المرض، فقال له: يا
أبا عبد الله! تئن، وقد قال طاووس: إن الملك يكتب حتى أنين المريض، لأن الله يقول:
]ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد[ [ق: 18]
“Salah seorang sahabat Imam Ahmad menjenguknya ketika sakit, ia
mendapati Imam ahmad mengerang karena sakit. Maka ia berkata, ‘wahai Abu
Abdillah (nama kunyah Imam Ahmad), engkau mengerang? (maksudnya, ahli ilmu
seperti engkau kok mengerang ketika sakit), padahal Thawuus telah berkata,
‘sesungguhnya malaikat menulis sampai erangan ketika sakit’, karena Allah
berfirman, ‘Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir;.” Syarh Aqidah Al-Wasiitiyyah syaikh Ibnu
Utsaimin hal. 40, Darul Aqidah, Koiro, cet. I, 1424 H
Shalih
bin Imam Ahmad berkata,
لما
رواه صالح بن الإمام أحمد قال: “قال أبي في مرض موته: أخرج كتاب عبد الله بن إدريس
فقال: اقرأ عليّ حديث ليث: إن طاووساً كان يكره الأني نفي المرض فما سمعت لأبي
أنيناً حتى مات”, “)
“Ayahku berkata ketika sakit yang mengantarkan kepada
kematiannya, ‘keluarkan buku hadits Abdullah bin Idris’. Kemudian ia berkata,
‘bacakan kepadaku hadits Laits’. Adalah Thawuus membenci mengerang ketika
sakit, maka aku tidak lagi mendengar erangan dari ayahku samapi beliau wafat.” Siyar A’lam
An-Nubala 11/215, Muassasah Risalah, cet. III, 1405 H, syamilah
Sebenarnya mengerang yang dibenci adalah karena bentuk
tidak ridha atau sedikit tidak suka terhadap penyakit, mengerang otomatis
karena rasa sakit maka ini tidak mengapa. Jika bisa ditahan maka
sebaiknya ditahan karena lebih menunjukkan ridha terhadap takdir Allah.
Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
ولا
شك أن أنين المريض إذا كان ينبئ عن تسخُّط فإنه يُكتب عليه أما إذا بمقتضى الحُمى
فإن الله لا يكلف نفساً إلا وسعها
“Tidak
diragukan lagi bahwa erangan ketika sakit jika muncul dari rasa marah (tidak
terima takdir) maka inilah yang ditulis (sebagai dosa). Adapun jika muncul
akibat demam (misalnya), maka sesungguhnya Allah tidaklah membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya.” Syarh Al-Aqidah As-safariyah hal. 329, Syamilah
Jika mengingat kembali pahala kesabaran dan keutamaan kesabaran
atas musibah penyakit dengan keimanan yang kuat tentu kita bisa bersabar.
Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يَوَدُّ
أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ
بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.
”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya
dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa
besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.” HR.
Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206.
Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ
يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ
يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau
sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan
dihapuskan dosanya karenanya.” HR. Muslim no. 2572
Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا
يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ
وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik
pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu
dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan
shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399aehanul Bahraen
Sumber:
1. Berbahagialah wahai orang
yang sakit, Pustaka At-Tibyan
2. Mutiara faidah kitab tauhid,
Ustadz Abu Isa, Pustaka Muslim
3. Fathul Majid syarh
kitabit tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh
Kontributor: Widyanur Atikah, Ust dr Raehanul
Bahraen; ustdaz Fakhruddin, Lc. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment