Kesulitan Hidup Akibat Maksiat
Kemaksiatan membawa pelakunya tak hanya
terancam api neraka, namun juga tersiksa di dunia. Kadang kala, seorang tak
merasakan dampak tersebut dan terus saja melakukan maksiat. Kadang kala pula,
seorang menganggap kesulitan hidup sebagai ujian yang wajar ditimpa manusia
padahal sebetulnya balasan atas kemaksiatan yang ia lakukan. Bahkan, kesedihan,
kegalauan, kebodohan, kemiskinan, kehampaan, kelemahan, kegelisahan dan hal-hal
negatif lainnya bisa jadi datang karena kemaksiatan yang terus saja dikerjakan.
Berikut tujuh kesulitan hidup yang akan menerpa seorang pelaku maksiat.
1. Dijauhkan dari Ilmu. Seorang pelaku
maksiat akan dihalangi mendapatkan ilmu dan mendatangkan kebodohan. Allah
menjadikan ilmu sebagai cahaya yang benderang. Sementara perbuatan maksiat akan
memadamkannya. Karena itulah ilmu dan maksiat tak bisa berpadu. Sebagaimana
perkataan Imam Malik kepada Imam Asy Syafi’i, “Sungguh aku melihat bahwasanya
Allah Ta’ala telah memberikan cahaya di hatimu. Janganlah kamu memadamkannya
dengan kemaksiatan.”
2. Dihalangi dari Rezeki. Salah satu sebab
dibukanya rezeki seseorang adalah ketakwaan kepada Allah. Hal ini berlaku
sebaliknya. Seorang yang bermaksiat akan menyebabkan sulitnya mendapatkan
rezeki dan mendatangkan kefakiran. Imam Ahmad berkata dalam Al Musnad, “Sungguh
seorang hamba akan terhalang dari rezeki karena dosa yang ia kerjakan.”
Seseorang akan kembali dibuka rezekinya jika meninggalkan kemaksiatan dan
bertaubat darinya.
3. Dipersulit Urusannya. Ketika menghadapi
suatu urusan, seorang yang gemar bermaksiat kepada Allah akan dipersulit jalan
keluarnya. Ia akan menghadapi banyak masalah hidup dan tak pernah menemukan
jalan keluar dari masalah tersebut. Manusia sering kali menghadapi kesulitan
demi kesulitan, namun hanya sedikit yang menyadari bahwa kesulitan itu datang
akibat kemaksiatan yang dikerjakannya. Akibat ini diketahui dari janji Allah
yang menjamin kemudahan urusan setiap hamba-Nya yang bertakwa.
4. Hati yang Terus Gelisah. Kegundahan dan kegelisahan
akan selalu dirasakan seseorang selama ia diliputi kemaksiatan. Meski betapa
besar kenikmatan dari maksiat yang didapatkan, ia tak akan merasakan kehidupan
yang damai dan tenang. Rasa gelisah akibat maksiat pun berbeda dari kegelisahan
biasa. Inilah perasaan yang paling menyulitkan dalam hidup. Tentu tak ada
seorang pun di dunia ini yang tak menginginkan kedamaian dalam hidup. Seorang
bijak pernah mengatakan bahwa “Jika dosa-dosa itu telah membuatmu gelisah,
tinggalkan dosa itu, niscaya kau akan merasakan ketenangan.”
5. Kesulitan Bermuamalah. Kegelisahan yang
terus menumpuk akibat maksiat yang terus saja dilakukan, akan berdampak negatif
pula pada saat bersosialisasi atau bermuamalah. Kebaikan orang sekitar tak akan
lagi dirasakan, baik kerabat, teman, pasangan, bahkan kendaraan. Sebagaimana
banyak dari kalangan ulama terdahulu merasakan, “Sungguh saat aku bermaksiat
kepada Allah, aku merasakan dampak buruknya pada tingkah laku istriku dan hewan
tungganganku.” Kegelisahan akan meliputi segala aspek hidup, sampai-sampai
seorang akan membenci dirinya sendiri karenanya.
6. Suramnya Wajah dan Gelapnya Hati. Ketakwaan
diibaratkan dengan cahaya. Adapun maksiat merupakan kegelapan. Makin menumpuk
kemaksiatan yang dilakukan seseorang, makin menumpuk pula kegelapan dalam
hatinya. Semakin meluas kegelapan tersebut, wajah akan nampak suram di mata
manusia yang memandang. Shahabat Rasulullah yang mulia, Ibnu ‘Abbas berkata,
“Sesungguhnya kebaikan akan memunculkan sinar pada wajah, cahaya pada hati,
kelapangan rezeki, kekuatan badan, dan kecintaan di hati manusia. Sebaliknya,
kejelekan akan menyebabkan kesuraman wajah, kegelapan hati, kelemahan badan,
kurangnya rezeki, dan kebencian di hati manusia.”
7. Fisik yang Lemah. Sebagai mana perkataan
Ibnu ‘Abbas, bahwasanya lemahnya fisik menjadi salah satu dampak dari kejelekan
atau kemaksiatan. Kegelisahan hati akibat kemaksiatan akan terus membuat hati
lemah. Sementara kekuatan fisik bersumber dari kekuatan hati. Hal ini terbukti
dalam sejarah bahwa pasukan muslimin yang sedikit selalu mampu mengalahkan kaum
kafir yang jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak. Hal itu disebabkan, hati
mereka dipenuhi ketakwaan dan menghindari perbuatan maksiat kepada-Nya.
Alhasil, fisik mereka sangat tangguh dan mampu menghadapi lawan yang terkuat
sekalipun.
Hal-hal tersebut di atas tentu sangat
menyulitkan hidup. Padahal setiap manusia berharap dapat hidup dengan nyaman,
tenang dan dihindarkan dari masalah yang berat. Apalah artinya seorang ingin
tampil cantik hingga gemar bertabaruj ala jahiliyyah, namun ternyata wajahnya
suram di mata manusia. Apalah artinya memakan riba dan mendapat banyak harta,
namun keberkahan tak pernah meliputinya hingga harta yang banyak itu terus saja
terasa kurang.
Apalah artinya jika tidur nyenyak hingga terlambat
shalat subuh, namun urusan di hari itu menjadi amat sangat sulit. Apalah
artinya menikmati hura-hura pesta atau konser yang gemerlap, namun hati menjadi
gundah gulana setelahnya. Apalah artinya memiliki banyak teman saat hang out,
namun ternyata mereka semua tak mendekatkan diri pada Allah. Masih banyak
contoh kemaksiatan lain yang tanpa sadar telah menjerumuskan pelakunya pada
kesulitan hidup di dunia, dan terlebih lagi, di akhirat kelak.
Akibat-akibat tersebut pun hanya akan
dirasakan muslimin yang masih memiliki ketakwaan dan kecintaan kepada Allah.
Akibat-akibat tersebut di atas, tak berlaku bagi seorang yang telah mati
hatinya. Sejatinya, segala kesulitan akibat maksiat merupakan sebuah teguran
sekaligus kesempatan yang diberikan Allah agar para hamba tersadar akan
kekeliruannya, lalu kembali mendekat kepada-Nya, bersimpuh di hadapan-Nya dan
menangisi dosa-dosanya. Karena itu, bertaubatlah, sebelum hati benar-benar mati
akibat dosa maksiat yang terlampau banyak, lalu kesempatan itu pun hilang seketika,.
*************************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. E-mail: ustazsofyan@gmail.com
*************************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. E-mail: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment