Cara Mengusir Khanzab, Setan Pengganggu Shalat
Dari Sahabat yang Mulia Utsman bin Abil 'Ash
radhiyallahu'anhu,
أنه أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ
صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ
فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا ) قَالَ : فَفَعَلْتُ
ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي
"Bahwasanya beliau mendatangi Nabi
shallallaahu'alaihi wa sallam seraya berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya
setan telah menghalangi antara aku dengan sholatku dan mengacaukan bacaanku. Maka Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam
bersabda,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ
، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
"Itu adalah setan yang disebut khanzab.
Apabila kamu merasakannya, maka mohonlah perlindungan kepada Allah darinya dan
meniup dengan sedikit ludah ke kiri tiga kali".🔹 Utsman bin
Abil 'Ash radhiyallahu'anhu berkata: Aku pun melakukan itu maka Allah menjauhkan
setan itu dariku." [HR. Muslim]
🔹 Asy-Syaikh Al-'Allamah Ibnu Bas rahimahullah
berkata,
"الالتفات في الصلاة للتعوذ بالله من الشيطان
الرجيم عند الوسوسة لا حرج فيه بل هو مستحب عند شدة الحاجة إليه بالرأس فقط ؛ لأن النبي
صلى الله عليه وسلم أمر به عثمان بن أبي العاص الثقفي رضي الله عنه
"Menoleh sedikit dalam sholat ke arah
kiri sambil meniup untuk memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang
terkutuk tatkala muncul was-was dalam sholat maka tidak apa-apa, bahkan
disunnahkan ketika sangat butuh, yaitu hanya menoleh dengan kepala saja, karena
Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam memerintahkan itu kepada Utsman bin Abil
'Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu'anhu." [Majmu' Al-Fatawa, 11/130]
🔹 Asy-Syaikh Al-'Allamah Ibnul 'Utsaimin
rahimahullah berkata,
إذا كان الإنسان في جماعة فماذا يصنع ؟
كيف يتفل عن يساره ثلاث مرات ؟ نقول : يكفي أن تستعيذ بالله من الشيطان الرجيم بدون
تفل لكي لا تؤذي من حولك
"Apabila seseorang sholat jama'ah apa
yang harus ia lakukan? Bagaimana ia meniup ke kiri tiga kali? Kita katakan:
Cukup baginya memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, tanpa
harus meniup ke kiri tiga kali agar tidak menganggu jama'ah yang ada di sebelah
kirimu." [Fatawa Nur 'alad Darbi, 45/185]
Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di
akhirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu
pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk menggarap
proyek ini. Ada setan spesialis yang mengganggu orang shalat, menempuh segala
cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah
kualitasnya. Setan itu bernama ‘Khanzab‘.
Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad)
Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad)
Utsman melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut
dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku.”
Melafazhkan Niat
Sebagaimana halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan
setan kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat.
Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat
tangannya, lalu gagal dan idturunkan kembali tangannya. Dia ulangi lagi seperti
itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud, sementara ia
masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya.
Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak
shalat, namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk
melafazhkan niatnya.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata:
Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik, begitupun dengan empat imam madzhab.
Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik, begitupun dengan empat imam madzhab.
Orang-orang belakangan yang membacanya keliru memahami perkataan
Imam Syafi’i yang berbunyi ‘shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang
yang memulai shalat kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud
beliau adalah melafazhkan niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah
takbiratul ihram.”
Ingat Ini..Ingat Itu !
Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah
mengerjakan shalat untuk mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak
orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi
perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan ‘kebaikan’
yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat
seseorang menjadi ingat letak barang yang mana ia telah lupa sebelumnya. Setan
rela ‘membantu’ orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali,
asalkan shalat yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman
salaf seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan
shalat dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia beranjak
dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya ketika
shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia menjawab:
“Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari shalat.”
Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya tentang
urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah dia
kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda:
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR al-Bukhari)
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR al-Bukhari)
Ragu antara Kentut dan Tidak
Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah dia
kentut ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk
mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan shalatnya
karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu dan memulai
shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara yang sama. Sehingga untuk
satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu. Bisa
dibayangkan, seandainya ada lima orang saja dalam satu masjid yang terkena
godaan ini, niscaya cukup membuat kacau jama’ah yang lain.
Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan
informasi:
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium baunya tanpa ragu. (HR Ahmad)
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium baunya tanpa ragu. (HR Ahmad)
Di antara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadits ini merupakan
salah satu pengecualian dari hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka,
tinggalkan apa yang meragukan dan ambil sesuatu yang tidak meragukan. Dalam
kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada dalam keraguan antara
kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau mendengar suaranya.
Mencuri Perhatian
Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok
ketika shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari
serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang orang yang
menoleh ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab:
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Untuk menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat
berusaha menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang
Maha Berkuasa atas segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan ke
kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda sedang
berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat itu? (Ar risalah)
***************************
Kontributor: Ustadz
Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah; Amirul Yusuf, Abu Afif; Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF.
Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment