Skip to main content

Puasa Syawal


PUASA SYAWAL


Ada Lima Hal terpenting yang perlu diperhatikan tentang Qadha Puasa Ramadhan: 

Pertama:Qadha’ puasa tidak boleh dibatalkan kecuali jika ada uzur yang dibolehkan sebagaimana halnya puasa Ramadhan.
Kedua:Tidak wajib membayar qadha’ puasa secara berturut-turut, boleh saja secara terpisah. Karena dalam ayat diperintahkan dengan perintah umum,
فعدة من أيام أخر
“Hendaklah mengqadha’ (mengganti puasanya) di hari lainnya.” (QS. Al-Baqarah: 184, 185)

KetigaJika puasanya batal satu hari, maka qadha’nya juga satu hari, bukan dua hari sebagaimana anggapan sebagian orang.

KeempatQadha’ puasa tetap wajib berniat di malam hari (sebelum Shubuh) sebagaimana kewajiban dalam puasa Ramadhan. Puasa wajib harus ada niat di malam hari sebelum Shubuh, berbeda dengan puasa sunnah yang boleh berniat di pagi hari.

KelimaKetika ada yang melakukan qadha’ puasa lalu berhubungan intim di siang harinya, maka tidak ada kewajiban kafarah, yang ada hanyalah qadha’ disertai dengan taubat. Kafarah berat (yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu berarti berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu berarti memberi makan pada 60 orang miskin, pen.) hanya berlaku untuk puasa Ramadhan saja.

BULAN SYAWAL  🎉

🎗 Termasuk rahmat Allah kepada para hambaNya, Dia menjadikan amalan sunnah pada setiap jenis amalan wajib, seperti shalat, ada yang wajib ada yang sunnah, demikian pula puasa, shodaqoh, haji dan lain sebagainya.

Ketahuilah wahai saudaraku seiman –semoga Allah merahmatimu- bahwa adanya amalan-amalan sunnah tersebut memiliki beberapa faedah bagi umat manusia :

1. Menyempurnakan kekurangan pada amalan wajib, sebab bagaimanapun seorang telah berusaha agar ibadah wajibnya sempurna semaksimal mungkin namun tidak luput dari kekurangan. Di sinilah . amalan sunnah untuk menutup lubang-lubang tersebut. 

2.  Menambah pahala disebabkan bertambahnya amal shaleh.

3. Menggapai kecintaan Allah.

4. Menambah keimanan seorang hamba.

5. Menambah kuatnya hubungan seorang hamba dengan Robbnya.

6. Merupakan medan untuk berlomba-lomba dalam ketaatan.

7. Mendorong hamba dalam melakukan  amalan wajib, sebab sepertinya mustahil kalau ada seorang yang rajin mengamalkan perkara sunnah tetapi mengabaikan amal yang wajib.

8. Pembuka  amalan wajib.

9. Penutup pintu bid’ah dalam agama.

10. Mencontoh Nabi dan para salaf shalih.

[📖 Lathoiful Ma’arif Ibnu Rojab hal. 393-396]

Setiap waktu ada amalan shalih yang Allah syariatkan demi kebaikan para hambanya, di antaranya adalah puasa 6 hari di bulan syawal, yang sekarang kita berada di dalamnya.

📝 Berikut 3 faidah seputar puasa syawal:

1. Puasa syawal melengkapi pahala puasa Ramadhan.

Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh" [HR. Muslim]

2. Puasa syawal merupakan rowatib buat puasa Ramadhan.

Kalau pada ibadah shalat wajib ada sunnah rowatib yang mengiringinya dan menjadi penyempurna pada hari kiamat jika ada kekurangan. Begitu pula ibadah puasa Ramadhan ada ibadah sunnah yang mengiringinya, yaitu puasa sebelumnya dan puasa sesudahnya. Rasulullah dahulu memperbanyak puasa sya'ban, sebagaimana disampaikan 'Aisyah radhiallahu 'anha, begitu pula beliau menganjurkan puasa syawal, sebagaimana hadits di atas. Sedang suatu amal menjadi mulia kadang disebabkan ibadah yang mengiringinya.

3. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahulloh mengatakan dalam kitab beliau lathoiful ma'arif: "Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya".

Sebagaimana kejelekan bisa mengantarkan seseorang berbuat kejelekan yang lain, Allah berfirman:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

"Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa" [Surat Ash-Syura: 40]

"Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,

Allah berfirman:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." [Surat Ar-Rahman: 60]

Semoga Allah menerima ibadah Ramadhan kita dan memberikan taufiq untuk berpuasa syawal dan ibadah lainnya.


Pertanyaan: Kalau ada orang yang berpuasa syawwal dan ingin menggabungnya dengan qodho’ puasa ramadahan, atau dengan puasa senin kamis, atau tiga hari dalam sebulan, bagaimana hukumnya?!
Menjawab masalah ini, hendakanya kita mengetahui terlebih dahulu sebuah kaidah berharga yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Rojab, yaitu “Apabila berkumpul dua ibadah satu jenis dalam satu waktu, salah satunya bukan karena qodho’ (mengganti) atau mengikut pada ibadah lainnya, maka dua ibadah tersebut bisa digabung jadi satu”.[Taqrir Qowaid 1/142]

📌 Jadi, menggabung beberapa ibadah menjadi satu itu terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Tidak mungkin digabung, yaitu apabila ibadah tersebut merupakan ibadah tersendiri atau mengikut kepada ibadah lainnya, maka di sini tidak mungkin digabung.

Contoh: Seorang ketinggalan shalat sunnah fajar sampai terbit matahari dan datang waktu sholat dhuha, di sini tidak bisa digabung antara shalat sunnah fajar dan shalat dhuha, karena shalat sunnah fajar adalah ibadah tersendiri dan shalat dhuha juga ibadah tersendiri.

Contoh lain: Seorang sholat fajar dengan niat untuk shalat sunnah rawatib dan shalat fardhu, maka tidak bisa, karena shalat sunnah rawatib adalah mengikut kepada shalat fardhu.

Kedua:  Bisa untuk digabung, yaitu kalau maksud dari ibadah tersebut hanya sekedar adanya perbuatan tersebut, bukan ibadah tersendiri, maka di sini bisa untuk digabung.

Contoh: Seorang masuk masjid dan menjumpai manusia sedang melakukan shalat fajar, maka  dia ikut shalat dengan niat shalat fajar dan tahiyyatul masjid, maka boleh karena tahiyyatul masjid bukanlah ibadah tersendiri. [Liqa’ Bab Maftuh Ibnu Utsaimin hal. 20. Lihat penjelasan tentang kaidah ini dan contoh-contohnya secara panjang dalam Taqrir Qowa’id Ibnu Rojab 1/142-158]

🍃 Nah, dari sini dapat kita simpulkan bahwa kalau seorang menggabung puasa syawwal dengan mengqodho’ puasa ramadhan maka hukumnya tidak boleh karena puasa syawal di sini mengikut kepada puasa ramadhan. [lihat Ta’liq Syaikh Ibnu Utsaimin atas Qowaid Ibnu Rojab 1/142].

🍃 Namun apabila seseorang menggabung puasa syawwal dengan puasa tiga hari dalam sebulan, puasa dawud, senin kamis maka hukumnya boleh. Wallahu A’lam.

Demikianlah beberapa pembahasan yang dapat kami ketengahkan. Semoga bermanfaat.

*PUASA SYAWAL SEBELUM MENGQODO PUASA RAMADHAN*
📌 *Pertama* : Tidak diragukan bahwa jika seorang telah berpuasa Ramadhan sebulan penuh tanpa ada hutangnya sama sekali lalu ia berpuasa 6 hari syawwal maka ia telah meraih keutamaan seakan-akan ia berpuasa setahun penuh (فكأنما صام الدهر)

📌 *Kedua* : Demikian pula seseorang yang tatkala di bulan Ramadhan berhutang (berbuka) akan tetapi karena udzur, lalu ia mengqodho hutang puasanya tersebut sebelum berpuasa 6 hari di bulan Syawwal maka iapun juga seakan-akan berpuasa setahun penuh

Ibnu Muflih berkata :

وَظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا يُسْتَحَبُّ صِيَامُهَا إِلَّا لِمَنْ صَامَ رَمَضَانَ، وَقَالَهُ أَحْمَدُ وَالْأَصْحَابُ، لَكِنَ ذَكَرَ فِي " الْفُرُوعِ " أَنَّ فَضِيلَتَهَا تَحْصُلُ لِمَنْ صَامَهَا وَقَضَاءَ رَمَضَانَ وَقَدْ أَفْطَرَه لِعُذْرٍ،

“Zohirnya tidaklah disunnahkan untuk syawwal kecuali jika bagi orang yang telah berpuasa Ramadhan...akan tetapi disebutkan di “Al-Furuu'” bahwasanya keutamaan puasa Syawwal tetap diperoleh bagi orang yang berpuasa syawwal dan telah mengqodo puasa ramadannya yang ia berhutang puasa karera udzur” (Al-Mubdi' 3/49)

📌 *Ketiga* : Akan tetapi bagaimana jika ia berpuasa syawwal sebelum mengqodo hutang puasa Ramadhannya?? maka ada dua pendapat ulama dalam hal ini. Kenyataannya ternyata sebagian orang berudzur dan sulit untuk mengqodho' seluruh hutang puasa Ramadhannya di bulan Syawwal, lantas apakah boleh ia berpuasa syawwal terlebih dahulu baru kemudian mengqodho' hutang puasa Ramadhannya di bulan-bulan yang lainnya?? Contohnya : - Seorang wanita yang nifas tatkala bulan Ramadhan sehingga ia berhutang Ramadhan sebulan penuh dan ternyata baru bersih dan di bulan Syawwal - Seorang yang sakit di bulan Ramadhan sehingga tidak bisa berpuasa kecuali hanya beberapa hari - Seseorang yang bersafar karena ada tugas selama bulan Ramadhan sehingga tidak bisa berpuasa di bulan Ramadhan kecuali beberapa hari. - Seorang wanita yang hamil dan menyusui sehingga tidak bisa berpuasa Ramadhan Apakah mereka ini boleh berpuasa Syawwal sebelum mengqodlo hutang puasa Ramadhannya?? Ada dua pendapat dalam hal ini.

PENDAPAT PERTAMA : Menyatakan tidak bisa karena dzohir hadits

من صام رمضان فأتبعه ستا من شوال

(Barang siapa yang puasa Ramadhan LALU MENGIKUTKANNYA dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal...)

PENDAPAT KEDUA : Boleh mereka berpuasa Syawwal sebelum mengqodlo hutang puasa Ramadhannya. Al-Bujairimi betkata

: قَوْلُهُ «ثُمَّ أَتْبَعَهُ» إلَخْ يُفِيدُ أَنَّ مَنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ لَمْ يَصُمْهَا وَأَنَّهَا لَا تَحْصُلُ قَبْلَ قَضَائِهِ، وَقَدْ يُقَالُ التَّبَعِيَّةُ تَشْمَلُ التَّقْدِيرِيَّةَ لِأَنَّهُ إذَا صَامَ رَمَضَانَ بَعْدَهَا وَقَعَ عَمَّا قَبْلَهَا تَقْدِيرًا، أَوْ التَّبَعِيَّةُ تَشْمَلُ الْمُتَأَخِّرَةَ كَمَا فِي نَفْلِ الْفَرَائِضِ التَّابِعِ لَهَا اهـ. فَيُسَنُّ صَوْمُهَا وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ، أَيْ بِعُذْرٍ؛ فَإِنْ تَعَدَّى بِفِطْرِهِ حَرُمَ عَلَيْهِ صَوْمُهَا لِمَا فِيهِ مِنْ تَأْخِيرِ الْقَضَاءِ الْفَوْرِيِّ وَتَفُوتُ بِفَوَاتِ شَوَّالٍ وَلَا تُقْضَى

📋 “Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam “Lalu ia mengikutkan puasa Ramadhannya dengan puasa enam hari Syawwal..” memberi faedah bahwasanya barang siapa yang berbuka di bulan Ramadhan dan tidak berpuasa bahwasanya ia tidak akan memperoleh keutamaan puasa Syawwal hingga ia mengqodho' terlebih dahulu hutang puasa Ramadhannya. Dan dikatakan bahwasanya “At-Tab'iyyah” (mengikutkan) termasuk didalamnya “At-Taqdiriyah” (secara ditaqdirkan (dianggap telah berpuasa)) karena jika ia puasa Syawwal 6 hari lantas setelah itu iapun mengqodho' hutang puasa Ramadhannya maka seakan akan dianggap akhirnya pun telah berpuasa penuh bulan Ramadhan sebelum ia berpuasa 6 hari Syawwal. Atau “at-Tab'iyyah” (mengikutkan) mencakup “Al-Mutaakkhiroh” (yang diakhirkan) yaitu mencakup puasa syawwal yang diakhirkan (sehingga dikerjakan diluar bulan syawwal) sebagaiamana sholat sunnah (rawatib) sholat fardu yang statusnya adalah pengikut sholat fardu. Jadi tetap disunnahkan puasa sunnah 6 hari Syawwal meskipun ia berbuka/berhutang puasa Ramadhan karena udzur.

Akan tetapi jika ia berbuka di bulan Ramadhan tanpa udzur maka diharamkan baginya untuk puasa syawwal karena akan mengakibatkan terlambatnya ia mengqodho hutang puasa Ramadhannya yang harus segera dikerjakan. Dan jika ternyata setelah itu telah habis bulan Syawwal maka ia telah terluput dari puasa syawwal dan tidak bisa diqhodo puasa syawwalnya (misalnya dikerjakan pada bulan dzulqo'dah-pen)” (Hasyiyah Al-Bujairimi 2/406)

📜 Dalil-dalil pendapat ini sebagai berikut :

Pertama : Mengqodho hutang puasa Ramadhan bukanlah kewajiban yang harus segera dilakukan akan tetapi waktunya lapang sebelum datang bulan Ramadhan tahun berikutnya. Sementara puasa syawwal waktunya terbatas hanya pada bulan syawwal

Kedua : Seseorang yang berpuasa Ramadhan lalu ia berbuka karena udzur, karena sakit atau haid dan nifas maka ia telah dikatakan telah berpuasa Ramadhan, dan ia juga telah meraih keutamaan berpuasa sebulan penuh, karena ia berbuka disebabkan udzur dan ia akan mengqodo diluar bulan Ramadhan. Bukankah terlalu banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan?, Perhatikan diantara keutamaan-keutamaan tersebut

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan dengan keimanan dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” 

Apakah keutamaan-keutamaan tersebut hanya berlaku bagi orang yang berpuasa Ramadhan secara adaa' tanpa ada batal sama sekali?. Tentu jawabannya adalah tidak, karena Allah telah mengizinkan orang yang berudzur untuk berbuka. Maka jika ia berpuasa dengan mengqodo hutangnya maka iapun tentu telah meraih keutamaan-keutamaan tersebut.

Ketiga : Aisyah radhiallahu 'anhaa tidaklah beliau mengqodo hutang puasa Ramadhannya kecuali di bulan Sy'aban. Aisyah berkata

كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ، الشُّغْلُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

📋 “Aku punya hutang puasa Ramadhan dan aku tidak mampu untuk mengqodo'nya kecuali di bulan Sya'ban. Karena kesibukanku untuk melayani Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam” Tentunya sulit terbayangkan jika istri Nabi sekelas Aisyah tidak melaksanakan puasa-puasa sunnah yang sangat mulia, seperti puasa Asyura', puasa hari Arafah, dan juga puasa syawwal??. kemungkinan beliau tetap berpuasa meskipun sebelum mengqodo puasa Ramadannya.

Keempat : para ulama telah menjelaskan sebab kenapa puasa ramadhan ditambah puasa 6 hari syawal sama dengan puasa setahun penuh? Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa satu kebaikan di sisi Allah bernilai 10 kebaikan. Karenanya jika seseorang berpuasa sebulan penuh ditambah 6 hari maka seakan-akan ia telah berpuasa setahun penuh ( 12 bulan) Seseorang yg berpuasa sebagian ramadan dengan adaa' (pada waktunya yaitu di bulan ramadan) dan sebagiannya lagi diqodo karena udzur dan disertai puasa 6 hari syawwal maka jika ditinjau dari jumlah hari puasanya maka tetap ia berpuasa sebulan 6 hari. Karenanya sebagian ulama membolehkan orang yg menqodo puasa ramadhannya sebulan penuh di bulan syawwal maka ia boleh melaksanakan puasa syawwalnya di bulan dzulqo'dah, hal ini wallahu a'lam diantaranya karena memandang jumlah hari puasa.

Namun tulisan ini bukanlah bermaksud memotivasi seseorang menunda qodho puasa Ramadhan akan tetapi hanya menjelaskan hukum berpuasa syawwal sebelum mengqodo. Tentunya setelah kita sepakat bahwa segera mengqodo puasa itu yang terbaik, dan mengqodo sebelum puasa sunnah apapun adalah yg terbaik. Wallahu A'lam bis Showaab.

RINGKASAN BEBERAPA PERMASALAHAN TERKAIT PUASA SYAWWAL

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian ia ikutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh.” [HR. Muslim dari Abu Ayyub Al-Anshori radhiyallahu’anhu]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan maka itu satu bulan yang dilipatgandakan pahalanya seperti sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah idul fitri (dilipatgandakan sepuluh kali menjadi 60 hari atau 2 bulan) maka dengan itu menjadi sempurna satu tahun.” [HR. Ahmad dari Tsauban radhiyallahu’anhu]

#BEBERAPA_PERMASALAHAN:

1. Puasa Syawwal adalah Tanda Diterimanya Puasa Ramadhan

Orang yang diberikan taufiq untuk berpuasa Syawwal adalah tanda puasa Ramadhan yang ia kerjakan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنةالحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها

“Bahwa membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan, karena sesungguhnya Allah apabila menerima amalan seorang hamba, maka Allah memberikan kemampuan kepadanya untuk beramal shalih lagi setelahnya, sebagaimana kata sebagian ulama: Ganjaran kebaikan adalah kebaikan setelahnya, barangsiapa melakukan suatu kebaikan kemudian ia susul dengan kebaikan yang lain maka itu adalah tanda diterimanya amal kebaikannya yang sebelumnya, sebagaimana orang yang melakukan kebaikan kemudian ia susul dengan kejelekan maka itu adalah tanda ditolaknya kebaikan yang telah ia kerjakan dan tidak diterima.” [Lathooiful Ma’aarif: 244]

2. Urgensi Puasa Syawwal

Puasa sunnah Syawwal disyari’atkan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan puasa Ramadhan. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

فإن صيام ستة أيام من شوال بمنزلة الراتبة للصلاة التي تكون بعدها ليكمل بها ما حصل من نقص في الفريضة ومن حكمة الله تعالى ورحمته أنه جعل للفرائض سنناً تكمل بها وترقع بها

“Sesungguhnya puasa 6 hari di bulan Syawwal seperti sholat sunnah rawatib yang dilakukan setelah sholat wajib untuk menyempurnakan kekurangan dalam sholat wajib. Dan diantara hikmah Allah ta’ala serta rahmat-Nya, Dia menetapkan amalan-amalan sunnah untuk menyempurnakan amalan-amalan wajib dan menutupi kekurangan-kekurangannya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 11/2]

MENGGABUNGKAN NIAT PUASA*
Kalau ada orang yang berpuasa syawwal dan ingin menggabungnya dengan qodho’ puasa ramadahan, atau dengan puasa senin kamis, atau tiga hari dalam sebulan, bagaimana hukumnya?! Menjawab masalah ini, hendakanya kita mengetahui terlebih dahulu sebuah kaidah berharga yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Rojab, yaitu “Apabila berkumpul dua ibadah satu jenis dalam satu waktu, salah satunya bukan karena qodho’ (mengganti) atau mengikut pada ibadah lainnya, maka dua ibadah tersebut bisa digabung jadi satu”.[Taqrir Qowaid 1/142]

📌 Jadi, menggabung beberapa ibadah menjadi satu itu terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Tidak mungkin digabung, yaitu apabila ibadah tersebut merupakan ibadah tersendiri atau mengikut kepada ibadah lainnya, maka di sini tidak mungkin digabung.

Contoh: Seorang ketinggalan shalat sunnah fajar sampai terbit matahari dan datang waktu sholat dhuha, di sini tidak bisa digabung antara shalat sunnah fajar dan shalat dhuha, karena shalat sunnah fajar adalah ibadah tersendiri dan shalat dhuha juga ibadah tersendiri.

Contoh lain: Seorang sholat fajar dengan niat untuk shalat sunnah rawatib dan shalat fardhu, maka tidak bisa, karena shalat sunnah rawatib adalah mengikut kepada shalat fardhu.

Kedua:  Bisa untuk digabung, yaitu kalau maksud dari ibadah tersebut hanya sekedar adanya perbuatan tersebut, bukan ibadah tersendiri, maka di sini bisa untuk digabung.

Contoh: Seorang masuk masjid dan menjumpai manusia sedang melakukan shalat fajar, maka  dia ikut shalat dengan niat shalat fajar dan tahiyyatul masjid, maka boleh karena tahiyyatul masjid bukanlah ibadah tersendiri. [Liqa’ Bab Maftuh Ibnu Utsaimin hal. 20. Lihat penjelasan tentang kaidah ini dan contoh-contohnya secara panjang dalam Taqrir Qowa’id Ibnu Rojab 1/142-158]

🍃 Nah, dari sini dapat kita simpulkan bahwa kalau seorang menggabung puasa syawwal dengan mengqodho’ puasa ramadhan maka hukumnya tidak boleh karena puasa syawal di sini mengikut kepada puasa ramadhan. [lihat Ta’liq Syaikh Ibnu Utsaimin atas Qowaid Ibnu Rojab 1/142].

🍃 Namun apabila seseorang menggabung puasa syawwal dengan puasa tiga hari dalam sebulan, puasa dawud, senin kamis maka hukumnya boleh. Wallahu A’lam.

Demikianlah beberapa pembahasan yang dapat kami ketengahkan. Semoga bermanfaat.


Pertanyaan:


APAKAH PUASA SYAWAL BISA MENGGANTIKAN HUTANG PUASA DI BULAN RAMADHAN?

🔓 Jawaban:

صيام ستة أيام من شوال يعتبر تطوعًا فإذا صامت المرأة ستة أيام من شوال فهل يكفي هذا أو يجزئ عن صيام ما أفطرته في رمضان، أم عليها أن تصوم 12 يومًا منه قضاء ومنه تطوعًا وجزاكم الله خيرًا؟

Puasa enam hari bulan syawwal tergolong sunnah hukumnya, apabila seorang wanita telah berpuasa enam hari bulan syawwal, apakah itu sudah mencukupi atau bisa membayar hutang puasa yang dia berbuka di bulan ramadhan, ataukah dia tetap harus berpuasa 12 hari, sebagian untuk mengqadha sebagiannya untuk puasa sunnahnya?

لا يكفي من عليه قضاء من شهر رمضان أن يصوم ستًّا من شهر شوال عن القضاء تطوعًا بل يجب أن يصوم ما عليه من القضاء ثم يصوم ستة أيام من شوال إذا رغب في ذلك قبل انسلاخ الشهر

Orang yang punya hutang puasa ramadhan tidak cukup baginya (dibayar dengan) puasa enam hari syawwal puasa sunnah. BahkaN dia wajib membayar hutang puasanya dulu, kemudian baru berpuasa enam hari syawwal, jika ia menginginkan hal itu sebelum berakhir bulan syawwal.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

Hanya Allah lah tempat memohon taufiq. Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau dan sahabat beliau.

(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daa’imah (Soal ke dua dari fatwa no 11663))

PUASA SYAWAL DIGABUNG DENGAN PUASA AYYAMUL BIDH, BOLEHKAH *

Pertanyaan:
🍃 Apa hukum menggabungkan puasa Syawal dan puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Syawal atau setiap bulan Hijriyah)?

💯 Keutamaan puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

_🔖 “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”[HR. Muslim, no. 1164]

Tentang keutamaan puasa ayyamul bidh disebutkan dalam hadits berikut. Dari Ibnu Milhan Al-Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ « هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ »

🔖“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” [HR. Abu Daud, no. 2449; An-Nasa’i, no. 2434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

  Kalau seseorang lakukan puasa Syawal yang tiga harinya satu niat dengan puasa ayyamul bidh, masih dibolehkan dan diharapkan ia bisa mendapatkan pahala puasa syawal dan puasa ayyamul bidh sekaligus.

Demikian jawaban dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah ketika ditanya oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah.

Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan bahwa jika seseorang sudah melakukan puasa Syawal, maka puasa ayyamul bidh-nya menjadi gugur, baik ia melakukan puasa Syawal tadi bertepatan dengan ayyamul bidh (13, 14, 15 Syawal) atau ia melakukan sebelum atau sesudah ayyamul bidh.

Karena kalau sudah melakukan puasa Syawal sebanyak enam hari berarti sudah memenuhi anjuran puasa tiga hari setiap bulannya, bahkan sudah lebih dari tiga hari yang diperintahkan.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menganggap itu sama seperti orang yang melakukan tahiyatul masjid di mana shalat tersebut bisa gugur dengan melakukan shalat sunnah rawatib.

Atau maksud Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, shalat tahiyatul masjid sudah masuk dalam shalat sunnah rawatib. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Qatadah bin Rib’iy Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ

🔖“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sampai ia melaksanakan shalat dua raka’at.” [HR. Bukhari, no. 1163; Muslim, no. 714]

Shalat tahiyatul masjid ini bisa dipenuhi dengan dua raka’at shalat sunnah rawatib. Demikian maksud Syaikh Muhammad Al-‘Utsaimin rahimahullah.

📝 Kesimpulannya, boleh saja menggabungkan puasa Syawal dengan puasa ayyamul bidh

BERSEGERALAH DALAM MEMBAYAR HUTANG PUASA RAMADAN ‼💡

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan :

"Bersegera dalam membayar hutang puasa ramadan itu lebih utama daripada menundanya. Karena seorang insan itu tidak tahu, kadang ada perkara yang menghalangi dirinya. Maka keadaan dia yang bersegera membayar hutang puasa itu lebih kokoh dan lebih bersemangat dalam kebaikan."

‏قال ⁧ ابن عثيمين ⁩ رحمه الله:

‏المبادرة بقضاء رمضان أفضل من التأخير،لأن الإنسان لايدري مايعرض له،وكونه يبادر ويقضي ماعليه من دين الصوم أحزم وأحرص على الخير.


29 HARI + 6 HARI = 1 TAHUN


Bingung
Mari kita simak penjelasannya,

📙 Nabi _shallallahu 'alaihi wa sallam_ bersabda:

_"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal, niscaya ia mendapat pahala seperti puasa 1 tahun penuh."(HR. Muslim)

Dalam HR. An Nasa'i, Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- menguraikan:

*"ALLAH menjadikan kebaikan menjadi 10 kali lipat, maka puasa 1 bulan (Ramadhan) bernilai 10 bulan dan puasa 6 hari setelah 'Iedul Fitri (di bulan Syawwal) menyempurnakannya menjadi 1 tahun."*

Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
_"Barangsiapa yang berpuasa_ *satu hari* _di jalan ALLAH, niscaya ALLAH akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 puluh tahun perjalanan."(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika itu keutamaan puasa satu hari, maka silahkan bayangkan bagaimana pahala puasa selama satu tahun penuh??
Tahukah anda penjelasan banyak ulama (diantaranya ulama madzhab Syafi'i) tentang hal ini?

Ternyata pahala puasa 1 tahun penuh tersebut adalah *pahala puasa wajib.*

Maksudnya
Ya, puasa 6 hari di bulan Syawwal merupakan *puasa sunnah*, namun *pahalanya senilai dengan puasa wajib, layaknya puasa Ramadhan.*

Masih ada banyak waktu... hanya 6 hari dari 29/30 hari...Bisa di awal atau di pertengahan atau di akhir bulan Syawwal, bisa berturut-turut  atau tidak.

Pahala puasa 1 tahun penuh itu sudah sangat dimudahkan.


📚 Referensi:
I'anatut Thaalibiin 2/268, Tuhfatul Habiib 3/155, Tuhfatul Muhtaj 14/69, Fathul Wahhab 2/351, Mughnil Muhtaj 1/447, Nihayatul Muhtaj 3/208, Al Inshaf 3/344, Kasysyaaful Qina' 2/337 dan lain-lain.




TENTANG PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWWAL

Fatwa ulama terkait dengan permasalahan puasa enam hari syawwal

س: ﻣﺎ ﻓﻀﻞ ﺻﻴﺎﻡ اﻟﺴﺖ ﻣﻦ ﺷﻮاﻝ؟ ﻭﻫﻞ ﻫﻮ ﻋﺎﻡ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﻭاﻟﻨﺴﺎء؟ﻭﻫﻞ ﻳﺤﺼﻞ اﻟﻔﻀﻞ ﺑﺼﻴﺎﻣﻬﺎ ﻣﺘﺘﺎﺑﻌﺔ ﻓﻘﻂ؟

Soal:apakah keutamaan puasa enam hari syawwal?dan apakah berlaku umum bagi lelaki dan perempuan?

ج: ﺻﻴﺎﻡ ﺳﺘﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﻦ ﺷﻮاﻝ ﺑﻌﺪ ﺻﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻛﺼﻴﺎﻡ اﻟﺪﻫﺮ، ﻭﻫﻮ ﻋﺎﻡ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﻭاﻟﻨﺴﺎء، ﻭﺳﻮاء ﺻﺎﻣﻬﺎ ﻣﺘﺘﺎﺑﻌﺔ ﺃﻡ ﻣﺘﻔﺮﻗﺔ.ﻟﻜﻦ اﻟﺘﺘﺎﺑﻊ ﺃﻓﻀﻞ؛ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﺒﺎﺩﺭﺓ ﺇﻟﻰ اﻟﺨﻴﺮ، ﻭﻋﺪﻡ اﻟﻮﻗﻮﻉ ﻓﻲ اﻟﺘﺴﻮﻳﻒ اﻟﺬﻱ ﻗﺪ ﻳﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ ﻋﺪﻡ اﻟﺼﻮﻡ.

Jawaban: puasa enam hari bulan syawwal setelah puasa ramadhan semisal puasa setahun penuh dan berlaku umum bagi lelaki dan perempuan sama saja puasa secara berturut-turut maupun berpisah hanya saja lebih utama berturut-turut sebab terdapat padanya kesegeraan kepada kebaikan dan tidak terjatuh kedalam perkara menunda yang mengantar kepada perkara yang akhirnya  tidak berpuasa

ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺘﻨﺒﻪ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻻ ﺗﺘﺤﻘﻖ ﺇﻻ ﺇﺫا اﻧﺘﻬﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻛﻠﻪ، ﻭﻟﻬﺬا ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻗﻀﺎء ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺻﺎﻣﻪ ﺃﻭﻻ ﺛﻢ ﺻﺎﻡ ﺳﺘﺎ ﻣﻦ ﺷﻮاﻝ،

Dan semestinya seseorang memperhatikan bahwasanya keutamaan ini tidaklah terwujud { seseorang tidak mendapatkannya} kecuali jika puasa ramadhan seluruhnya telah selesai,karenanya jika seseorang punya tunggakan puasa ramadhan maka pertama kali ia puasa membayar tunggakannya kemudian puasa enam hari syawwal

ﻭﺇﻥ ﺻﺎﻡ اﻷﻳﺎﻡ اﻟﺴﺘﺔ ﻣﻦ ﺷﻮاﻝ ﻭﻟﻢ ﻳﻘﺾ ﻣﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﻼ ﻳﺤﺼﻞ ﻫﺬا اﻟﺜﻮاﺏ، ﺳﻮاء ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺼﺤﺔ ﺻﻮﻡ اﻟﺘﻄﻮﻉ ﻗﺒﻞ اﻟﻘﻀﺎء ﺃﻡ ﻟﻢ ﻧﻘﻞ.

Dan jika ia berpuasa enam hari syawwal sebelum membayar tunggakan puasa ramadhannya maka ia tidak memperoleh pahala ini sama saja kami katakan  puasa sunnahnya sah sebelum ia membayar tunggakan puasanya atau kami katakan tidak sah

ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: «ﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺛﻢ ﺃﺗﺒﻌﻪ ... » ﻭاﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﻀﺎء ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻳﻘﺎﻝ: ﺻﺎﻡ ﺑﻌﺾ ﺭﻣﻀﺎﻥ. ﻭﻻ ﻳﻘﺎﻝ: ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ.

Hal tersebut karena Nab-shallallãhu álaihi wasallam-bersabda{siapa yang berpuasa ramadhan kemudian diiringinya...}dan bagi yang punya tunggakan puasa maka dikatakan ia berpuasa ramadhan sebagiannya dan tidak dikatakan ia berpuasa ramadhan sepenuhnya

ﻓﺈﻥ اﻧﺘﻬﻰ ﺷﻮاﻝ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺼﻮﻡ اﻷﻳﺎﻡ اﻟﺴﺘﺔ ﻟﻢ ﻳﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﺘﺄﺧﻴﺮ ﻟﻌﺬﺭ،

Dan jika syawwal telah berakhir sebelum ia berpuasa enam hari syawwal maka ia tidak dapatkan pahalanya kecuali mengakhirkannya karena udzur{ada sebab}

ﻭﺇﺫا اﺗﻔﻖ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﻴﺎﻡ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺎﻡ اﻟﺴﺘﺔ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ اﻻﺛﻨﻴﻦ ﺃﻭ اﻟﺨﻤﻴﺲ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﻋﻠﻰ اﻷﺟﺮﻳﻦ ﺑﻨﻴﺔ ﺃﺟﺮ اﻷﻳﺎﻡ اﻟﺴﺘﺔ ﻭﺑﻨﻴﺔ ﺃﺟﺮ ﻳﻮﻡ اﻻﺛﻨﻴﻦ ﻭاﻟﺨﻤﻴﺲ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﺇﻧﻤﺎ اﻷﻋﻤﺎﻝ ﺑﺎﻟﻨﻴﺎﺕ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻟﻜﻞ اﻣﺮﻯء ﻣﺎ ﻧﻮﻯ»

Dan jika puasa enam hari syawwal ini bertepatan dengan hari senin atau kamis maka terwujud baginya {ia mendapatkan} dua pahala dengan niat pahala enam hari syawwal dan dengan niat pahala puasa hari senin dan kamis berdasarkan sabda Nabi-shallallãhu álaihi wasallam {sesungguhnya amalan itu dengan niat dan seseorang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan

{مجموع فتاوى العثيمين}


Oleh: Ustadz Abul Hasan Al Bugisy. Hafidzhahulloh



PUASA SYAWAL SEBAIKNYA DIAKHIRKAN, BETULKAH
Abu Ubaidah As Sidawi
🔘 Sebagian dai berpendapat bahwa puasa Syawal afdholnya diakhirkan untuk bersenang2 dg hari raya dan menghormati tamu.
🔘 Sebagian yg lain berpendapat bahwa puasa syawal afdholnya segera berdasarkan keumuman dalil tentang bersegera dlm melakukan kebaikan.

Manakah yang lebih kuat diantara pendapat tersebut?

🎗 Pendapat yg kuat dalam masalah ini -wallahu A'lam- bahwa hukum asalnya, yang lebih utama adalah bersegera melakukan puasa Syawwal karena beberapa sebab:

Pertama: Bersegera dalam beramal shalih
Kedua: Agar tidak terhambat oleh halangan dan godaan syetan sehingga menjadikannya tidak berpuasa
Ketiga: Manusia tidak tahu kapan malaikat maut menjemputnya.

📌 Namun, jika dia memang kedatangan tamu atau bertamu, dan dipandang lbh baik untuk berbuka guna menjaga hati mereka dan menghormati mereka, maka sebaiknya puasanya dibatalkan dan ditunda di waktu berikutnya.

📌 Dengan demikian, maka hukum asalnya tetap bersegera dalam puasa syawal, dan mengakhirkan itu jika ada maslahat lainnya yg bersifat insidental saja.

Demikian keterangan Syeikh Abdurrahman Al Barrok. Wallahu A'lam.
APAKAH UNTUK MENDAPATKAN KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DIBULAN SYAWAL HARUS MENYELESAIKAN QADHA PUASA RAMADAN TERLEBIH DAHULU???

Dalam permasahan ini para ulama berbeda pendapat:

PENDAPAT PERTAMA:

Tidak disyaratkan menyelesaikan puasa qadha ramadan(bagi orang mempunyai utang puasa ramadan) untuk mendapatkan keutamaan tersebut dan ini merupakan pendapat Al-Hanafiyah,Asy-Syafiiyah dan salah satu riwayat dari Al-Hanabilah.

Dan dalil pendapat ini adalah:

(1)Firman Allah taala:

فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَر

"Dan barang siapa diantara kalian berbuka puasa saat sakit atau safar pada bulan ramadan maka hendaknya menggantinya dihari lain"Q.s Al-Baqarah:185

Dalam ayat ini diterangkan bahwa barang siapa mempunyai utang puasa ramadan karena sakit atau safar(masuk juga didalamnya wanita haid dan nifas) lalu dia menggantinya dihari lain maka tetap dikatakan dia berpuasa ramadan,begitu pula tatkala mendahulukan puasa enam hari dibulan syawal lalu mengganti puasa ramadan dibulan berikutnya tetap dikatakan berpuasa ramadan dan berpuasa enam hari dibulan syawal.

(2)Hadis Tsauban bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 من صام رمضان، وستا من شوال، فقد صام السنة

"Barang siapa berpuasa ramadan dan berpuasa enam hari dibulan syawal maka sungguh pahalanya seperti berpuasa satu tahun"diriwayatkan Ibnu Hibban dan dishahihkan Albani.

Dalam hadis ini menunjukkan bahwa puasa ramadan dan enam hari dibulan syawal seperti puasa setahun tanpa disyaratkan membayar puasa qadha ramadan terlebih dahulu.

(3)Waktu qadha puasa ramadan bisa diakhirkan sampai bulan syaban (bulan yang jatuh sebelum ramadan).

Dan hal tersebut sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu anha,bahwa beliau radhiyallahu anha berkata:

كان يكون علي الصوم من رمضان، فما أستطيع أن أقضي إلا في شعبان

"Saya mempunyai utang puasa ramadhan dan  tidak mampu menggantinya kecuali pada bulan syaban"diriwayatkan Imam Bukhari (1950) dan Muslim 1146(151)

Dan jika diharuskan berpuasa qadha terlebih dahulu maka hal ini mengharuskan waktu  qadha puasa ramadan hanya sebentar dan sesaat dan hal ini tidak sesuai dengan dalil diatas.

(4)Ulama mengatakan bahwa puasa bulan ramadan selama 30 hari dikali10 kebaikan=300 kebaikan dan sebanding 300 hari=10 bulan.

Ditambah 6 hari dibulan syawal dikali 10 kebaikan = 60 kebaikan dan sebanding dengan 60 hari= 2 bulan.

Jadi jumlah seluruhnya 12 bulan=1 tahun dan ini akan didapatkan baik berpuasa qadha terlebih dahulu ataupun tidak,karena setiap kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan,Allah taala berfirman:

مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ

"Barang siapa membawa satu kebaikan maka akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan"
Q.s Al-Anam:160.

(5)Jika diwajibkan berpuasa qadha terlebih dahulu maka orang sakit,safar atau nifas yang tidak sempat sama sekali berpuasa dibulan ramadan tidak akan mendapatkan keutamaan tersebut dan ini menyelisihi dasar agama islam yang dibangun diatas kemudahan.
PENDAPAT KEDUA:

Tidak mendapatkan keutamaan tersebut kecuali setelah membayar puasa qadha ramadan dan ini merupakan pendapat sebagian Asy-Syafiiyah dan mazhab Al-Hanabilah.

Dan dalil pendapat ini adalah:

(1) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر

”Barang siapa berpuasa ramadan kemudian mengikutkannya dengan berpuasa  enam hari dibulan syawal maka pahalanya seperti berpuasa setahun".Hadis diriwatkan Imam Muslim (No.1164) dari sahabat Abu Ayub.

Yang berpendapat dengan pendapat ini mengatakan bahwa seseorang tidak  dikatakan berpuasa ramadan kecuali setelah berpuasa dibulan ramadan secara penuh atau setelah menggantinya bagi orang yang mempunyai utang puasa ramadan,tapi kita katakan bahwa hadis Abu Ayub diatas mencakup orang yang berpuasa ramadan secara hakiki yaitu dia menyelesaikan puasanya pada bulan ramadan secara penuh atau orang yang dihukumi berpuasa ramadan yaitu dia menyelesaikan puasa pada selain ramadan karena ada uzur dan dia tetap dikatakan berpuasa ramadan sebagaimana telah kami jelaskan pada pendapat pertama.

(2). Hadis Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ﻭﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺗﻄﻮﻋﺎ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺷﻲء ﻟﻢ ﻳﻘﻀﻪ، ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﻣﻨﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻮﻣﻪ

"Barang siapa berpuasa sunah sebelum membayar utang puasa ramadan maka tidak akan diterima darinya sampai  membayar utangnya terlebih dahulu" Hadis diriwayatkan Imam Ahmad (8621) dan didhaifkan dan dilemahkan Albani.

Sehingga hadis diatas tidak bisa dijadikan landasan dalam beramal karena didalamnya ada perowi yang bernama Abdullah bin Lahiah,jelek hafalannya dan telah bersendiri dalam meriwayatkan hadis diatas,lihat Adh-Dhaifah:2/235.

Sehingga pendapat yang kuat berdasarkan penjelasan diatas adalah boleh berpuasa enam hari dibulan syawal dan akan mendapatkan keutamaannya walaupun belum menyempurnakan qadha ramadan,akan tetapi lebih utama seseorang menyempurnakan qadha ramadan terlebih dahulu kemudian berpuasa enam hari dibulan syawal karena menunaikan kewajiban lebih dicintai disisi Allah taala daripada amalan sunah,Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadis Abu Hurairah bahwa Allah taala berfirman:

وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه

"Tidaklah seseorang dari kalangan hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu amalan lebih saya cintai daripada amalan yang saya wajibkan atasnya". Hadis diriwayatkan Imam Bukhari (No. 6502).

Disamping itu dianjurkan seseorang untuk bersegera dalam kebaikan dan ketaatan, Allah taala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّة

"Bersegeralah kalian dalam mengerjakan ketaatan pada Allah taala untuk mendapatkan ampunan dan surga dari Rabb kalian" (Q.S Ali Imran 133)

REFERENSI:

(1) Al-Jami Li-Ahkamish Shiyam:2/338-342.

(2) Al-Insaf:3/344.

(3) Syarhul Mumti :3/88.

(4) Al-Mausuatul Fiqhiyatul Kuwaitiyah: 28/99-100.

والله أعلم بالصواب


REMINDER PUASA SUNNAH AYYAMUL BIDH 📌
Kita disunnahkan berpuasa dalam sebulan minimal tiga kali. Dan yang lebih utama adalah melakukan puasa pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah (Qomariyah). Puasa tersebut disebut ayyamul bidh (hari putih) karena pada malam-malam tersebut bersinar bulan purnama dengan sinar rembulannya yang putih.

📮 Niatnya? Cukup di dalam hati ingin puasa ayyamul bidh.

Keutamaannya banyak, di antaranya :

❶ Bekal akhirat,
❷ Seperti puasa sebulan (jika dikerjakan rutin setiap bulan, seperti puasa setahun),
❸ Lalu baik untuk kesehatan.

Dalilnya sbb:

🔖 Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

💎 “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.”
(HR. Bukhari no. 1979)

🔖 Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

💎 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

📌 Puasa Senin Kamis atau bahkan puasa Dawud bagi yang mengamalkannya, tetap memiliki fadhail di bulan SYAWAL.

📌 Jika seseorang menggabungkan niat puasa Senin Kamis , atau puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal dengan ayyamul bidh maka hukumnya boleh, dan dia mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang di niatkannya. Karena niat dalam amal semacam ini bisa digabungkan.

📝 Catatan :
Puasa tiga hari setiap bulan paling utama dikerjakan pada Ayyamul Bidh, yaitu tanggal 13,14, dan 15 setiap bulan Hijriyah. Dan jika tidak memungkinkan, tidak apa-apa dikerjakan di awal bulan atau di akhir bulan, boleh berurutan atau berselang.

Dari Mu’adzah Al ‘Adawiyyah, ia pernah bertanya pada ‘Aisyah -istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-,

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَتْ نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ

📋 “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan puasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya”. Ia pun bertanya pada ‘Aisyah, “Pada hari apa beliau berpuasa?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak memperhatikan pada hari apa beliau berpuasa dalam sebulan.”(HR. Muslim no. 1160).


مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

📋 "Siapa yang menunjukkan KEBAIKAN kepada orang lain, maka baginya pahala SEPERTI orang yang melakukannya". [HR. Muslim: 1893]. Wallaahu a'lam

***********************

Kontributor: Ustadz Abdurrahman Hadi, Lc حفظه الله تعالى.; Abu Syamil Humaidy ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.; Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal; Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Abu Bakar Rafi bin Ladukani Al-Buthoniy. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Tafsir al-Quran

  TAFSIR AL-QUR'AN Bacaan Al-Quran (Al-Quran Recitation) Tafsir As-Su'udi, Al-Baghawi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, At-Thabari ( Arabic)   Al-Quran Terjemah Per Kata dan Tafsir (Kemenag RI, Jalalain, Ibn Katsir & Al-Misbah )   Al-Quran dan Terjemahannya (Indonesia & English, Bacaan Oleh Al-Afasi ), Tafsir Kemenag dan Aspek Terkait   Tafsir Kemenag RI, Bacaan Oleh Al-Husary Learn Quran Tafsir (Jalalain, Ibnu Katsir, Kemenag RI dan Al-Azhar )   TafsirWeb (Al-Muyassar, Al-Mukhtasar,  Al-Wajiz, As-Sa'di, Sawi , dll)    Tafsir al-Mukhtasar fi Al-Quran al-Karim (Indonesia)       Tafsir Hidayatul Insan - Al Ustadz Marwan Bin Musa   Belajar Al-Quran Kata Per Kata   Tafsir NU Online    Tafsir Al-Mukhtasar fi Al-Quran Karim (English)   Maududi Tafhimul Quran Tafsir (English)   Ibn Kathir Al-Quran Tafsir ( English )   Tafsir Ibn Katheer & Ma’arif ul-Quran (in English, Arabic, Urdu )      Tafsir Ibn Abbas (English)    Tafsir Kashani (English)   Tafsir Kashf Al-Asrar (English)

Darul Quran Mina (DQM)

Darul Qur'an Mina (DQM) Profil & Kegiatan Darul Qur'an Mina (DQM) Wakaf Bangunan DQM   Update Laporan Donasi Wakaf Bangunan DQM    Youtube DQM Channel (English)   Youtube Kajian Tafsir   Youtube Belajar Bahasa Arab   Murattal & Tadabbur al-Quran:  Murattal al-Qur'an Berbagai Qari Masyhur (MP4)   Murattal Al-Quran Qari Utama (MP4)   The Glorious Noble Qur'an -Syaikh Abu Bakr Ash-Shatery, Eng Trans (MP4)   Tadabbur/Tafsir al-Quran (MP3 &MP4)   Tafsir Al-Quran   Ilmu al-Quran (Ulumul Quran) -MP4 Tajwid/Ilmu Tajwid    Belajar Membaca & Tadabbur al-Qur'an (Html,MP3 dan MP4)   Kajian Hadist (Study of Hadith)    Murattal al-Quran Semua List Qari Masyhur (MP3)   Murattal Al-Quran Semua Qori (MP3)   Perpustakaan Audio Quran MP3 Semua Qari   Murattal Al-Quran 30 Juz (MP3 Audio)   List Murattal Al-Qur'an (MP3 Audio) & Tafsir   Al-Quran Digital (Display Ayat dan Terjemahan), Murattal Oleh Syaikh Abdulrahman al-O

Update Laporan Donasi Wakaf Tanah & Bangunan Darul Quran Mina (DQM)

Update Laporan Wakaf  Bangunan Darul Quran Mina (DQM) Yayasan Pembangunan Islam Mina , SK Kementerian Hukum & HAM RI No. AHU.0006005.AH.01.04.2017 1. Kantor Pusat (HQ):  Alamat: Darul Quran Mina (DQM), Lampeuneurut Ujong Blang, Darul Imarah, Aceh Besar, INDONESIA 23352.  Kebutuhan Dana:  - Tanah seluas 364 M2 & 1 Unit Bangunan: Rp 998,000,000,- -  3 unit Balai Pengajian: Rp 26,600,000,- ************************************** Transfer Wakaf Bangunan DQM ke No Rekening (Acc): 📟 No. Acc Bank Aceh Syari'ah : 62002200105180 Kode Bank 116  (Swift Code: PDACIDJ1) 📟 No. Acc Bank Syariah Indonesia: 7147283126 Kode Bank 451  (Swift Code: BSMDIDJAXXX  ) 📟 No. Acc Bank CIMB Niaga Syariah: 761968078600 Kode Bank 022  (Swift Code: BNIAIDJA XXX ) Semuanya a.n: Sofyan Kaoy Umar  Konfirmasi setelah Transfer:  WA: +6281234582087 (Ust.Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF), Ketua Pengurus Yayasan Pembangunan Islam Mina Khusus  bagi  muhsinin Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia &am