Skip to main content

Keutamaan Sholat di Awal Waktu

Keutamaan Sholat di Awal Waktu



Banyak yang menyangka bahwa shalat wajib itu kewajibannya dilakukan pada sepanjang waktunya; baik awal, tengah, atau akhir waktu. Asal jangan sebelum masuk waktunya atau setelah lewat waktunya. Padahal Allah swt jelas melarang sahun dalam shalat. Sahun dalam shalat itu sendiri adalah lalai sehingga selalu melewatkan shalat pada awal waktunya. Kedudukan waktu untuk shalat sangat penting karena terkait dengan syarat sahnya shalat. Shalat mutlak harus tepat pada waktunya; jangan sebelum masuk waktunya, jangan sesudah lewat waktunya, dan jangan pula lalai dari awal waktunya. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa` [4] : 103).
Umumnya, masyarakat yang menilai shalat tidak wajib di awal waktu karena berdasarkan hadits berikut:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dari Ibn Mas’ud, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi saw: “Amal apa yang paling dicintai Allah swt?” Beliau menjawab: “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada orangtua.” “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Jihad fi sabilillah.” (Shahih al-Bukhari bab fadlis-shalat li waqtiha no. 527).
Al-Hafizh Ibn Hajar menjelaskan, hadits di atas jika ditelusuri semua sanadnya, maka ditemukan tiga jenis matan terkait shalat pada waktunya tersebut: Pertama, ‘ala waqtiha (atas waktunya). Kedua, li waqtiha (bagi waktunya). Ketiga, fi awwali waqtiha (pada awal waktunya). Artinya, tiga jenis sabda Nabi saw ini maksudnya saling berkaitan. Bahwa yang dimaksud shalat pada waktunya di atas adalah pada awal waktunya (Fathul-Bari bab fadlis-shalat li waqtiha).
Di samping itu, Ibn Hajar menjelaskan, kata ‘ala menunjukkan makna isti’la (di atas/permukaan/permulaan). Maka berarti ‘ala waqtiha maksudnya di permukaan/permulaan waktunya. Demikian halnya kata li jika ditujukan pada waktu bermakna istiqbal (di hadapan/awal), sebagaimana halnya firman Allah swt: fa thalliquhunna li ‘iddatihinna;ceraikan istri di hadapan/awal ‘iddahnya (QS. at-Thalaq [65] : 1). Maka maksud li waqtihaberarti “shalat di hadapan/awal waktunya” (Fathul-Bari bab fadlis-shalat li waqtiha).
Itu semua berarti bahwa dalil ini tidak bisa dijadikan dalil bahwa shalat bebas dilaksanakan pada awal, tengah, atau akhir waktu. Pokoknya pada waktunya. Yang benar hadits ini justru menegaskan keutamaan shalat pada awal waktunya. Maksud “keutamaan” atau “disukai” dalam hadits di atas itu sendiri tidak berarti bahwa statusnya sunat. Keutamaan dan disukai ini konteksnya hanya dalam hal pahalanya yang besar. Adapun terkait hukum dikaitkan dengan dalil-dalil lain yang menuntut untuk shalat di awal waktu dan mengancam shalat dilalaikan dari awal waktunya. Demikian halnya hadits lain yang tidak layak untuk dijadikan hujjah untuk shalat di luar awal waktunya, disebabkan statusnya yang dla’if, yakni sebagai berikut:
أَوَّلُ الْوَقْتِ رِضْوَانُ اللهُ وَأَوْسَطُهُ رَحْمَةُ اللهِ وَآخِرُهُ عَفْوُ اللهِ
Awal waktu itu keridlaan Allah, tengah waktu itu rahmat Allah, dan akhir waktu itu ampunan Allah.
Terkait hadits ini al-Hafizh Ibn Hajar dalam Bulughul-Maram mengomentari:
أَخْرَجَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ جِدًّا. وَلِلتِّرْمِذِيِّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ نَحْوُهُ دُونَ الْأَوْسَطِ وَهُوَ ضَعِيفٌ أَيْضًا
Ad-Daraquthni meriwayatkannya dengan sanad yang dla’if sekali. Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkannya dari hadits Ibn ‘Umar dengan redaksi yang sama hanya tanpa menyebut waktu yang tengah, tetapi sanadnya dla’if juga.
Imam as-Shan’ani dalam Subulus-Salam menyebutkan bahwa para ulama yang menyatakan bolehnya mengakhirkan shalat dari awal waktunya, hanya pada dua waktu, yakni zhuhur sampai tidak panas menyengat dan ‘isya sampai ‘atamah (awal waktu tidur). Ada juga memang yang berpendapat adanya waktu ketiga boleh mengakhirkan shalat, yakni shubuh sampai terang (isfar/ishbah). Akan tetapi pemahaman isfar/ishbah untuk shubuh seperti itu tidak tepat, karena yang dimaksud bukan memulai shalat ketika shubuh sudah terang, melainkan membaca bacaan shalat shubuh dengan surat-surat yang panjang sampai terang. Hadits yang dimaksud adalah:
أَصْبِحُوا بِالصُّبْحِ فَإِنَّهُ أَعْظَمُ لِأُجُورِكُمْ
Shalat shubuhlah sampai terang, karena itu lebih besar pahalanya untuk kalian (Bulughul-Maram no. 172). Lebih jelasnya disebutkan dalam hadits Jabir sebagai berikut:
وَالْعِشَاءَ أَحْيَانًا يُقَدِّمُهَا وَأَحْيَانًا يُؤَخِّرُهَا: إِذَا رَآهُمْ اِجْتَمَعُوا عَجَّلَ وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَئُوا أَخَّرَ  وَالصُّبْحَ: كَانَ اَلنَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّيهَا بِغَلَسٍ
Adapun shalat ‘Isya, kadang beliau mengawalkannya dan kadang mengakhirkannya. Apabila beliau melihat jama’ah sudah berkumpul, beliau mengawalkan. Dan apabila beliau melihat jama’ah belum berkumpul, beliau mengakhirkannya. Sementara shubuh, beliau selalu melaksanakannya ketika masih gelap (Bulughul-Maram no. 167).
Artinya bahwa shubuh selalu dilaksanakan ketika masih gelap. Jadi maksud ashbihu bis-shubhi; bukan shalat shubuh ketika sudah terang, tetapi shalat shubuhlah sampai terang.
Di samping itu hadits di atas juga menjelaskan alasan Nabi saw mengakhirkan shalat ‘Isya, yakni ketika jama’ah shalat belum berkumpul. Tentunya jangan dipahami bahwa shahabat Nabi saw adalah orang-orang yang kadang malas. Sebab ancaman dengan sebutan munafiq bagi yang malas shalat ‘Isya dan shubuh berjama’ah sudah betul-betul dihayati oleh shahabat. Kalau shahabat ada kalanya belum berkumpul pasti disebabkan alasan syar’i, seperti jihad, buka shaum, atau baru pulang safar. Hadits ini dengan sendirinya mengaitkan pelaksanaan shalat ‘Isya pada imam shalat berjama’ah di masjid. Jadi boleh diakhirkannya shalat ‘Isya dari awal waktunya itu jika imam memang mengakhirkan shalatnya. Sebab selama Rasul saw melaksanakannya di awal waktu, maka para shahabat pun semua ikut shalat di awal waktu. Tidak ada toleransi di luar awal waktu bagi mereka yang malas.
Sementara untuk waktu zhuhur, disebutkan alasannya oleh Nabi saw:
إِذَا اِشْتَدَّ اَلْحَرُّ فَأَبْرِدُوا بِالصَّلَاةِ فَإِنَّ شِدَّةَ اَلْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ
Apabila panas sangat menyengat, maka tunggulah sampai dingin untuk shalat, karena panas yang menyengat itu termasuk hembusan neraka jahannam (Bulughul-Maram no. 171).
Alasannya jelas, cuaca yang sangat panas. Bukan cuaca panas, tapi sangat panas. Sebab jika sebatas panas, maka di Saudi Arabia itu hampir sepanjang tahun panas. Ini erat kaitannya dengan kondisi bangunan pada zaman Nabi saw yang belum efektif menangkal panas yang sangat menyengat. Untuk konteks zaman sekarang, dimana bangunan masjid bisa menangkal cuaca panas lewat kipas angin, AC, atau fentilasi udara yang diperbanyak, maka tidak ada alasan shalat zhuhur boleh diakhirkan dari awal waktunya.
Tidak bolehnya shalat diakhirkan dari awal waktu sangat jelas diketahui dari ancaman Allah swt: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. al-Ma’un [107]: 4-5).
Sholat adalah salah satu dari rukun-rukun islam yang sangat ditekankan kepada seluruh ummat islam untuk menjalankannya bahkan anjuran dari nabi besar Muhammad saw untuk tidak meninggalkannya, karena seluruh perbuatan baik dan buruk tergantung pada yang satu ini. Jika sholat kita baik maka seluruh perbuatan kita juga akan baik, karena sholat yang kita lakukan setiap hari sebanyak lima waktu itu subuh, dzuhur, asar, magrib dan isya akan mencegah kita dari perbuatan jelek, namun sebaliknya jika kita mendirikan sholat dan masih juga melakukan hal yang tidak terpuji maka kita harus kembali pada diri kita masing-masing dan mengkoreksi kembali apakah sholat yang kita dirikan itu benar-benar sudah memenuhi syarat atau ketika kita mendirikannya, benak dan pikiran kita masih dikuasai atau diganggu oleh pikiran-pikiran selain Allah. Itu semua perlu juga kita perhatikan.

TERDAPAT tiga hal yang harus disegerakan dalam urusannya, tiga hal tersebut adalah menyegerakan shalat, menikahkan anak gadis di waktunya, dan mengurus jenazah.

  Menyegerakan shalat, satu hal yang terlihat sepele namun sering kali banyak diabaikan oleh banyak orang. Padahal menyegerakan shalat di awal waktu memberikan banyak keutamaannya. Karena saat menyegerakan shalat, berarti di waktu itulah seorang hamba bergegeas mendekati panggilan dari Rabb-nya.
Inilah beberapa keutamaan yang hanya akan didapatkan mereka yang senantiasa menyegerakan shalat tepat waktu setiap saatnya.
1.     Shalat tepat waktu dicintai Allah melebihi berbakti pada orangtua dan berjihad. Shalat awal waktu dicintai Allah, karena saat seorang hamba bergegas melakukan shalat di awal waktu, maka itu adalah salah satu ciri yang membuktikan kecitaannya pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, dan Jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari & Muslim).


2.     Surga adalah balasannya. Dan balasan yang telah Allah janjikan bagi seorang hamba yang senantiasa menyegerakan shalatnya di awal waktu adalah surga. Kebahagiaan dan keindahan abadi itu telah Allah persiapkan bagi hamba yang senantiasa berlari ke arah-Nya. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkankepadanya bahwa Rasulullah bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ” ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan”.


3. Diampuninya dosa. Orang yang shalat tepat waktu berarti telah memprioritaskan Allah dan mengikhlaskan dirinya menghadap Allah di waktu terbaik, oleh sebab itu orang yang menghadap Allah dengan ikhlas seperti ini akan digugurkan dosa-dosanya sebagaimana gugurnya dedaunan dari pohonnya.

“Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya” (HR. Ahmad).

3.     Pahala kebaikan yang amat besa. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah pernah bersabda, “…Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan merangkak.” (HR. Bukhari)


5. Memperoleh sembilan macam kemuliaan. Utsman bin ‘Affan RA berkata: “Barang siapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu dicintai Allah, badannya selalu sehat, eberadaannya selalu dijaga malaikat, umahnya diberkahi, wajahnya menampakkan jati diri orang shalih, hatinya dilunakkan oleh Allah, dipermudah saat akan menyeberang Shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat, dia akan diselamatkan Allah dari api neraka dan Allah Akan menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati


Yang dimaksud awal waktu adalah ketika masuk waktu adzan, untuk sholatnya setelah adzan atau iqomah karena mengambil keutamaan menjawab adzan dan berdoa di waktu mustajab antara adzan dan iqomah. Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya: الصلاة على وقتها “Shalat pada waktunya.” Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau ulangi dua kali, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan urutan: “Berbakti kepada orang tua, kemduian berjihad fi sabilillah.”
Syekh Abu Abdullah RA berkata, “Suatu hari, ibu saya meminta ayahku membeli ikan di pasar. Kemudian, saya pergi bersama ayah saya. Setelah ikan dibeli, kami memerlukan seseorang untuk membawanya. Di saat itu, ada seorang pemuda yang sedang berdiri didekat kami. Pemuda itu berkata, “Wahai bapak, apakah bapak memerlukan bantuan saya untuk membawa ikan itu?” “Ya, benar!” kata ayah saya. Kemudian, pemuda itu membawa ikan di atas kepalanya dan turut bersama kami ke rumah.

Di tengah perjalanan, kami mendengar suara azan. Pemuda itu berkata, “Penyeru Allah telah memanggil. Izinkanlah saya berwudhu, barang ini akan saya bawa setelah shalat nanti. Apabila bapak bersedia, silakan menunggu, jika tidak, silakan bawa sendiri.” Setelah berkata demikian, ia meletakkan ikan-ikan itu dan pergi ke masjid. Ayahku berpikir, pemuda itu mempunyai keyakinan yang begitu kuat kepada Allah SWT, bagaikan seorang waliyullah. Akhirnya ayah meletakkan ikan-ikan itu, kemudian kami pergi ke masjid. Setelah kembali dari masjid, ternyata ikan-ikan itu masih berada di tempatnya. Lalu, pemuda itu mengangkat kembali ikan-ikan tadi dan bersama menuju rumah.

Setibanya di rumah, ayah menceritakan peristiwa tersebut kepada ibu. Ibu berkata kepada pemuda tadi, “Simpanlah ikan-ikan itu, mari makan bersama kami, setelah itu kamu boleh pulang.” Tetapi pemuda itu menjawab, ”Maaf ibu, saya sedang berpuasa.” Ayah berkata, “Kalau begitu, datanglah ke sini nanti petang dan berbukalah di sini.” Pemuda itu berkata, “Biasanya, jika saya telah berangkat maka saya tidak akan kembali lagi. Tetapi untuk kali ini, saya akan pergi ke masjid dan petang nanti saya akan kembali kemari.” Sesudah itu, dia pergi dan meminta untuk tinggal si sebuah masjid di dekat rumah. Pada petang harinya setelah Maghrib, pemuda tadi datang dan makan bersama kami. Setelah makan, kami menyiapkan sebuah kamar untuknya agar ia dapat beristirahat tanpa diganggu oleh siapa pun.

Di sebelah rumah kami, ada seorang wanita tua yang lumpuh. Kami benar-benar terkejut ketika melihatnya dapat berjalan. Kami bertanya, “Bagaimana engkau dapat sembuh?” Wanita tua itu menjawab, “Saya didoakan oleh tamu Anda agar kaki saya disembuhkan dan Allah mengabulkan doanya.” Ketika kami mencari pemuda itu, ternyata dia telah meninggalkan kamarnya. Pemuda itu pergi tanpa diketahui oleh siapa pun.

Kisah yang terdapat di dalam Kitab Fadhail A'mal, karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandhalawi di atas, memberikan pelajaran berharga. Yakni, di antara rahasia mendirikan shalat lima waktu di awal waktu dengan berjamaah akan menjadikan doa-doanya cepat diijabah.
Itu karena orang yang mendirikan shalat lima waktu di awal waktu dengan berjamaah adalah orang yang bersih dari dosa. “Sesungguhnya shalat lima waktu itu menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air menghilangkan kotoran.” (HR Muslim). Selain itu, karena ia mendahulukan panggilan Allah dari panggilan selain-Nya. Untuk itu, ketika azan berkumandang mari kita segera penuhi panggilan Allah untuk melaksanakan shalat pada awal waktu dengan berjamaah. Agar doa-doa kita mustajab dan mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.

Sahabat...jangan sampai kita shalat sekadar memenuhi kewajiban saja, dilakukan asal-asalan, di akhir waktu pula, karena sesungguhnya ada banyak keutamaan melaksanakan shalat dengan sempurna rukun-rukunnya dan di awal waktu, lebih baik lagi jika dilakukan secara berjamaah di masjid khususnya bagi yang laki-laki.

Berikut ini beberapa keutamaan shalat tepat waktu yang perlu kita ketahui untuk memotivasi mempraktikkannya, semoga Allah mudahkan kita selalu shalat tepat di awal waktunya:

1. Shalat tepat waktu dicintai Allah melebihi berbakti pada orangtua dan berjihad. Mengaku mencintai dan ingin dicintai Allah tapi masih suka mengulur-ulur waktu shalat sama saja seperti berdusta, karena shalat tepat waktu merupakan amalan yang paling dicintai Allah.

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, dan Jihad di jalan Allah.”. (HR Bukhari & Muslim).

2. Allah menjanjikan surga. Jika kita bisa menjaga waktu shalat yakni shalat tepat di awal waktunya, maka Allah berjanji akan memasukkan ke dalam surgaNya. Sebaliknya, orang yang tak peduli pada waktu shalatnya tidak akan mendapatkan janji Allah tersebut. 
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Allah Ta’ala berfirman: " ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan"

3. Bergugurnya dosa-dosa. Orang yang shalat tepat waktu berarti telah memprioritaskan Allah dan mengikhlaskan dirinya menghadap Allah di waktu terbaik, oleh sebab itu orang yang menghadap Allah dengan ikhlas seperti ini akan digugurkan dosa-dosanya sebagaimana gugurnya dedaunan dari pohonnya. “Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya” (HR. Ahmad).



4. Pahala kebaikan yang amat besar Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “…Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, niscaya mereka akan Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat berkata; “Barang siapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu merangkak.” (HR. Bukhari)

5. Memperoleh 9 macam kemuliaan. yaitu dilunakkan oleh Allah; Dia akan menyeberang Shirath (jembatan di atas neraka), dicintai Allah Badannya selalu sehat; Keberadaannya selalu dijaga malaikat; Rumahnya diberkahi; Wajahnya menampakkan jati diri orang shalih; Hatinya seperti kilat; Dia akan diselamatkan Allah dari api neraka; dan Allah Akan seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu shalatnya. Jika ia menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati 6. Patut menjadi rujukan ilmu Abul Aliyah mengatakan, “Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui (shalat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi".

*****************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com


Comments

Popular posts from this blog

Darul Quran Mina (DQM)

Darul Qur'an Mina (DQM) Profil & Kegiatan Darul Qur'an Mina (DQM) Wakaf Bangunan DQM   Update Laporan Donasi Wakaf Bangunan DQM    Youtube DaQuMina Channel (Indonesia/Melayu)   Youtube DQM Channel (English)   Murattal & Tadabbur al-Quran:  Murattal al-Qur'an Berbagai Qari Masyhur (MP4)   Murattal Al-Quran Qari Utama (MP4)   The Glorious Noble Qur'an -Syaikh Abu Bakr Ash-Shatery, Eng Trans (MP4)   Tadabbur/Tafsir al-Quran (MP3 &MP4)   Tafsir Al-Quran   Ilmu al-Quran (Ulumul Quran) -MP4 Tajwid/Ilmu Tajwid    Belajar Membaca & Tadabbur al-Qur'an (Html,MP3 dan MP4)   Kajian Hadist (Study of Hadith)    Murattal al-Quran Semua List Qari Masyhur (MP3)   Murattal Al-Quran Semua Qori (MP3)   Perpustakaan Audio Quran MP3 Semua Qari   Murattal Al-Quran 30 Juz (MP3 Audio)   List Murattal Al-Qur'an (MP3 Audio) & Tafsir   Al-Quran Digital (Display Ayat dan Terjemahan), Murattal Oleh Syaikh Abdulrahman al-Ossi  

Update Laporan Donasi Wakaf Tanah & Bangunan Darul Quran Mina (DQM)

Update Laporan Wakaf  Bangunan Darul Quran Mina (DQM) Yayasan Pembangunan Islam Mina , SK Kementerian Hukum & HAM RI No. AHU.0006005.AH.01.04.2017 1. Kantor Pusat (HQ):  Alamat: Darul Quran Mina (DQM), Lampeuneurut Ujong Blang, Darul Imarah, Aceh Besar, INDONESIA 23352.  Kebutuhan Dana:  - Tanah seluas 364 M2 & 1 Unit Bangunan: Rp 998,000,000,- -  3 unit Balai Pengajian: Rp 26,600,000,- ************************************** Transfer Wakaf Bangunan DQM ke No Rekening (Acc): 📟 No. Acc Bank Aceh Syari'ah : 62002200105180 Kode Bank 116  (Swift Code: PDACIDJ1) 📟 No. Acc Bank Syariah Indonesia: 7147283126 Kode Bank 451  (Swift Code: BSMDIDJAXXX  ) 📟 No. Acc Bank CIMB Niaga Syariah: 761968078600 Kode Bank 022  (Swift Code: BNIAIDJA XXX ) Semuanya a.n: Sofyan Kaoy Umar  Konfirmasi setelah Transfer:  WA: +6281234582087 (Ust.Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF), Ketua Pengurus Yayasan Pembangunan Islam Mina Khusus  bagi  muhsinin Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia &am

Kitab Matan al-Jazariyah

Matan al-Jazariyah Nama kitab: Matan Al-Jazariyah (متن الجزرية) Pengarang: Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhamad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf Al-Jazary Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i Penerjemah: Abu Ezra El Fadhli Bidang studi: Ilmu Tajwid (Cara membaca makharijul huruf al-Qur'an)  Matan al-Jazariah ini berisikan 109 bait yang ditulis oleh Imam Muhammad Ibnul Jazari Asy-Syafi’i . Matan ini dimulai dengan muqoddimah, makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf, tajwid, tafkhim dan tarqiq, tentang ra, tentang lam. tha’ dan zha’, tahdziirat (peringatan-peringatan), mim dan nun tasydid serta mim sukun, tanwin dan nun sukun, mad dan qoshr, mengenal waqof, maqthu’ dan maushul dan hukum ta’. tentang ta’, hamzah washl, Sifat-sifat huruf Hijaiyah atau abjad Arab memiliki karakter khusus dan harus diucapkan secara benar berdasarkan ilmu tajwid terutama saat membaca Al-Quran. Termasuk harus diketahui huruf yang dibaca tarqiq (tipis) dan tafkhim (tebal). -