Tarbiyyah Puasa Ramadhan
Beberapa hari sudah, berlalu bulan Ramadhan yang mulia
ini….Beberapa kali sudah, ibadah Puasa Wajib kita lakukan di bulan suci
ini…Beberapa rakaat sudah, Taraweh kita jalani…Sahur dan buka puasa Ramadhan
pun sudah mulai terbiasa kita lakukan…Ta’jil dan ifthar jama’i pun sudah mulai
akrab di telinga kita…Baca Al-Qur’an, kuliah subuh dan berbagai kajian Ramadhan
pun kembali bermunculan dengan semarak
Namun, lihatlah hati kita, adakah kekhusyukan bertambah? Lihatlah
amal kita, adakah keihklasan bertambah dan perhatian terhadap benarnya ibadah
juga bertambah? Ingatlah, Allah hanya melihat hati dan amal seorang
hamba! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ
يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk tubuh
dan harta kalian, akan tetapi melihat kepada hati-hati dan amal-amal kalian” (HR.
Muslim).
Tiga bentuk
tarbiyyah dalam madrasah puasa Ramadhan, manakah yang sudah kita raih?
Hamba Allah yang menjalani ibadah puasa Ramadhan
hendaknya melakukan tiga bentuk intropeksi diri (muhasabah) berikut ini,
- Muhasabah hubungan dengan Allah Ta’ala. Adakah
hubungan kita dengan Allah Ta’ala semakin dekat?
- Muhasabah hubungan (sikap) dengan diri sendiri. Adakah jihad
kita semakin gencar melawan jiwa yang ammaratun bis suu`, suka
memerintahkan kepada keburukan?
- Muhasabah hubungan dengan orang lain. Adakah mu’amalah kita
dengan saudara kita yang seiman semakin lembut dan baik?
Itulah tiga bentuk tarbiyyah (pendidikan)
dari Madrasah Puasa Ramadhan! Ketiga perkara tersebut terkumpul dalam hadits
berikut:
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ
مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا
كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ
بِخُلُقٍ حَسَنٍ»
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdir Rahman
Muadz bin Jabal radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di
mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan
tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang
baik” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkata hadits hasan Shahih dan
dishahihkan oleh Al-Albani).
Mengapa demikian? Bukankah Madrasah Puasa Ramadhan
merealisasikan kandungan hadits di atas? Perhatikanlah! Hadits di atas
mengandung tiga bentuk tarbiyyah (pendidikan) agar seorang
hamba menjadi baik dan semakin baik, yaitu Ash-Shalaah wal-Ishlah,
Pertama: Baiknya hubungan dengan Allah Ta’ala, dalam
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
« اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ»
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.”
Kedua: Baiknya hubungan (sikap) dengan diri sendiri, dalam
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
« وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا»
“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan
tersebut akan menghapuskannya”.
Ketiga: Baiknya hubungan dengan orang lain, dalam
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
«وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ»
“Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah dalam
khuthbah jumatnya yang berjudul “Ramadhan Madrasah Shalah wal Ishlah”:
هذا الحديث العظيم عدَّه العلماء في جوامع كلِم الرسول صلى الله عليه وسلم
؛ لأنه جمَع للمسلم كل ما يحتاج إليه في باب الصلاح والإصلاح ؛ صلاحه فيما بينه
وبين الله ، وصلاحه فيما بينه وبين نفسه ، وصلاحه في تعامله مع عباد الله تبارك
وتعالى . فهو حديث جامعٌ عظيم في باب تحقيق الصلاح والإصلاح
“Ulama mengelompokkan hadits yang agung ini ke
dalam Jawami’u Kalim Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa
sallam (sabda yang singkat, namun luas cakupannya), karena
mengumpulkan untuk seorang muslim, seluruh apa yang dibutuhkannya dalam upaya
agar dirinya menjadi baik (Ash-Shalah) dan upaya melakukan perbaikan (Al-Ishlah),
meliputi:
- Kebaikan hubungan dirinya dengan Allah,
- Kebaikannya dalam bersikap terhadap diri sendiri,
- Kebaikannya dalam bermu’amalah dengan hamba-hamba Allah Tabaraka
wa Ta’ala.
Maka (kesimpulannya) Hadits tersebut adalah Hadits
universal lagi agung dalam merealisasikan Ash-Shalah (kebaikan)
dan Al-Ishlah (perbaikan)”
وإذا تأملتَ في مدرسة الصيام وجدتَ أنها محققةً هذه الأمور الثلاثة التي
اشتمل عليها هذا الحديث الجامع العظيم
“Dan jika Anda memperhatikan madrasah puasa (Ramadhan),
niscaya Anda akan mendapatkan bahwa madrasah tersebut merealisasikan
ketiga perkara yang tercakup dalam Hadits universal dan agung ini.”
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdir
Rahman Muadz bin Jabal radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau
berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan
menghapus keburukan tersebut. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkata, Hadits Hasan Shahih dan dishahihkan
oleh Al-Albani)
Perhatikanlah! Hadits di atas mengandung tiga
bentuk tarbiyyah (pendidikan) agar seorang hamba menjadi baik
dan semakin baik (Ash-Shalaah wal-Ishlah).
Tiga bentuk Tarbiyyah tersebut adalah:
Pertama, Baiknya hubungan dengan
Allah Ta’ala (Taqwallah), dalam sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau
berada.”
Kedua, Baiknya hubungan (sikap)
dengan diri sendiri, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam,
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan tersebut akan menghapus keburukan tersebut”.
Ketiga, Baiknya hubungan dengan orang
lain, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang
baik.”
Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah dalam
khuthbah Jum’atnya yang berjudul “Ramadhan Madrasah Shalah wa Ishlah” mengatakan,
وإذا تأملتَ في مدرسة الصيام وجدتَ أنها محققةً
هذه الأمور الثلاثة التي اشتمل عليها هذا الحديث الجامع العظيم
“Dan jika Anda memperhatikan madrasah puasa
(Ramadhan), niscaya Anda akan mendapatkan bahwa madrasah tersebut
merealisasikan ketiga perkara yang tercakup dalam Hadits yang universal
dan agung ini.”
Berikut
penjelasannya:
1. Tentang baiknya hubungan dengan Allah Ta’ala Taqwallah
Maka ketahuilah, bahwa puasa Ramadhan merupakan
madrasah yang sangat agung dalam merealisasikan ketakwaan. Perhatikanlah
bagaimana Allah Azza wa Jalla membuka Ayat-Ayat tentang puasa
dalam surat Al-Baqarah dengan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian agar kalian bertakwa” (Al-Baqarah : 183). Kemudian Allah Jalla wa ‘Ala tutup
Ayat-Ayat puasa dalam Surat tersebut dengan firman-Nya,
كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Demikianlah Allah menerangkan Ayat-Ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa” (Al-Baqarah: 187).
Jadi -sekali lagi- puasa Ramadhan merupakan
madrasah yang sangat agung dalam merealisasikan ketakwaan, karena seorang yang
melakukan puasa Ramadhan, merasa diawasi oleh Allah baik saat sendirian maupun
ketika bersama orang lain, bersabar menghindari pembatal puasa dan perkara yang
mengurangi pahala puasanya. Dan pada diri orang yang berpuasa dengan baik ada
kekhusyu’an hati dan ketenangan tingkah laku sehingga berhati-hati dalam
bersikap dan tidak terburu-buru, semua ini merupakan bentuk-bentuk ketaqwaan!
Oleh karena itulah, dalam sebuah Hadits, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
الصِّيَامُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Sesungguhnya ibadah puasa itu khusus dilakukan
untuk-Ku semata dan Aku sendiri yang membalasnya (dengan pahala yang hanya Aku
yang mengetahui besar dan banyaknya)” (HR. Al-Bukhari).
Demikian istimewanya ibadah puasa itu karena memang
dalam puasa terdapat realisasi takwa yang sangat besar dan bahwa puasa adalah
ibadah yang menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya.
2. Tentang madrasah ibadah puasa Ramadhan
merealisasikan bentuk Tarbiyyah yang kedua, yaitu baiknya sikap terhadap diri
sendiri, maka hadits berikut menunjukkan bahwa seorang hamba
saat bulan Ramadhan tertuntut untuk melakukan amal-amal shaleh, selain untuk
mengharap keridhoan Allah, juga dalam rangka melebur dosa-dosanya.
Ini semakna
dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan tersebut.”
Berikut ini beberapa amalan yang bisa melebur dosa
seorang hamba di bulan Ramadhan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى
الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا
اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at
yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan
berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama
seseorang menjauhi dosa-dosa besar” (HR. Muslim). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
karena beriman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang
telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan shalat malam di bulan
Ramadhan (shalat tarawih) karena beriman dan mencari pahala, maka akan diampuni
dosanya yang telah lalu” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam
lailatul qadar karena beriman dan mengharap pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Al-Bukhari).
Hadits yang lainnya semisal ini hakikatnya
mendorong seseorang yang menjumpai bulan Ramadhan untuk menunaikan ibadah puasa
dan ibadah-ibadah yang lainnya, yang bisa menjadi pelebur dosa-dosanya, karena
ia mengetahui bahwa di antara sifat jiwa itu adalah ammaratun bis suu`,
suka memerintahkan kepada keburukan dan iapun mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ
الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Seluruh anak keturunan Nabi Adam banyak
melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan dosa adalah
orang-orang yang banyak bertaubat” (HR Ibnu Maajah, dihasankan oleh Syaikh
Al-Albani).
Adapun akhlak yang mulia dan mu’amalah dengan sesama
dengan akhlak yang baik, maka madrasah ibadah puasa Ramadhan pun mendorong akan
hal itu. Ketahuilah, bahwa puasa memiliki pengaruh terhadap akhlak
yang baik. Madrasah puasa adalah madrasah yang agung dan diberkahi. Dalam
madrasah ini jiwa dididik, hati dilembutkan agar mencintai akhlak yang mulia
dan adab Islam yang tinggi. Dalam madrasah ini juga anggota badan diperintahkan
untuk berakhlak mulia. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
-الصِّيَامُ
جُنَّةٌ فَلا يَرْفُثْ وَلا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ
فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ ـ مَرَّتَيْنِ
“Puasa itu adalah perisai, maka janganlah (seseorang yang
sedang berpuasa) mengucapkan ucapan yang kotor, dan janganlah bertindak bodoh,
dan jika ada orang yang memusuhinya atau mencelanya, maka katakan “Saya sedang
puasa” -dua kali-” (HR. Al-Bukhari).
Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata,
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! إِنَّ فُلَانَةَ – يُذْكَرُ مِنْ
كَثْرَةِ صَلَاتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا – غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي
جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ؟ قَالَ : هِيَ فِي النَّارِ
.
قَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ ! فَإِنَّ فُلَانَةَ – يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا
وَصَلَاتِهَا – وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنْ الْأَقِطِ وَلَا تُؤْذِي
جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ؟ قَالَ : هِيَ فِي الْجَنَّةِ
“Seseorang
bertanya Wahai Rasulullah! Sesungguhnya ada seorang wanita yang terkenal dengan
banyaknya shalat, puasa dan shodaqahnya, hanya saja ia dikenal pula suka
menyakiti tetangganya dengan lisan. Beliau sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda, ‘Dia masuk Neraka.’ Lalu orang tersebut berkata lagi, ‘Wahai
Rasulullah! sesungguhnya ada seorang wanita yang dikenal sedikit puasa,
shodaqah, dan shalatnya, dan dia bershadaqah dengan sepotong keju, namun ia
tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya. Beliau sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda, ‘Dia masuk Surga’” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Mundziri).
Hadits yang lainnya semisal
ini hakikatnya menunjukkan bahwa puasa tidaklah sekedar menahan dari lapar dan
dahaga, namun puasa juga sebuah Madrasah Tarbawiyyah (Sekolah
Pendidikan) yang agung. Madrasah ini mendorong seseorang untuk bertakwa dan
banyak melakukan kebaikan. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memperingatkan kita dengan sabda beliau
رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar
dan dahaga” (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani
berkata: “Hasan Shahih).
Penutup
Tiga bentuk tarbiyyah di atas terkumpul
dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla berikut ini,
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
(133) “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari
Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,”
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(134) “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا
اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(135) “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui.”
أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
(136) “Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan
mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal
di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah, diringkas dari “Ramadhan
Madrasah Shalah wa Ishlah” oleh Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment