Kisah Isra Mi'raj Rasulullah SAW #3
Jibril meminta dibukakan pintu langit, maka ditanya, “Siapa
ini?” Jibril menjawab, “Aku Jibril”. Jibril ditanya kembali, “Siapa yang
bersamamu?”. Jibril menjawab, “Bersamaku Muhammad” lalu ditanya lagi, “Apakah
telah datang panggilan Allah baginya (untuk perjalanan Isra dan Mi’raj) ?”
Jibril menjawab, “Ya” Maka mereka disambut dengan ucapan, “Selamat datang
baginya, semoga Allah memuliakannya, beliau adalah saudara dan khalifah, dan
sungguh sebaik-baiknya saudara adalah beliau dan sebaik-baiknya khalifah, dan
sungguh beliau adalah sebaik-baiknya tetamu yang telah datang.” Maka
dibukakanlah bagi keduanya.
Setelah mereka masuk ke langit kelima, Nabi saw bertemu dengan Nabi Harun as. Nabi Harun setengah dari jenggotnya berwarna putih dan setengahnya lagi berwarna hitam, dan hampir-hampir panjangnya hingga ke pusar. bersamanya sekelompok kaumnya dari Bani Israil dan Nabi Harun sedang asyik berbincang dan bercerita dengan mereka. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Harun menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Harun mendoakan Rasulullah saw dengan kebaikan. Kemudian Nabi Muhammad saw bertanya, “Siapa beliau wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Beliau adalah seorang lelaki yang dicintai oleh kaumnya, yaitu Nabi Harun bin Imran as”.
Setelah mereka masuk ke langit kelima, Nabi saw bertemu dengan Nabi Harun as. Nabi Harun setengah dari jenggotnya berwarna putih dan setengahnya lagi berwarna hitam, dan hampir-hampir panjangnya hingga ke pusar. bersamanya sekelompok kaumnya dari Bani Israil dan Nabi Harun sedang asyik berbincang dan bercerita dengan mereka. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Harun menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Harun mendoakan Rasulullah saw dengan kebaikan. Kemudian Nabi Muhammad saw bertanya, “Siapa beliau wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Beliau adalah seorang lelaki yang dicintai oleh kaumnya, yaitu Nabi Harun bin Imran as”.
Kemudian Nabi Muhammad saw melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke
enam. Jibril meminta dibukakan pintu langit, maka ditanya, “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Aku Jibril”. Jibril ditanya kembali, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril
menjawab, “Bersamaku Muhammad” lalu ditanya lagi, “Apakah telah datang
panggilan Allah baginya (untuk perjalanan Isra dan Mi’raj) ?” Jibril menjawab,
“Ya” Maka mereka disambut dengan ucapan, “Selamat datang baginya, semoga Allah
memuliakannya, beliau adalah saudara dan khalifah, dan sungguh sebaik-baiknya
saudara adalah beliau dan sebaik-baiknya khalifah, dan sungguh beliau adalah
sebaik-baiknya tetamu yang telah datang.” Maka dibukakanlah bagi keduanya.
Setelah mereka masuk ke langit keenam, di perjalanan Nabi saw menyaksikan para
nabi dan rasul bersama dengan umat mereka masing-masing. Beberapa dari mereka
yang hanya memiliki kurang dari sepuluh pengikut, beberapa yang lain yang
pengikutnya puluhan, beberapa yang lain yang pengikutnya banyak dan beberapa
lainnya yang tidak punya sakalipun satu pengikut.
Kemudian Nabi saw melewati
suatu kelompok yang sangat besar yang memenuhi ufuk langit, maka Nabi saw
bertanya, “Kaum siapakah ini?”Jibril menjawab, “itu adalah Nabi Musa beserta
kaumnya, tapi angkatlah kepalamu ya Muhammad,” maka Nabi saw melihat sekelompok
kaum yang jauh lebih banyak dan besar telah memenuhi ufuk langit dari berbagai
sisinya. Jibril berkata kepada Nabi Muhammad saw, “mereka adalah umatmu dan
masih belum termasuk yang 70,000 (tujuh puluh ribu) dari umatmu yang akan masuk surga
tanpa dihisab.”
Setelah menyaksikan para nabi dan rasul beserta kaum mereka masing-masing, Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Musa bin Imran as, dan tubuh beliau berwarna putih kemerahan, seperti seorang dari suku Asy Syanuah, berbulu lebat, seandainya dia memakai dua gamis maka terlihat bulunya. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Musa menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh,” lalu Nabi Musa mendoakan Rasulullah saw dengan kebaikan. Kemudian Nabi Musa berkata, “Manusia mengira bahwa aku adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah, namun ternyata dialah (Rasulallah) yang lebih mulia dariku di sisi Allah.” Di perjalanan Nabi saw menyaksikan Nabi Musa menangis, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuat engkau menangis?” Nabi musa menjawab, “Aku menangis karena sesungguhnya ada seorang pemuda yang diutus setelahku dan masuk ke surga dari umatnya lebih banyak dari pada umatku. Kaum Bani Israil menyangka sesungguhnya aku adalah anak Adam yang paling mulia dihadapan Allah namun kenyataannya Rasulullah saw adalah dari keturunan Adam menggantikanku di dunia dengan kemulian agungnya di sisi Allah sedangkan aku di akhirat. Jikalau hanya dia seorang yang mengungguliku dalam kemuliaan di sisi Allah sungguh aku tidak menghiraukannya, akan tetapi umatnya pun bersamanya dalam mengungguli kemuliaan di sisi Allah.”
Setelah menyaksikan para nabi dan rasul beserta kaum mereka masing-masing, Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Musa bin Imran as, dan tubuh beliau berwarna putih kemerahan, seperti seorang dari suku Asy Syanuah, berbulu lebat, seandainya dia memakai dua gamis maka terlihat bulunya. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Musa menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh,” lalu Nabi Musa mendoakan Rasulullah saw dengan kebaikan. Kemudian Nabi Musa berkata, “Manusia mengira bahwa aku adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah, namun ternyata dialah (Rasulallah) yang lebih mulia dariku di sisi Allah.” Di perjalanan Nabi saw menyaksikan Nabi Musa menangis, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuat engkau menangis?” Nabi musa menjawab, “Aku menangis karena sesungguhnya ada seorang pemuda yang diutus setelahku dan masuk ke surga dari umatnya lebih banyak dari pada umatku. Kaum Bani Israil menyangka sesungguhnya aku adalah anak Adam yang paling mulia dihadapan Allah namun kenyataannya Rasulullah saw adalah dari keturunan Adam menggantikanku di dunia dengan kemulian agungnya di sisi Allah sedangkan aku di akhirat. Jikalau hanya dia seorang yang mengungguliku dalam kemuliaan di sisi Allah sungguh aku tidak menghiraukannya, akan tetapi umatnya pun bersamanya dalam mengungguli kemuliaan di sisi Allah.”
Kemudian Nabi Muhammad saw
melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke tujuh. Jibril meminta
dibukakan pintu langit, maka di tanya, “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Aku
Jibril”. Jibril ditanya kembali, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab,
“Bersamaku Muhammad” lalu ditanya lagi, “Apakah telah datang panggilan Allah
baginya (untuk perjalanan Isra dan Mi’raj)?” Jibril menjawab, “Ya” Maka mereka
disambut dengan ucapan, “Selamat datang baginya, semoga Allah memuliakannya,
beliau adalah saudara dan kholifah, dan sungguh sebaik-baiknya saudara adalah
beliau dan sebaik-baiknya kholifah, dan sungguh beliau adalah sebaik-baiknya
tetamu yang telah datang.”
Maka dibukakanlah bagi keduanya. Setelah mereka masuk ke langit ke tujuh, Nabi saw bertemu dengan Nabi Ibrahim Al Kholil sang sahabat Allah, yang duduk di pintu surga di atas kursi emas, sambil menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur bersama sekelompok orang dari kaumnya. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Ibrahim menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai putraku yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Ibrahim berkata, “Perintahkanlah kepada umatmu supaya memperbanyak menanam pohon surga, karena sesungguhnya tanah surga sangat luas, subur dan bagus.” Maka Nabi saw bertanya, “Apakah pohon surga itu?” Nabi ibrahim menjawab, “pohon surga itu adalah kalimat. Di dalam riwayat lain, “Sampaikan kepada umatmu salam, dan berilah kabar dariku kepada umatmu sesungguhnya surga itu bagus dan subur tanahnya, tawar dan segar airnya dan sesungguhnya pohon surga itu adalah kalimat.
Di tempat itu Nabi Muhammad saw menyaksikan sekelompok kaum yang sedang duduk, amat putih wajah mereka seperti putihya kertas, dan sekelompok kaum yang lain warna mereka tidak seputih kelompok yang tersebut, seakan warna mereka ada sesuatu. Kemudian mereka (kelompok kedua) masuk ke suatu sungai lalu mereka mandi di dalamnya sebanyak tiga kali, dan usai mandi pertama mereka keluar dari sungai dan sesuatu pada warna mereka telah berubah menjadi putih, kemudian mereka masuk kembali ke sungai untuk mandi yang kedua kalinya, dan usai mandi kedua warna mereka menjadi bersih dari noda, kemudian mereka masuk lagi ke sungai untuk mandi ketiga kalinya dan usai mandi ketiga warna mereka menjadi putih sebagaimana kelompok pertama. Mereka datang dan duduk bersama kelompok pertama. Nabi saw bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu yang putih wajahnya, dan siapakah orang-orang yang seakan warna mereka ada sesuatu, dan sungai apakah ini yang mereka masuk dan mandi di dalamnya?” Maka Jibril menjawabnya, “adapun mereka itu yang putih wajahnya adalah kaum yang tidak bercampur iman mereka dengan kedzoliman, adapun mereka yang seakan warna mereka terdapat sesuatu adalah kaum yang mencampur amal kebaikan dengan kejelekan, kemudian mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka. Adapun sungai ini, yang pertama adalah rahmat Allah, yang kedua adalah nikmat Allah, dan yang ketiga adalah Allah memberi minum mereka dengan minuman yang suci.”Kemudian dikatakan kepada Nabi Muhammad saw, “ini adalah tempatmu dan tempat umatmu.”
Tiba-tiba Nabi saw melihat umatnya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mereka mengenakan pakaian seperti kertas yang putih dan kelompok kedua mereka mengenakan pakaian yang keabu-abuan. Nabi saw masuk ke Baitul Ma’mur bersama orang-orang yang berpakaian putih dan orang-orang yang berpakaian keabu-abuan terhalang walau sebenarnya merekapun termasuk orang-orang yang dalam kebaikan. Nabi saw shalat bersama orang mu’min di dalam Baitul Ma’mur. Setiap hari tujuh puluh ribu malaikat masuk ke Baitul Ma’mur dan tidak pernah keluar lagi sampai hari kiamat. Sesungguhnya Baitul Ma’mur itu bersejajar dengan Ka’bah, sehingga jika ada batu yang jatuh dari Baitul Ma’mur pasti akan terjatuh di atas Ka’bah.
Maka dibukakanlah bagi keduanya. Setelah mereka masuk ke langit ke tujuh, Nabi saw bertemu dengan Nabi Ibrahim Al Kholil sang sahabat Allah, yang duduk di pintu surga di atas kursi emas, sambil menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur bersama sekelompok orang dari kaumnya. Nabi Muhammad saw memberi salam kepadanya dan Nabi Ibrahim menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai putraku yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Ibrahim berkata, “Perintahkanlah kepada umatmu supaya memperbanyak menanam pohon surga, karena sesungguhnya tanah surga sangat luas, subur dan bagus.” Maka Nabi saw bertanya, “Apakah pohon surga itu?” Nabi ibrahim menjawab, “pohon surga itu adalah kalimat. Di dalam riwayat lain, “Sampaikan kepada umatmu salam, dan berilah kabar dariku kepada umatmu sesungguhnya surga itu bagus dan subur tanahnya, tawar dan segar airnya dan sesungguhnya pohon surga itu adalah kalimat.
Di tempat itu Nabi Muhammad saw menyaksikan sekelompok kaum yang sedang duduk, amat putih wajah mereka seperti putihya kertas, dan sekelompok kaum yang lain warna mereka tidak seputih kelompok yang tersebut, seakan warna mereka ada sesuatu. Kemudian mereka (kelompok kedua) masuk ke suatu sungai lalu mereka mandi di dalamnya sebanyak tiga kali, dan usai mandi pertama mereka keluar dari sungai dan sesuatu pada warna mereka telah berubah menjadi putih, kemudian mereka masuk kembali ke sungai untuk mandi yang kedua kalinya, dan usai mandi kedua warna mereka menjadi bersih dari noda, kemudian mereka masuk lagi ke sungai untuk mandi ketiga kalinya dan usai mandi ketiga warna mereka menjadi putih sebagaimana kelompok pertama. Mereka datang dan duduk bersama kelompok pertama. Nabi saw bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu yang putih wajahnya, dan siapakah orang-orang yang seakan warna mereka ada sesuatu, dan sungai apakah ini yang mereka masuk dan mandi di dalamnya?” Maka Jibril menjawabnya, “adapun mereka itu yang putih wajahnya adalah kaum yang tidak bercampur iman mereka dengan kedzoliman, adapun mereka yang seakan warna mereka terdapat sesuatu adalah kaum yang mencampur amal kebaikan dengan kejelekan, kemudian mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka. Adapun sungai ini, yang pertama adalah rahmat Allah, yang kedua adalah nikmat Allah, dan yang ketiga adalah Allah memberi minum mereka dengan minuman yang suci.”Kemudian dikatakan kepada Nabi Muhammad saw, “ini adalah tempatmu dan tempat umatmu.”
Tiba-tiba Nabi saw melihat umatnya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mereka mengenakan pakaian seperti kertas yang putih dan kelompok kedua mereka mengenakan pakaian yang keabu-abuan. Nabi saw masuk ke Baitul Ma’mur bersama orang-orang yang berpakaian putih dan orang-orang yang berpakaian keabu-abuan terhalang walau sebenarnya merekapun termasuk orang-orang yang dalam kebaikan. Nabi saw shalat bersama orang mu’min di dalam Baitul Ma’mur. Setiap hari tujuh puluh ribu malaikat masuk ke Baitul Ma’mur dan tidak pernah keluar lagi sampai hari kiamat. Sesungguhnya Baitul Ma’mur itu bersejajar dengan Ka’bah, sehingga jika ada batu yang jatuh dari Baitul Ma’mur pasti akan terjatuh di atas Ka’bah.
Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya
disodorkan kepada Nabi Muhammad saw tiga wadah. Beliau mengambil wadah yang
berisi susu dan Jibril membenarkan dan merestui pilihan Nabi Muhammad saw. Di
dalam riwayat lain saat itu Jibril berkata, “ini adalah fitrahmu (kesucianmu)
dan umatmu”. Dalam suatu hadits riwayat Al Imam Ath Thobroni dengan sanad yang
shohih, “Ketika malam aku diisrakan, aku melalui dan menyaksikan Al Mala’ Al
A’la, dan aku menyaksikan Jibril laksana pakaian usang karena rasa takutnya
yang amat sangat besar kepada Allah.”
Nabi Muhammad saw diangkat ke Sidratul Muntaha. Disanalah
tempat perhentian terakhir segala yang naik dari bumi untuk kemudian disambut
dan di sana pula tempat perhentian terakhir apa yang turun dari atas untuk
kemudian disambut. Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di
langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga
menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat. Mengalir
dari akar kaki Sidratul Muntaha, sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna
dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya,
serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula
sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa
henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama 70 (tujuh puluh) tahun. Buahnya
menyerupai kelapa namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah
yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini. Di dalam riwayat, satu helai
daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada malaikat. Maka
tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang
tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan
zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya
terdapat belalang-belalang dari emas. Pada akarnya mengalir empat sungai, dua
sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi saw bertanya, “Wahai Jibril
sungai-sungai apakah ini?” Jibril menjawab, “kedua sungai batin ini adalah dua
sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai nil dan alfurat.” Di
dalam riwayat lain disebutkan bahwa pada akarnya terdapat mata air yang
mengalir yang bernama Salsabil. Dari mata air Salsabil ini mengalir dua sungai
salah satunya adalah Al Kautsar.
Nabi Muhammad saw menyaksikan sungai Al Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar sangat deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah yang terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud, dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat. Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad saw mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk. Jibril berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad”. Dan sungai lainnya adalah sungai rahmat. Nabi Muhammad saw mandi didalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad saw melihat Jibril dengan enam ratus sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya. Rasulullah saw menelusuri Al Kautsar hingga masuk ke dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah saw melihat pada pintunya tertulis: “Satu shodaqoh diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi hutang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat”. Rasulullah saw berkata, “Wahai Jibril, mengapa memberikan hutang lebih utama daripada memberi shodaqoh?”. Jibril berkata, ”karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berhutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan”.
Nabi Muhammad saw menyaksikan sungai Al Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar sangat deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah yang terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud, dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat. Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad saw mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk. Jibril berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad”. Dan sungai lainnya adalah sungai rahmat. Nabi Muhammad saw mandi didalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad saw melihat Jibril dengan enam ratus sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya. Rasulullah saw menelusuri Al Kautsar hingga masuk ke dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah saw melihat pada pintunya tertulis: “Satu shodaqoh diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi hutang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat”. Rasulullah saw berkata, “Wahai Jibril, mengapa memberikan hutang lebih utama daripada memberi shodaqoh?”. Jibril berkata, ”karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berhutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan”.
Mereka melanjutkan perjalanan dan di perjalanan Nabi saw menyaksikan sungai
dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi
peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai terdapat kubah-kubah
dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember
besar. Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan
seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar
bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, ”Wahai Rasulullah,
sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan”. Rasulallah
menjawab, ”Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi,
dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar”.
Di
perjalanan itu Rasulullah saw melihat sungai Al Kautsar yang di tepiannya
terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya adalah misk yang sangat wangi.
Kemudian diperlihatkan kepada Nabi Muhammad saw neraka. Neraka adalah tempat
kemurkaan Allah dan siksa Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya
maka akan dilahapnya. Nabi saw menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang
sedang memakan bangkai. Rasulullah saw bertanya kepada Jibril, ”Siapakah mereka
wahai Jibril?”, Jibril menjawab, ”mereka sedang memakan daging-daging manusia”.
Nabi saw menyaksikan malaikat penjaga neraka seperti lelaki bermuka garang yang
kemurkaan dan dendam sangat terlihat di wajahnya. Rasulullah saw mengucapkan salam
kepadanya dan kemudian neraka dikunci kembali.
Rasulullah diangkat ke Sidratul
Muntaha. Tatkala itu Nabi saw diselimuti oleh awan yang berwarna-warni, dan
itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah saw. Rasulullah saw diangkat
ke tempat yang sangat tinggi hingga Nabi mendengar suara goretan Al Qolam (pena
yang menulis segala apa yang ada di alam semesta). Rasulullah saw melihat
seorang lelaki yang samar-samar di balik cahaya ‘Arsy. Rasulullah bertanya,
“Siapakah gerangan orang itu? apakah malaikat?”. Maka dijawab, “bukan”,
Rasulullah bertanya kembali, “Apakah dia seorang nabi?”. Dijawab, “bukan”.
Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah gerangan?” Di jawab, “Dia adalah lelaki
yang ketika di dunia mulutnya selalu basah dengan dzikir kepada Allah, hatinya
selalu rindu kepada masjid dan tidak pernah menjadi penyebab kedua orang tuanya
dicela”.
Rasulullah saw melihat Allah SWT. Tatkala itu tersungkurlah beliau
dengan bersujud kepada Allah. Tatkala itulah Allah berbicara kepada Nabi
Muhammad saw. Allah berkata, “Wahai Muhammad!“ Rasulullah menjawab, “Labbaik ya
Allah” Allah berkata, “Mintalah!” Rasulullah menjawab, ”Ya Allah, sungguh
Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Kholil dan Engkau memberikannya
kerajaan yang agung. Engkau berbicara kepada Musa secara langsung. Engkau
memberikan kepada Daud kerajaan yang agung dan Engkau melunakkan besi untuknya
dan Engkau menundukkan gunung kepadanya. Engkau berikan kepada Sulaiman
kerajaan yang agung dan Engkau tundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan dan
Engkau tundukan angin kepadanya dan Engkau berikan kepadanya kerajaan yang
tidak ada seorangpun yang pantas setelahnya. Engkau mengajarkan kepada Isa
kitab suci Taurat dan Injil dan Engkau menjadikannya dapat menyembuhkan orang
yang buta dan menyembuhkan orang yang berpenyakit belang dan dapat menghidupkan
orang mati atas izin-Mu. Engkau melindungi Isa dan ibunya dari syaitan yang
terkutuk hingga syaitan tidak menemukan jalan untuk mengganggu keduanya”.
Kemudian Allah berkata, “Sungguh aku telah menjadikanmu sebagai kekasih”.
Periwayat hadits berkata, tertulis di dalam kitab suci Taurat bahwa Rasulullah
saw adalah Habibullah (kekasih Allah). Allah berkata saat itu kepada Nabi
Muhammad saw, “Dan aku mengutusmu kepada seluruh manusia sebagai pembawa kabar
gembira dan sebagai pembawa peringatan. Dan Aku telah lapangkan dadamu dan Aku
telah hapuskan dosa-dosamu dan Aku telah menggangkat namamu sehingga tidaklah
nama-Ku disebut melainkan engkau pun di sebut bersama-Ku dan Aku telah
menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik dari sekalian manusia dan Aku
jadikan umatmu sebagai umat moderat, dan Aku jadikan umatmu sebagai umat yang
pertama (masuk ke dalam surga) dan yang terakhir (lahir ke muka bumi), dan Aku
telah menjadikan umatmu tidak diperbolehkan pada mereka berkhutbah hingga
mereka bersaksi bahwa engkau adalah hamba-Ku dan utusan-Ku. Aku telah
menjadikan dari umatmu sekelompok kaum yang hati mereka adalah tempat menampung
kitab suci mereka, dan Aku telah menjadikan engkau sebagai Nabi yang pertama
diciptakan dan terakhir di utus serta yang pertama dibangkitkan untuk hari
pengadilan. Dan Aku berikan kepadamu surat Al Fatihah yang tidak pernah Aku
berikan kepada seorang nabi sebelummu, dan Aku berikan kepadamu penutup surat
Al Baqarah yang merupakan harta karun di bawah ‘Arsy yang tidak Aku berikan
kepada seorang nabi pun sebelummu. Dan Aku berikan kepadamu Al Kautsar. Dan Aku
berikan kepadamu delapan karunia: Islam, Hijrah, Jihad, Sodaqoh, Puasa
Ramadhan, Amar Ma’ruf, dan Nahi Munkar, Dan pada hari Aku menciptakan langit
dan bumi, Aku wajibkan atasmu dan atas umatmu lima puluh kali sholat, maka
dirikanlah olehmu dan oleh umatmu.”
Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa
Rasulallah saw bersabda, “Tuhanku telah memberi karunia kepadaku, yaitu Allah
mengutusku sebagai rahmat bagi sekalian alam dan kepada seluruh umat manusia
sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah tanamkan di
dalam hati musuh-musuhku rasa takut dari jarak satu bulan perjalanan, dan Allah
halalkan kepadaku harta rampasan perang padahal tidak dihalalkan kepada seorang
pun sebelumku, dan Allah jadikan bumi sebagai tempat shalat dan suci, dan aku
diberikan pembuka, penutup dan keluasan kalimat. Ditunjukkan kepadaku seluruh
umatku dihadapku hingga jelaslah kepadaku antara pengikut dan pemimpin, hingga
aku melihat mereka mendatangi suatu kaum yang beralas kakikan dari bulu dan aku
melihat mereka mendatangi suatu kaum yang berwajah lebar dan bermata sipit
seolah-olah mata mereka dijahit dengan jarum, hingga nampak jelas olehku
penderitaan yang umatku derita dari kaum tersebut. Dan aku diperintahkan dengan
lima puluh kali sholat”.
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah saw diberikan tiga anugerah; dijadikan sebagai pemimpin para rasul; dijadikan sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa; dan akan memimpin umatnya yang wajah dan lengan serta kaki mereka bercahaya terang benderang kerena basuhan air wudhu. Dalam riwayat lain, dianugerahkan untuk Rasulullah saw shalat lima waktu dan akhir surat Al Baqaroh dan ampunan Allah bagi umatnya yang tidak menyekutukan Allah atas dosa-dosa besar mereka. Kemudian tersingkaplah dari Rasulullah saw awan indah yang menyelimuti dirinya.
Jibril meraih tangan Rasulullah saw untuk menuntunnya kembali, maka mereka kembali dengan cepat. Di perjalanan pulang mereka melewati Nabi Ibrahim as dan Nabi Ibrahim tidak berucap sesuatu apapun. Mereka melalui Nabi Musa as. Rasulullah saw berkata, “sungguh Nabi Musa adalah sahabat terbaik untuk kalian.” Nabi Musa as berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Apa yang kamu lakukan selama diperjalanan ini wahai Muhammad? Dan apa yang diwajibkan Tuhanmu kepadamu dan kepada umatmu?”. Nabi Muhammad saw menjawab, “diwajibkan kepadaku dan umatku lima puluh sholat sehari semalam.” Maka Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan untukmu dan untuk umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu untuk menjalankan perintah itu, sungguh aku lebih berpengalaman terhadap manusia. Nabi Muhammad saw mengabarkan kepada Nabi Musa tentang apa yang Allah tetapkan. Namun Nabi Musa bersikeras berkata, “kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sungguh umatmu tidak akan mampu.” Nabi Muhammad berkata, ”Wahai Musa, aku telah berkali-kali menghadap kepada Tuhanku hingga aku malu kepada-Nya, dan sungguh aku ridha dan puas menerima ketentuan Tuhanku.” Maka terdengar seruan,”Sesungguhnya aku telah menetapkan ketentuan-Ku dan aku telah meringankan atas hamba-hamba-Ku”. Maka Nabi Musa berkata, “Kalau begitu maka turunlan engkau dengan menyebut nama Allah.”
Di perjalanan pulang Nabi Muhammad saw tidak melewati perkumpulan para malaikat, kecuali mereka berkata, “hendaklah kamu perintahkan umatmu untuk hijamah (bekam)”. Di perjalanan pulang Nabi saw bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, tidak ada seorangpun dari penduduk langit yang aku jumpai melainkan ia pasti menyambutku dengan meriah, dengan senyuman manis, salam dan doa, kecuali satu orang. Ketika aku menemuinya dan mengucapkan salamku untuknya, dia hanya sebatas menyambutku, menjawab salamku dan mendoakanku namun sama sekali tidak tersenyum dan tertawa untukku. Kenapa wahai Jibril?”. Maka Jibril berkata, “Dia adalah malaikat Malik, malaikat penjaga neraka. Dia tidak pernah tersenyum sejak diciptakan, kalaupun dia dapat tersenyum untuk seseorang maka dia hanya akan tersenyum kepadamu.”
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah saw diberikan tiga anugerah; dijadikan sebagai pemimpin para rasul; dijadikan sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa; dan akan memimpin umatnya yang wajah dan lengan serta kaki mereka bercahaya terang benderang kerena basuhan air wudhu. Dalam riwayat lain, dianugerahkan untuk Rasulullah saw shalat lima waktu dan akhir surat Al Baqaroh dan ampunan Allah bagi umatnya yang tidak menyekutukan Allah atas dosa-dosa besar mereka. Kemudian tersingkaplah dari Rasulullah saw awan indah yang menyelimuti dirinya.
Jibril meraih tangan Rasulullah saw untuk menuntunnya kembali, maka mereka kembali dengan cepat. Di perjalanan pulang mereka melewati Nabi Ibrahim as dan Nabi Ibrahim tidak berucap sesuatu apapun. Mereka melalui Nabi Musa as. Rasulullah saw berkata, “sungguh Nabi Musa adalah sahabat terbaik untuk kalian.” Nabi Musa as berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Apa yang kamu lakukan selama diperjalanan ini wahai Muhammad? Dan apa yang diwajibkan Tuhanmu kepadamu dan kepada umatmu?”. Nabi Muhammad saw menjawab, “diwajibkan kepadaku dan umatku lima puluh sholat sehari semalam.” Maka Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan untukmu dan untuk umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu untuk menjalankan perintah itu, sungguh aku lebih berpengalaman terhadap manusia. Nabi Muhammad saw mengabarkan kepada Nabi Musa tentang apa yang Allah tetapkan. Namun Nabi Musa bersikeras berkata, “kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sungguh umatmu tidak akan mampu.” Nabi Muhammad berkata, ”Wahai Musa, aku telah berkali-kali menghadap kepada Tuhanku hingga aku malu kepada-Nya, dan sungguh aku ridha dan puas menerima ketentuan Tuhanku.” Maka terdengar seruan,”Sesungguhnya aku telah menetapkan ketentuan-Ku dan aku telah meringankan atas hamba-hamba-Ku”. Maka Nabi Musa berkata, “Kalau begitu maka turunlan engkau dengan menyebut nama Allah.”
Di perjalanan pulang Nabi Muhammad saw tidak melewati perkumpulan para malaikat, kecuali mereka berkata, “hendaklah kamu perintahkan umatmu untuk hijamah (bekam)”. Di perjalanan pulang Nabi saw bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, tidak ada seorangpun dari penduduk langit yang aku jumpai melainkan ia pasti menyambutku dengan meriah, dengan senyuman manis, salam dan doa, kecuali satu orang. Ketika aku menemuinya dan mengucapkan salamku untuknya, dia hanya sebatas menyambutku, menjawab salamku dan mendoakanku namun sama sekali tidak tersenyum dan tertawa untukku. Kenapa wahai Jibril?”. Maka Jibril berkata, “Dia adalah malaikat Malik, malaikat penjaga neraka. Dia tidak pernah tersenyum sejak diciptakan, kalaupun dia dapat tersenyum untuk seseorang maka dia hanya akan tersenyum kepadamu.”
Turun kembali ke Bumi. Pada saat turun dan sampai ke langit dunia, Rasulullah saw
melihat ke bawah, dan beliau melihat asap yang mengepul, kabut dan suara-suara
yang berisik. Maka Nabi saw bertanya, “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab,
“ini adalah para syaithan, mereka menghalangi pandangan manusia supaya tidak
berfikir tentang kerajaan langit dan bumi, apabila para syaithan tidak
melakukan hal itu, sungguh manusia akan melihat keajaiban yang mengagumkan”.
Rasulullah saw turun hingga kembali ke Baitul Maqdis dan menaiki buraqnya.Di
perjalanan pulang, Nabi Saw melewati kafilah pedagang bangsa Quraisy di tempat
tertentu. Di kafilah itu ada seekor unta yang membawa dua buah karung dagangan,
satu karung berwarna hitam dan satu karung berwarna putih. Pada saat Nabi Saw
berpapasan dengan mereka tiba-tiba unta itu menjadi liar ketakutan dan berlari
berputar putar hingga akhirnya pingsan dan tersungkur. Di perjalanan pulang
Rasulullah saw juga melewati kafilah lainnya yang telah kehilangan seekor unta
yang memikul dagangan bani fulan, maka Nabi mengucap salam untuk mereka,
beberapa orang dari mereka berkata, ”ini adalah suara Muhammad”, hingga
akhirnya Rasulullah tiba di kota Makkah sebelum subuh.
Di pagi hari Rasulullah saw duduk bersedih kerena menyadari bahwa orang-orang pasti akan mendustainya. Tiba-tiba musuh Allah, Abu Jahal melewati Rasulullah saw dan ia mendatanginya dan duduk bersamanya, maka berkatalah Abu Jahal kepada Nabi saw dengan nada menghina, “Apakah ada sesuatu, wahai Muhammad?”. Nabi saw menjawab, “benar”. Abu Jahal berkata, “Apa itu?”. Nabi saw menjawab, “Aku diperjalankan semalam”, Abu Jahal berkata, ”ke mana?”, Nabi saw menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Maka Abu Jahal berkata, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali lagi di tengah-tengah kami?”. Nabi menjawab, “betul.” Maka Abu Jahal berpura-pura mempercayainya. Kemudian Abu Jahal berkata, ”Bagaimana pendapatmu apabila aku memanggil kaummu dan engkau kabarkan kepada mereka apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku?”. Nabi menjawab, ”boleh”. Maka Abu Jahal memanggil kaumnya, ”wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ay kemarilah”. Maka mereka berdatangan hingga mereka duduk kepada keduanya. Kemudian Abu Jahal berkata kepada Nabi Muhammad saw, “ceritakanlah kepada kaummu apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku”. Maka Rasulullah saw berkata, “sesungguhnya aku telah diperjalankan semalam”. Mereka bertanya, ”kemana?”. Nabi saw menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Lalu mereka kembali bertanya, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali di tengah-tengah kami?”. Nabi saw menjawab, “benar”. Mendengar yang demikian mereka bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepalanya karena terkagum-kagum, serta mengolok-olok Nabi Muhammad saw hingga mereka bergemuruh ramai akan kabar yang disampaikan oleh Rasulallah saw. Berkatalah Al Muth’im bin ‘Adiy, ”Setiap perkara dan kasus mengenaimu sebelum hari ini begitu mudah dan kecil, namun hari ini lain. Wahai Muhammad! Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah pembohong. Kami bersusah payah menuju Baitul Maqdis satu bulan perjalanan dan kembali dari Baitul Maqdis satu bulan perjalanan, lalu engkau mendatanginya dan kembali ke Makkah dalam satu malam? Demi latta dan uzza aku tidak mempercayaimu”. Maka Abu bakar berkata, “wahai Al Muth’im alangkah buruk perkataanmu kepada keponakanmu (Nabi Muhammad). Engkau menanggapinya dengan kebencian hingga engkau mendustainya. Aku bersaksi bahwasannya dia telah berkata jujur”. Maka mereka berkata, ”Wahai Muhammad! sifatkanlah kepada kami tentang Baitul Maqdis, bagaimana bangunannya, bagaimana keadaannya, dan bagaimana dekatnya dari gunung?, karena sesungguhnya banyak di sini saat ini yang telah mengunjunginya”.
Maka Rasulullah saw mensifatkan kepada mereka “bangunannya begini, keadaannya seperti ini, dan dekatnya dari gunung seperti ini”. Ketika Nabi sedang menjelaskan kepada mereka dengan sejelas jelasnya, tiba-tiba ada bagian dari Baitul Maqdis yang luput dari perhatian beliau saat Isra dan Mi’raj, maka nabi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat besar. Di saat itulah Allah menampakkan kepada Nabi Muhammad saw Masjid Al Aqsho hingga beliau menyaksikannya seakan diletakkan dekat rumah Aqil atau Uqal. Orang-orang ketika melihat Nabi saw kebingungan mereka mendesaknya dengan berbagai pertanyaan, “berapa pintu pada masjid tersebut?”, padahal Nabi saw datang ke Masjid Al Aqsho bukan untuk menghitung pintunya. Namun setelah Allah menampakkan masjid Al Aqsho kepadanya, beliau menjawab pertanyaan mereka dengan lengkap dan tepat. Abu Bakar tiada henti berkata, “engkau benar, engkau benar, aku bersaksi bahwasannya engkau adalah utusan Allah.” Maka orang-orang berkata, “adapun gambarannya tentang Masjid Al Aqsho itu, demi Allah semua itu benar”. Kemudian mereka berkata kepada Abu Bakar, “Apakah kamu mempercayainya bahwa dia telah berjalan semalam ke Baitul Maqdis dan kembali ke Makkah sebelum subuh?”. Abu Bakar menjawab: “Iya, sungguh aku mempercayai apa yang lebih hebat dari itu semua. Aku mempercayainya dengan segala kabar langit yang dia kabarkan setiap pagi maupun sore hari”. Oleh sebab itulah Abu Bakar di juluki Ash Shiddiq.
Nabi saw berkata, “Di perjalanan aku melalui kafilah Bani fulan di daerah Rouha’ dan mereka semua sedang mencari unta mereka yang hilang, maka aku berhenti dan menghapiri tempat peristirahatan mereka, aku tidak menjumpai satupun dari mereka karena mereka sedang mencari unta yang hilang. Saat itu aku sempat meminum dari air mereka yang di letakkan di sana. Kemudian aku melewati kafilah Bani fulan di tempat tertentu. Di kafilah itu ada seekor unta yang membawa dua buah karung dagangan, satu karung berwarna hitam dan satu karung berwarna putih, pada saat berpapasan dengan mereka tiba-tiba unta itu menjadi liar ketakutan dan berlari berputar putar hingga akhirnya pingsan dan tersungkur. Kemudian aku melewati kafilah Bani fulan di Tan’im. Kafilah itu dipimpin oleh unta yang berwarna abu-abu dengan pelana hitam dan dua tali kekang yang berwarna hitam, dan kafilah itu akan datang kepada kalian dari bukit Tsaniyah dipimpin oleh unta tersebut.” Mereka berkata, ”Kapan akan datang?”. Nabi saw menjawab, “pada hari rabu”. Maka pada hari itu para pembesar Quraisy menunggu kafilah tersebut, hingga matahari hampir tenggelam pada hari itu dan kafilah tak kunjung datang. Nabi saw berdoa agar dipanjangkan hari itu sesaat. Pada hari itu matahari ditahan, hingga datanglah kafilah tersebut. Saat itu orang-orang kafir quraisy bertanya kepada rombongan kafilah, “Apakah unta kalian hilang?”. Mereka berkata, “benar”. Mereka bertanya kepada kafilah yang lain, “Apakah unta berwarna merah milik kalian tersungkur hingga pingsan?”. Mereka berkata, ”iya”. Mereka bertanya kembali, “Apakah kalian memiliki tempat air?”. Maka seorang lelaki berkata, ”demi Allah aku telah meletakannya dan tidak seorangpun dari kami meminumnya dan tidak juga tumpah ke tanah.” Kemudian mereka semua menuduh Nabi saw sebagai seorang penyihir. Maka Allah menurunkan wahyu-Nya: “Dan tidak kami jadikan penampakkan yang kami perlihatkan kepadamu kecuali ujian bagi manusia” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang berbunyi: “Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsho yang kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan dari ayat-ayat kami, sesungguhnya Dia Maha mendengar dan Maha melihat.”
Sungguh agung engkau wahai Muhammad yang telah dimuliakan Allah dengan anugerah dan karunia agung ini. Martabat yang semua ciptaan Allah telah putus asa untuk meraihnya, martabat yang tidak ada lagi diatasnya martabat. Tidak seorangpun mengetahui apa yang telah engkau ketahui di malam indah itu. Bahkan Allah pun merahasiakan dari seluruh makhluknya apa yang telah Allah wahyukan dan anugrahkan untukmu. “Maka Allah mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyukan. Hati (Muhammad) tidak mendustai apa yang (Muhammad) lihat”. Apa yang Allah wahyukan kepadamu saat itu?. Apa yang engkau lihat saat itu hingga hati meyakininya dan tidak mendustainya?. Allah merahasiakannya dari seluruh makhluk-Nya. Rahasia yang hanya diketahui oleh dua kekasih. Dari seluruh ciptaan Allah yang sangat banyak, hanya engkau yang terpilih untuk martabat agung ini. Kedudukan cinta, kedudukan sebagai satu-satunya kekasih teragung. Apa yang membuatmu dipilih Allah?. Wahai sang hamba sejati yang telah menghambakan dirinya dengan sebenar-benarnya kepada Sang Kholiq?. Itulah rahasiamu teragung wahai kekasih Allah. Shalawat serta salam untukmu wahai Sebaik-baiknya makhluk. Shalawat serta salam untukmu wahai Imam para nabi dan rasul. Shalawat serta salam untukmu wahai Pemilik sendal yang telah memijak Sidratul Muntaha. Hijab-hijab agung berbangga ketika mencium telapak kakimu. Kepala alam semesta menjadi mulia ketika berada di bawah telapak kakimu. Apa yang dapat kami ungkapkan untuk hamba semacam dirimu?. Ya Allah, muliakan kami untuk dapat mencintai kekasih agung-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Hidupkan kami dalam cinta kepadanya, wafatkan kami dalam cinta kepadanya, dan kumpulkan kami dan para pecinta bersamanya di surga para pecinta.
Di pagi hari Rasulullah saw duduk bersedih kerena menyadari bahwa orang-orang pasti akan mendustainya. Tiba-tiba musuh Allah, Abu Jahal melewati Rasulullah saw dan ia mendatanginya dan duduk bersamanya, maka berkatalah Abu Jahal kepada Nabi saw dengan nada menghina, “Apakah ada sesuatu, wahai Muhammad?”. Nabi saw menjawab, “benar”. Abu Jahal berkata, “Apa itu?”. Nabi saw menjawab, “Aku diperjalankan semalam”, Abu Jahal berkata, ”ke mana?”, Nabi saw menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Maka Abu Jahal berkata, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali lagi di tengah-tengah kami?”. Nabi menjawab, “betul.” Maka Abu Jahal berpura-pura mempercayainya. Kemudian Abu Jahal berkata, ”Bagaimana pendapatmu apabila aku memanggil kaummu dan engkau kabarkan kepada mereka apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku?”. Nabi menjawab, ”boleh”. Maka Abu Jahal memanggil kaumnya, ”wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ay kemarilah”. Maka mereka berdatangan hingga mereka duduk kepada keduanya. Kemudian Abu Jahal berkata kepada Nabi Muhammad saw, “ceritakanlah kepada kaummu apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku”. Maka Rasulullah saw berkata, “sesungguhnya aku telah diperjalankan semalam”. Mereka bertanya, ”kemana?”. Nabi saw menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Lalu mereka kembali bertanya, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali di tengah-tengah kami?”. Nabi saw menjawab, “benar”. Mendengar yang demikian mereka bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepalanya karena terkagum-kagum, serta mengolok-olok Nabi Muhammad saw hingga mereka bergemuruh ramai akan kabar yang disampaikan oleh Rasulallah saw. Berkatalah Al Muth’im bin ‘Adiy, ”Setiap perkara dan kasus mengenaimu sebelum hari ini begitu mudah dan kecil, namun hari ini lain. Wahai Muhammad! Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah pembohong. Kami bersusah payah menuju Baitul Maqdis satu bulan perjalanan dan kembali dari Baitul Maqdis satu bulan perjalanan, lalu engkau mendatanginya dan kembali ke Makkah dalam satu malam? Demi latta dan uzza aku tidak mempercayaimu”. Maka Abu bakar berkata, “wahai Al Muth’im alangkah buruk perkataanmu kepada keponakanmu (Nabi Muhammad). Engkau menanggapinya dengan kebencian hingga engkau mendustainya. Aku bersaksi bahwasannya dia telah berkata jujur”. Maka mereka berkata, ”Wahai Muhammad! sifatkanlah kepada kami tentang Baitul Maqdis, bagaimana bangunannya, bagaimana keadaannya, dan bagaimana dekatnya dari gunung?, karena sesungguhnya banyak di sini saat ini yang telah mengunjunginya”.
Maka Rasulullah saw mensifatkan kepada mereka “bangunannya begini, keadaannya seperti ini, dan dekatnya dari gunung seperti ini”. Ketika Nabi sedang menjelaskan kepada mereka dengan sejelas jelasnya, tiba-tiba ada bagian dari Baitul Maqdis yang luput dari perhatian beliau saat Isra dan Mi’raj, maka nabi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat besar. Di saat itulah Allah menampakkan kepada Nabi Muhammad saw Masjid Al Aqsho hingga beliau menyaksikannya seakan diletakkan dekat rumah Aqil atau Uqal. Orang-orang ketika melihat Nabi saw kebingungan mereka mendesaknya dengan berbagai pertanyaan, “berapa pintu pada masjid tersebut?”, padahal Nabi saw datang ke Masjid Al Aqsho bukan untuk menghitung pintunya. Namun setelah Allah menampakkan masjid Al Aqsho kepadanya, beliau menjawab pertanyaan mereka dengan lengkap dan tepat. Abu Bakar tiada henti berkata, “engkau benar, engkau benar, aku bersaksi bahwasannya engkau adalah utusan Allah.” Maka orang-orang berkata, “adapun gambarannya tentang Masjid Al Aqsho itu, demi Allah semua itu benar”. Kemudian mereka berkata kepada Abu Bakar, “Apakah kamu mempercayainya bahwa dia telah berjalan semalam ke Baitul Maqdis dan kembali ke Makkah sebelum subuh?”. Abu Bakar menjawab: “Iya, sungguh aku mempercayai apa yang lebih hebat dari itu semua. Aku mempercayainya dengan segala kabar langit yang dia kabarkan setiap pagi maupun sore hari”. Oleh sebab itulah Abu Bakar di juluki Ash Shiddiq.
Nabi saw berkata, “Di perjalanan aku melalui kafilah Bani fulan di daerah Rouha’ dan mereka semua sedang mencari unta mereka yang hilang, maka aku berhenti dan menghapiri tempat peristirahatan mereka, aku tidak menjumpai satupun dari mereka karena mereka sedang mencari unta yang hilang. Saat itu aku sempat meminum dari air mereka yang di letakkan di sana. Kemudian aku melewati kafilah Bani fulan di tempat tertentu. Di kafilah itu ada seekor unta yang membawa dua buah karung dagangan, satu karung berwarna hitam dan satu karung berwarna putih, pada saat berpapasan dengan mereka tiba-tiba unta itu menjadi liar ketakutan dan berlari berputar putar hingga akhirnya pingsan dan tersungkur. Kemudian aku melewati kafilah Bani fulan di Tan’im. Kafilah itu dipimpin oleh unta yang berwarna abu-abu dengan pelana hitam dan dua tali kekang yang berwarna hitam, dan kafilah itu akan datang kepada kalian dari bukit Tsaniyah dipimpin oleh unta tersebut.” Mereka berkata, ”Kapan akan datang?”. Nabi saw menjawab, “pada hari rabu”. Maka pada hari itu para pembesar Quraisy menunggu kafilah tersebut, hingga matahari hampir tenggelam pada hari itu dan kafilah tak kunjung datang. Nabi saw berdoa agar dipanjangkan hari itu sesaat. Pada hari itu matahari ditahan, hingga datanglah kafilah tersebut. Saat itu orang-orang kafir quraisy bertanya kepada rombongan kafilah, “Apakah unta kalian hilang?”. Mereka berkata, “benar”. Mereka bertanya kepada kafilah yang lain, “Apakah unta berwarna merah milik kalian tersungkur hingga pingsan?”. Mereka berkata, ”iya”. Mereka bertanya kembali, “Apakah kalian memiliki tempat air?”. Maka seorang lelaki berkata, ”demi Allah aku telah meletakannya dan tidak seorangpun dari kami meminumnya dan tidak juga tumpah ke tanah.” Kemudian mereka semua menuduh Nabi saw sebagai seorang penyihir. Maka Allah menurunkan wahyu-Nya: “Dan tidak kami jadikan penampakkan yang kami perlihatkan kepadamu kecuali ujian bagi manusia” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang berbunyi: “Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsho yang kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan dari ayat-ayat kami, sesungguhnya Dia Maha mendengar dan Maha melihat.”
Sungguh agung engkau wahai Muhammad yang telah dimuliakan Allah dengan anugerah dan karunia agung ini. Martabat yang semua ciptaan Allah telah putus asa untuk meraihnya, martabat yang tidak ada lagi diatasnya martabat. Tidak seorangpun mengetahui apa yang telah engkau ketahui di malam indah itu. Bahkan Allah pun merahasiakan dari seluruh makhluknya apa yang telah Allah wahyukan dan anugrahkan untukmu. “Maka Allah mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyukan. Hati (Muhammad) tidak mendustai apa yang (Muhammad) lihat”. Apa yang Allah wahyukan kepadamu saat itu?. Apa yang engkau lihat saat itu hingga hati meyakininya dan tidak mendustainya?. Allah merahasiakannya dari seluruh makhluk-Nya. Rahasia yang hanya diketahui oleh dua kekasih. Dari seluruh ciptaan Allah yang sangat banyak, hanya engkau yang terpilih untuk martabat agung ini. Kedudukan cinta, kedudukan sebagai satu-satunya kekasih teragung. Apa yang membuatmu dipilih Allah?. Wahai sang hamba sejati yang telah menghambakan dirinya dengan sebenar-benarnya kepada Sang Kholiq?. Itulah rahasiamu teragung wahai kekasih Allah. Shalawat serta salam untukmu wahai Sebaik-baiknya makhluk. Shalawat serta salam untukmu wahai Imam para nabi dan rasul. Shalawat serta salam untukmu wahai Pemilik sendal yang telah memijak Sidratul Muntaha. Hijab-hijab agung berbangga ketika mencium telapak kakimu. Kepala alam semesta menjadi mulia ketika berada di bawah telapak kakimu. Apa yang dapat kami ungkapkan untuk hamba semacam dirimu?. Ya Allah, muliakan kami untuk dapat mencintai kekasih agung-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Hidupkan kami dalam cinta kepadanya, wafatkan kami dalam cinta kepadanya, dan kumpulkan kami dan para pecinta bersamanya di surga para pecinta.
===================
Disarikan dari materi yang disampaikan oleh al-Habib
Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email:ustazsofyan@gmail.com
Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email:ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment