Segala puji hanya milik
Allah Ta’ala yang telah mengaruniakan berbagai kenikmatan kepada kita dan
menghindarkan berbagai mara bahaya dari kita. Sholawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan seluruh
orang yang senantiasa meniti sunnahnya hingga hari akhir. Setiap muslim pasti
mengetahui bahwa ibadah sholat adalah rukun Islam kedua setelah syahadatain.
Agama seseorang tidak akan pernah tegak kecuali bila ia mendirikannya dengan
baik, bagaikan suatu bangunan, tidak akan pernah tegak bila tonggak dan
tiangnya rapuh.
(أَوَّلَ
ما يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يوم الْقِيَامَةِ من عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ
صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ) رواه
أبو داود والترمذي والطبراني
“Amalan pertama yang akan
dipertanggung jawabkan oleh setiap hamba adalah sholatnya. Bila sholatnya telah
baik, niscaya ia akan bahagian dan selamat. Akan tetapi bila ibadah sholatnya
rusak, maka sungguh ia telah gagal lagi merugi”. Riwayat Abu Dawud, At
Tirmizy, At Tabrani dan dihasankan oleh Al Albani. Tidak mengherankan bila
kita dapatkan banyak dalil yang menekankan agar kita senantiasa mendirikan
sholat kita dan tidak meninggalkannya.
وَأَقِيمُواْ
الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ[ البقرة 43
“Dan dirikanlah sholat,
sunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” Al Baqarah 43. Dan Rasulullah SAW
bersabda:
(إِنَّ
بين الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ) رواه مسلم
“Sesungguhnya penghalang
seseorang dari menjadi seorang musyrik dan kafir adalah karena ia tidak
meninggalkan sholat.”
Riwayat Muslim.
Ayat dan hadits di atas,
adalah sekelumit dalil yang membuktikan akan betapa besar kedudukan dan peranan
sholat dalam kehidupan seorang muslim. Setiap muslim berkewajiban untuk
memikirkan ibadah sholatnya dan mengerahkan segala daya dan upayanya agar dapat
mendirikan sholatnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala.
]وَأَقِمِ
الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ
اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[ العنكبوت 45
“Dan dirikanlah sholat,
sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (dalam sholat) itu adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah lainnya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al
Ankabuut 45).
Lebih terperinci,
Rasulullah SAW menjelaskan makna ayat di atas dengan bersabda:
(إن
العبد ليصلي الصلاة، ما يكتب له منها إلاَّ عُشْرُها تسعها ثمنها سبعها سدسها
خمسها ربعها ثلثها نصفها ) رواه أحمد وأبو داود وحسنه الألباني
“Sesungguhnya seorang hamba
sungguh telah mengerjakan sholat, akan tetapi tidaklah dituliskan pahala
untuknya dari ibadah sholatnya tersebut selain sepersepuluh, sepersembilan,
seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau
setengahnya.” (HR Ahmad,
Abu Dawud), dan dihasankan oleh Al Albani.
Al Hasan Al Bashri berkata:
“Setiap orang mendirikan sholat, akan tetapi hatinya tidak ikut serta
sholat, maka sholatnya itu lebih layak untuk menjadi penyebab turunnya siksa,
dibanding penyebab turunnya rahmat.”
Berangkat dari pemahaman
terhadap hadits ini, saya mengajak saudara-saudaraku sekalian untuk
bersama-sama merenungkan kembali praktek sholat kiat.
Kiat Pertama: Mengenal
Allah Ta’ala Yang Kita Ibadahi.
Betapa pentingnya bagi
setiap muslim untuk mengenal Allah Ta’ala Yang ia ibadahi. Mengenal Allah
Ta’ala dengan segala Nama dan Sifat-Nya adalah dasar bagi setiap amalan, bahkan
dasar bagi keislaman kita. Allah Ta’ala berfirman:
]فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ[ محمد 19
“Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan Allah.” (QS Muhammad 19)
Sebesar ilmu pengetahuan
kita tentang Allah Ta’ala, maka sebesar itupulalah kekhusyu’an kita dalam
ibadah. Tidak heran bila Allah Ta’ala berfirman:
]إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ[ فاطر
28
“Sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hama-Nya hanyalah ulama’. Fathir 28
Ibnu Katsir menjelaskan
ayat ini dengan berkata: “Sesungguhnya orang yang dapat memiliki
sebenar-benarnya rasa khasyyah hanyalah para ulama’ yang berilmu tentang Allah.
Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan seseorang tentang Allah Yang Maha
Agung, Maha Kuasa, Maha Berilmu, Yang memiliki Sifat-sifat Yang Sempurna dan
Nama-nama Yang Indah, bertambah sempurna, maka rasa khasyyahnya juga
bertambah besar dan tinggi.([1])
”
Bila kita mengingat bahwa
Allah Ta’ala Maha Mengetahui,
Maha Mendengar dan Maha Melihat setiap gerak dan ucapannya, baik yang lahir
ataupun yang batin, niscaya kita akan khusyu’. Bila ketika sholat, kita
mengingat makna ucapan kita : “سمع الله لمن
حمده : Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya”, niscaya kita
akan khusyu’. Bila ketika sholat, kita menyadari bahwa Allah Maha Melihat
setiap gerak kita, niscaya kita akan khusyu’.
(إِنَّ
اللَّهَ قِبَلَ وَجْهِ أَحَدِكُمْ إذا صلى فلا يَبْزُقْ بين يَدَيْهِ) رواه
البخاري ومسلم وأبو داود
“Sesungguhnya Allah
menghadap ke wajah kalian di saat ia sedang mendirikan sholat, maka janganlah
ia meludah ke arah depannya.” (HR Bukhary, Muslim dan Abu Dawud).
Tidakkah kita malu untuk
berhadapan dengan Allah Ta’ala dalam keadaan lalai, banyak bergerak, dan tidak
menyempurnakan amalan sholat kita? Dahulu Imam Al Warraq berkata: “Aku tidak
pernah selesai dari mendirikan sholat, melainkan aku ditimpa rasa malu yang
sangat mendalam, melebihi rasa malu seorang gadis pingitan yang selesai dari
berzina.”
Sebagaimana hendaknya kita
senantiasa menjadikan sholat kita sebagai gambaran singkat tentang apan yang
akan kita alami kelak di alam mahsyar, ketika kita berhadapan langsung dengan
Allah. Sahabat Abu Hurairah ra berkata: “Kelak pada hari qiyamat,
seluruh manusia akan dibangkitkan, masing-masing sesaui dengan apa yang ia
lakukan ketika ia sholat.”
Bila kita mengetahui bahwa
Allah Maha pedih siksa-Nya,
niscaya kita akan khusyu’, dan kalbu kita akan tertutup dari godaan setan dan
hal-hal lain.Oleh karena itu, banyak ayat yang memerintahkan kita untuk
mengamalkan sesuatu di akhiri dengan peringatan bahwa: Allah Maha pedih
siksa-Nya. Mazyad bin hausyab
mengisahkan: “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih memiliki rasa
khasyyah dibanding Al Hasan Al Bashri dan Umar bin Abdul Aziz, seakan-akan
neraka jahannam hanya dipersiapkan untuk mereka.([2])
Bila kita mengetahui bahwa
Allah Ta’ala Maha Indah dan Maha Sempurna, niscaya akan berkobar rasa
rindu dalam hati kita untuk berjumpa dengan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
]فَمَن
كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِ أَحَدًا[ الكهف 110
“Barang siapa yang
mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang
shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu apapun dengan beribadah kepada
Tuhan-nya.” (QS
Al-Kahfi 110).
Andai kita mampu menghayati
puji-pujian yang kita ucapkan ketika sholat, di mulai dari takbir, bacaan Al
Fatihah, dzikir ketika ruku’, sujud dan lainnya, niscaya kita khusyu’. Andai
kita menyadari bahwa Allah Ta’ala adalah Tuhan Yang telah melimpahkan segala
kenikmatan kepada kita, niscaya kita akan khusyu’.
Wahai saudaraku:
Perumpamakanlah sholat yang kita peruntukkan kepada Allah Ta’ala Yang
senantiasa melimpahkan kenikmatan dan kerahmatan kepada kita, bagaikan
seperangkat hidangan yang kita kirimkan kepada seorang kaya raya, yang
senantiasa memberi berbagai hadiah kepadamu. Layakkah, kita membalas segala
kemurahan dan kerahmatan Allah dengan ibadah sholat yang compang camping, lagi
kosong, bak binatang yang tidak bernyawa alias bangkai?.
Ketika hendak memulai
sholat, kita mengikrarkan bahwa Allah adalah Maha Agung, lebih Agung dibanding
segala sesuatu selain-Nya? Akan tetapi mengapa ketika kita telah berada dalam
sholat, Allah Ta’ala menjadi paling remeh, sehingga kita lupakan?
Kiat Kedua : Mengingat
Kematian.
Kematian pasti menghampiri
kita, tidak ada seorangpun dari kita yang dapat menghindar darinya. Kematian
bukanlah akhir dari kehidupan kita, akan tetapi kematian adalah awal dari
kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, hendaknya kita pandai-pandai
mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Kamatian hanya ada satu, akan tetapi
masing-masing dari kita berbeda-beda dalam menghadapinya. Dari kita ada yang
dimudahkan sehingga ia matipun dengan tersenyum, dan dari kita ada yang mati –na’uzubillah- dalam
keadaan ketakutan dan kesakitan.
Pada suatu hari Umar bin Al
Khatthab berkata kepada Ka’ab Al Ahbaar: Wahai, Ka’ab, ceritakan kepada kami
tentang kematian. Ka’abpun berkata: Baiklah wahai Amirul Mukminin. Kematian
bagaikan dahan pohon yang berduri banyak, lalu dimasukkan ke dalam kerongkongan
seseorang. Setelah setiap duri menancap, sekonyong-konyong dahan tersebut
dicabut oleh orang yang perkasa.”
Lain lagi dengan Syaddad
bin Aus, ia menggambarkan kematian yang akan kita hadapi dengan berkata: Bagi
seorang mukmin, kematian adalah hal paling menakutkan di dunia dan akhirat.
Kematian itu lebih menyakitkan dibanding digorok dengan gergaji, atau dipoong
dengan gunting atau direbus di dalam panci.”
Andai kita mengingat akan
kematian yang demikian ini halnya, niscaya kita dapat melupakan segala hal yang
tidak ada kaitannya dengan sholat. Oleh karena itu Nabi r berpesan:
(إذا
قُمْتَ في صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّع) رواه احمد وابن ماجه وصححه
الألباني
“Bila engkau hendak
mendirikan sholatlah, maka dirikanlah sholatmu seakan-akan engkau
segera akan menghadapi kematian (berpisah)“. Riwayat Ahmad, Ibnu Majah,
dan dishahihkan oleh Al Albani
Kiat Ketiga : Ingatlah
Dosa-dosa Kita.
Masing-masing dari kita
pasti memiliki banyak dosa dan khilaf, baik dosa besar atau kecil. Dengan
mengingat kembali perbuatan dosa tersebut ketika hendak sholat, akan menjadikan
hati kita lunak. Bila kita mengingat akan dosa-dosa kita, niscaya kita akan mengharapkan
ampunan Allah dan takut akan siksa-Nya. Oleh karena itu tatkala Rasulullah SAW menceritakan tentang keutamaan berwudlu, beliau bersabda:
(ما
مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ فَيَتَمَضْمَضُ وَيَسْتَنْشِقُ فَيَنْتَثِرُ
إلا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ وَفِيهِ وَخَيَاشِيمِهِ، ثُمَّ إذا غَسَلَ وَجْهَهُ
كما أَمَرَهُ الله إلا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ من أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مع
الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إلى الْمِرْفَقَيْنِ إلا خَرَّتْ خَطَايَا
يَدَيْهِ من أَنَامِلِهِ مع الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ إلا خَرَّتْ
خَطَايَا رَأْسِهِ من أَطْرَافِ شَعْرِهِ مع الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ
إلى الْكَعْبَيْنِ إلا خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ من أَنَامِلِهِ مع الْمَاءِ.
فَإِنْ هو قام فَصَلَّى فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عليه وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هو
له أَهْلٌ وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ إلا انْصَرَفَ من خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ
يوم وَلَدَتْهُ أُمُّهُ) رواه مسلم
“Tidaklah ada seseorang
dari kalian yang mengambil air wudlunya, kemudian ia berkumur-kumur, memasukkan
air ke hidung lalu mengeluarkannya kembali, melainkan dosa-dosa wajah, mulut
dan hidungnya akan berguguran bersama. Kemudian bila ia membasuh wajahnya
sebagaimana yang Allah perintahkan, maka dosa-dosa wajahnya akan berguguran
melalui ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian bila ia membasuh kedua
tangan hingga kedua sikunya, maka kesalahan tangannya akan berguguran melalui
ujung jemarinya bersama tetesan air. Kemudian bila ia mengusap kepalanya, maka
kesalahan kepalanya akan berguguran melalui ujung rambutnya bersama tetesan
air. Kemudian bila ia membasuh kedua kaki hingga kedua mata kakinya, maka dosa
kakinya akan berguguran melaui ujung jemari kakinya bersama tetesan air. Lalu
bila ia berdiri dan sholat, dan ketika ia sholat ia memuji Allah, menyanjung,
dan mengagung-Nya dengan pujian yang sesuai dengan Allah, serta ia mengosongkan
seluruh hatinya untuk Allah (khusu’), melainkan ia akan terbebas dari dosanya,
seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Muslim).
Kiat Keempat : Mengharapkan
Doa Kita Dikabulkan.
Dalam kehidupan di dunia
ini, kita senantiasa diliputi oleh berbagai cita-cita dan harapan. Berbagai
daya dan upaya akan senantiasa kita kerahkan guna mewujudkan seluruh cita-cita
tersebut. Diantara cara yang paling mudah dan cepat untuk mewujudkan cita-cita
kita adalah dengan berdoa. Betapa tidak, Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa dan Maha
Kaya telah berjanji:
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
[البقرة 186
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah 186).
Tahukah kita bahwa pada
saat kita mendirikan sholat, doa kita lebih dikabulkan oleh Allah? Sehingga
tidak mengherankan bila Nabi SAW berpesan kepada kita agar memperbanyak doa
dalam sholat kita?
(ألا
وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ اقرأ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أو سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ
فَعَظِّمُوا فيه الرَّبَّ عز وجل وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا في الدُّعَاءِ
فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ) رواه مسلم
“Ketahuilah bahwa aku
dilarang untuk membaca Al Qur’an ketika sedang ruku’ atau sujud. Adapun ruku’,
maka hendaknya engkau mengagungkan Allah Azza wa Jalla padanya. Sedangkan
sujud, maka hendaknya engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa, karena doa kala itu
sangat layak untuk dikabulkan.” Riwayat
Muslim.
Pada hadits lain Rasulullah
SAW, seusai mengajarkan bacaan tasyahhud, beliau berpesan:
(ثم
ليتخير من الدعاء أعجبه إليه) . رواه أحمد والنسائي وصححه الألباني
“Kemudian hendaknya ie
memilih doa-doa yang paling ia sukai,” Riwayat Ahmad, An Nasai dan dishohihkan
oleh Al Albani.
Kiat Keempat : Sholatlah
Sebagaimana Rasulullah r Sholat.
Diantara hal yang paling
efektif agar kita dapat khusyu’ dalam sholat ialah dengan cara menjalankan
sholat yang benar-benar selaras dengan sholat Nabi r. Dan diantara yang beliau
rajarkan kepada kita adalah sholat dengan berjamaah. Oleh karena itu beliau
berpesan kepada kita dengan bersabda:
(صَلُّوا
كما رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وإذا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أحدكم
ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ) رواه البخاري
“Hendaknya engkau
mendirikan sholat sebagaimana engkau menyaksikan aku sholat. Dan bila waktu
sholat telah tiba, hendaknya salah seorang dari kamu mengumandangkan azan,
kemudian hendaknya orang yang paling tua dari kamu memimpin kalian
sholat.” Riwayat
Al Bukhary.
Kiat Kelima : Yakinlah
Bahwa Rizqi Kita Telah Dijamin dan Tentukan Allah.
Para ualama’ menjelaskan
bahwa diantara penyebab hilangnya khusyu’ dari kita adalah berkobarnya ambisi
duniawi dalam sanubari dan terkikisnya keimanan kita terhadap takdir Allah.
Andai kita yakin bahwa rizqi kita tidak akan terkurangi dan juga tidak akan
dapat diambil orang, niscaya kita dapat khusyu’ ketika sholat.
لا
تستبطئوا الرزق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب:
أخذ الحلال، وترك الحرام، وصححه الألباني
“Janganlah kamu merasa
bahwa rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan
mati, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan)
untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan
mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (HR Riwayat
Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim ), serta dishohihkan oleh Al Albani.
Kiat Keenam : Doa.
Upaya dan kiat apapun yang
kita lakukan bila tidak mendapatkan taufiq dan kemudahan dari Allah, niscaya
akan berakhir dengan kegagalan. Bahkan andai, Allah tidak melimpahkan
hidayahnya kepada kita, niscaya kita tidak akan pernah mengenal islam, apalagi
menjadi umatnya.
]الْحَمْدُ
لِلّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَـذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا
اللّهُ[ الأعراف 43
“Segala puji hanya milik
Allah yang telah melimpahkan petunjuk kepada kami kepada (surga ini). Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat pentunjuk kalau Allah tidak melimpahkan petunjuk kepada
kami.” AL A’araf 43. Oleh karena itu Rasulullah r
mengajarkan kepada kita doa berikut:
(اللهم
أَعِنَّا على شُكْرِكَ وَذِكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ)
“Ya Allah, tolonglah kami
untuk dapat beryukur kepada-Mu, senantiasa mengingat-Mu dan dapat beribadah kepada-Mu
dengan baik.” Riwayat
Ahmad, dan lain-lain.
Demikian, sekelumit kiat
yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga bermanfaat bagi kita
semua, amiin.
Keterangan:
[1] )
Tafsir Ibnu Katsir 3/553.
[2] )
Tarikh Madinah Ad Dimasyq 45/236.
**************************
**************************
Kontributor: Ustadh. DR. Muhammad Arifin Badri, MA
Editor: Ust. Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment