Keutamaan Nabi Muhammad SAW
Alhamdulillah wash
shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Mengetahui keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong
seseorang untuk mencintainya, mengikutinya dan ta’at kepadanya, karena ia
mengetahui demikian banyak keutamaan dan keistimewaan yang Allah anugerahkan
kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam, berupa keindahan sifatnya, akhlaknya, kebaikannya atas umat
ini serta seluruh keutamaan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam yang lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
utusan Allah yang paling mulia di sisi Allah, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam memiliki keutamaan yang sangat tinggi, yang tidak
bisa dicapai seorangpun dari seluruh makhluk yang lain di alam semesta ini. Di
antara keutamaan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam disebutkan di dalam Al-Qur’an dan ada pula yang
disebutkan di dalam hadits. Beberapa keutamaan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur`an adalah:
1. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sangat
sayang dan mencintai umatnya
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah
datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (kebaikan) bagi kalian, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah:128). Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
وقوله
: {عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ} أي : يعز عليه الشيء الذي يعنت أمته
ويشق عليها …وفي الصحيح :”إن هذا الدين يسر” وشريعته كلها سهلة سمحة
كاملة ، يسيرة على من يسرها الله تعالى عليه .
“Dan firman-Nya {عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ}, maksudnya sangat
berat bagi beliau sesuatu yang memberatkan umatnya dan menyulitkannya dan dalam
Hadits shahih, ‘Sesungguhnya agama ini mudah’, dan syari’at-Nya semuanya mudah
gampang lagi sempurna, mudah bagi orang yang Allah Ta’ala mudahkan.” Syaikh
Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan,
{حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ} فيحب لكم الخير، ويسعى جهده في إيصاله
إليكم، ويحرص على هدايتكم إلى الإيمان، ويكره لكم الشر، ويسعى جهده في تنفيركم
عنه. {بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} أي: شديد الرأفة والرحمة بهم،
أرحم بهم من والديهم.
ولهذا
كان حقه مقدمًا على سائر حقوق الخلق، وواجب على الأمة الإيمان به، وتعظيمه،
وتعزيره، وتوقيره
“{حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ}, maka dia mencintai kebaikan untuk kalian dan berusaha
dengan keras menyampaikan kebaikan kepada kalian, dan bersemangat memberi
petunjuk kalian kepada keimanan dan membenci keburukan menimpa kalian, berusaha
dengan keras agar kalian jauh darinya. {بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ}, maksudnya sangat belas kasihan lagi penyayang kepada
mereka, melebihi kasih sayang orangtua mereka sendiri kepada diri mereka. Oleh
karena inilah hak beliau didahulukan atas hak-hak seluruh makhluk, dan wajib
umat ini beriman kepada beliau, mengagungkannya, menghormatinya dan
memuliakannya.”
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat semangat berdakwah dan mendidik umatnya.
Allah Ta’ala berfirman
لَقَدْ
مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ
أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah
telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus
diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(Ali ‘Imraan:164). Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
وقوله
: { لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم } أي : من
جنسهم ليتمكنوا من مخاطبته وسؤاله ومجالسته والانتفاع به
“Dan firman Allah {لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ
فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ} maksudnya (Allah mengutus seorang
Rasul) dari jenis mereka (manusia), agar mereka bisa berkomunikasi dengannya,
bertanya kepadanya, duduk menemaninya dan mengambil manfaat darinya.” Beliau
juga berkata:
فهذا
أبلغ في الامتنان أن يكون الرسل إليهم منهم ، بحيث يمكنهم مخاطبته ومراجعته في فهم
الكلام عنه ، ولهذا قال : { يتلو عليهم آياته } يعني : القرآن
{ويزكيهم } أي : يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر لتزكو نفوسهم وتطهر من الدنس
والخبث الذي كانوا متلبسين به في حال شركهم وجاهليتهم { ويعلمهم الكتاب
والحكمة } يعني : القرآن والسنة { وإن كانوا من قبل } أي : من قبل
هذا الرسول { لفي ضلال مبين } أي : لفي غي وجهل ظاهر جلي بين لكل أحد
“Hal ini merupakan bentuk mengingatkan atas
nikmat yang paling mengena, yaitu (Allah jadikan) para Rasul-Nya yang diutus
kepada mereka dari jenis mereka sendiri (manusia), sehingga memungkinkan mereka
berkomunikasi dan menemuinya untuk bertanya tentang maksud ucapannya. Oleh
karena itulah Allah berfirman: {يَتْلُو
عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ} maksudnya (membacakan) Al-Qur`an, {وَيُزَكِّيهِمْ} (membersihkan jiwa mereka) maksudnya memerintahkan mereka
untuk melakukan perkara yang ma`ruf dan melarang mereka dari berbuat kemungkaran,
agar suci jiwa-jiwa mereka dan bersih dari kotoran serta keburukan yang dulu
mereka lakukan ketika masih tenggelam dalam kesyirikan dan jahiliyyah. {وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ} maksudnya (Mengajarkan) Al-Qur`an dan As-Sunnah, {وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ} maksudnya sebelum (pengutusan ) Rasulullah ini, لَفِي} ضَلَالٍ مُبِينٍ} maksudnya (mereka) benar-benar dalam penyimpangan dan
kebodohan yang nampak jelas dan nyata bagi setiap orang.”
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
{ ويزكيهم } من الشرك،
والمعاصي، والرذائل، وسائر مساوئ الأخلاق
“{وَيُزَكِّيهِمْ} (membersihkan ) dari kesyirikan, kemaksiatan dan
perkara-perkara yang hina dan akhlak-akhlak yang buruk.” Beliau juga berkata:
{ وإن كانوا من قبل } بعثة هذا
الرسول { لفي ضلال مبين } لا يعرفون الطريق الموصل إلى ربهم، ولا ما
يزكي النفوس ويطهرها، بل ما زين لهم جهلهم فعلوه، ولو ناقض ذلك عقول العالمين
“{وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلُ} (sebelum) pengutusan Rasulullah ini, {لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} tidak mengetahui jalan yang menghantarkan kepada Rabb
mereka, tidak pula menghantarkan kepada sesuatu yang dapat mensucikan jiwa dan
membersihkannya, bahkan sesuatu yang dihiasi oleh kebodohan merekapun, mereka
lakukan walaupun bertentangan dengan akal sehat seluruh makhluk yang
lainnya.”
3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah saksi, da’i ilallah pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan serta cahaya yang menerangi.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
(45) Hai
Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira
dan pemberi peringatan,
وَدَاعِيًا
إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
(46) dan untuk
jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi. (A-Ahzaab: 45-46).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Sifat-sifat (dalam Ayat) ini, yang Allah
sifati dengannya Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah
tujuan, inti dan perkara yang pokok dari diutusnya beliau (menjadi seorang
Rasul), yang menjadi ciri khas beliau. Dan perkara tersebut yaitu lima sifat.”
Pertama,
Beliau sebagai {شَاهِدًا }, maksudnya beliau menjadi saksi atas umatnya
berkenaan dengan perbuatan yang mereka lakukan, baik itu perbuatan kebaikan
maupun keburukan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
{لِتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا}
“Agar kalian (umat
Islam) menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kalian.” (Al-Baqarah:143)
{ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ
أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }
“Maka bagaimanakah
(halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan
seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).” (An-Nisa`:41). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang saksi yang
adil dan diterima persaksiannya.
Kedua
dan ketiga, Beliau sebagai (pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan) {مُبَشِّرًا
وَنَذِيرًا} dan ini
mengharuskan untuk disebutkan siapakah orang yang diberi kabar gembira dan
peringatan, serta apakah isi kabar gembira dan peringatannya tersebut beserta
amal yang menyebabkannya. Adapun orang yang diberi kabar gembira adalah
orang-orang yang beriman dan bertakwa yang menggabungkan antara iman, amal
shalih dan meninggalkan kemaksiatan, maka mereka berhak mendapatkan kabar
gembira di kehidupan dunia, berupa semua balasan yang baik, baik balasan
duniawi maupun agama, sebagai buah manis dari keimanan dan ketakwaan. Sedangkan
di akherat berupa kenikmatan yang kekal.
Semua hal ini mengharuskan disebutkannya
perincian tentang perkara tersebut (isi kabar gembira), berupa perincian amal
shalih, bentuk-bentuk ketakwaan, dan berbagai macam pahala (balasan yang baik). Adapun orang diberi peringatan, mereka
adalah orang-orang yang berbuat dosa lagi zhalim, maka mereka pantas
mendapatkan peringatan di dunia berupa hukuman duniawi dan agama, sebagai
dampak buruk kejahilan dan kezhalimannya. Di Akhirat, pantas mendapatkan siksa
pedih dan adzab yang lama. Perincian hal ini ada dalam ajaran yang beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa, baik dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah yang
mencakup hal tersebut.
Keempat,
{دَاعِيًا إِلَى اللَّهِ } Maksudnya ( beliau sebagai da’i yang) Allah utus mengajak
makhluk menuju kepada Rabb mereka, membawa mereka untuk dimuliakan oleh-Nya dan
memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya yang mereka memang diciptakan
untuk itu (beribadah kepada-Nya), hal ini menunjukkan konsekuensi keistiqamahan
beliau di atas ajaran yang beliau serukan, dan menunjukkan keharusan penyebutan
perincian isi dakwah beliau berupa mengenalkan kepada mereka tentang
sifat-sifat Rabb mereka yang suci, mensucikan-Nya dari sesuatu yang tidak layak
dengan keagungan-Nya, menyebutkan berbagai macam ibadah dan cara berdakwah yang
paling mudah mengantarkan kepada Allah, memberikan haknya masing-masing kepada
setiap yang berhak, memurnikan dakwah dengan ikhlas karena Allah, bukan
mengajak kepada dirinya dan bukan untuk memuliakan dirinya, sebagaimana hal ini
terjadi pada banyak orang dalam masalah ini. Semua itu terjadi dengan izin,
perintah, kehendak dan taqdir Allah Ta’ala atas diri beliau dalam
berdakwah.
Kelima,
Beliau sebagai (cahaya yang
menerangi) {سِرَاجًا
مُنِيرًا }, ini berarti
bahwa (sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) makhluk
berada dalam kegelapan yang besar, tidak ada cahaya yang dengannya mereka
mendapatkan petunjuk dan tidak ada pula ilmu yang dengannya mereka
mendapatkan petunjuk dalam kebodohan mereka hingga Allah pun utus Nabi
yang mulia ini, maka Allah sinari kegelapan-kegelapan itu dengan kehadiran
beliau, Dia mengajarkan ilmu (agar mereka keluar) dari kebodohan-kebodohan
dengan kehadiran beliau, dan dengan kehadiran beliau pula, Allah memberi
petunjuk orang-orang yang sesat kepada jalan-Nya yang lurus. Maka jadilah
beliau sosok (da’i) yang lurus, beliau telah menjelaskan jalan yang lurus
kepada mereka, merekapun berjalan mengikuti sang imam ini, dan mereka
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, serta (bisa membedakan) orang
yang berbahagia dengan orang yang celaka, melalui beliau.
Mereka mengambil cahaya dengan diutusnya
beliau sebagai Rasul untuk mengetahui sesembahan mereka yang hak, dan mengenal-Nya
melalui sifat-sifat-Nya yang terpuji, perbuatan-perbuatan-Nya yang benar dan
hukum-hukum-Nya yang lurus.
4. Allah meninggikan penyebutan nama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan tidak satupun makhluk yang bisa menyamainya
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
(1)”Bukankah
Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ
(2)
dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu,
الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
(3)
yang memberatkan punggungmu?
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
(4)
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” (Al-Insyiraah:
1-4).
Syaikh Abdur
Rahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Firman Allah Ta’ala -dalam rangka mengingatkan nikmat-Nya yang
dianugerahkan kepada Rasul-Nya { أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
} maksudnya,
Kami lapangkan dadanya untuk menerima syari’at Islam dan untuk berdakwah
(mengajak manusia) kepada Allah, untuk bersifat dengan akhlak yang baik,
semangat menyambut akhirat, dan memudahkan kebaikan-kebaikan hingga tidak
sempit dadanya. Setiap kali Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukan kebaikan.”
Tentang Ayat yang
selanjutnya beliau menafsirkan, {وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ }, maksudnya dan Kami telah
menghilangkan darimu dosamu. {الَّذِي أَنْقَضَ} maksudnya yang memberatkan
{ظَهْرَكَ} punggungmu, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ
“Supaya
Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan
datang.”{وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ} maksudnya Kami tinggikan derajatmu dan Kami
jadikan pujian untukmu pujian yang indah lagi tinggi yang tidak pernah satupun
dari makhluk yang bisa mencapainya, maka tidaklah disebutkan (nama) Allah
kecuali disebutkan nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama
nama-Nya. Sebagaimana saat (seseorang) masuk Islam, adzan, iqamah, khutbah, dan
selainnya dari perkara-perkara yang Allah tinggikan dengannya penyebutan nama
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau di hati umatnya,
sangat dicintai, dimuliakan, dan diagungkan, dengan bentuk (kecintaan, pemuliaan,
dan pengagungan) yang tidak ada tandingannya sesudah Allah Ta’ala.
5. Tidaklah Allah bersumpah dengan kehidupan seorangpun kecuali dengan
kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman,
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi
kehidupanmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam
kesesatan” (Al-Hijr: 72). Al-Baghawi rahimahullah mengatakan,
قال الله تعالى: {لعمرك} يا محمد أي وحيات {إنهم لفي
سكرتهم} حيرتهم وضلالتهم {يعمهون } يترددون
“Allah
Ta’ala berfirman : {لَعَمْرُكَ} wahai Muhammad, (maksud sumpah disini) yaitu
“Demi kehidupanmu”, {إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ} (sesungguhnya mereka benar-benar berada di
dalam) kebingungan dan kesesatan mereka, {يَعْمَهُونَ} mereka terombang-ambing.
Beliau juga
berkata,
روي عن أبي الجوزاء عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : ما
خلق الله نفسا أكرم عليه من محمد صلى الله عليه وسلم، وما أقسم الله تعالى بحياة
أحد إلا بحياته .
Diriwayatkan dari
Abul Jauza` dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Allah tidaklah menciptakan
jiwa yang lebih mulia dari jiwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan tidaklah Allah Ta’ala bersumpah dengan kehidupan seorang pun kecuali dengan
kehidupan beliau ”.
6. Allah menjaga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
segala keburukan
Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
“Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia” (Al-Maaidah: 67).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
وقوله :{ والله يعصمك من الناس} أي : بلغ أنت رسالتي ،
وأنا حافظك وناصرك ومؤيدك على أعدائك ومظفرك بهم ، فلا تخف ولا تحزن ، فلن يصل أحد
منهم إليك بسوء يؤذيك .
“Firman
Allah {وَاللَّهُ
يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ } maksudnya sampaikanlah
syari’at-Ku, niscaya Aku akan
menjaga,
menolong dan menguatkanmu menghadapi musuh-musuhmu, serta memenangkanmu
mengalahkan mereka, maka janganlah engkau takut dan janganlah bersedih, tidak
akan ada satupun dari mereka yang mampu menyakitimu dengan keburukan apapun
yang ditujukan kepadamu.”
7. Ajaran yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa,
berasal dari Allah Ta’ala, bukanlah hasil karangan beliau
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ
(3)
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
(4)
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (An-Najm:
3-4).
Berkata Ibnu
Katsir rahimahullah,
{ وما ينطق عن الهوى } أي : ما يقول قولا عن
هوى وغرض {إن هو إلا وحي يوحى} أي : إنما يقول ما أمر به ، يبلغه إلى
الناس كاملا موفرا من غير زيادة ولا نقصان
{وما ينطق عن الهوى } maksudnya beliau tidaklah mengucapkan ucapan
(dalam urusan agama) yang bersumber dari hawa nafsu dan interes pribadi, {إن هو إلا وحي يوحى} maksudnya semata-mata beliau hanya mengatakan
apa yang diperintahkan kepada beliau, beliau pun menyampaikannya kepada manusia
dengan sempurna, lengkap, tanpa penambahan dan pengurangan (sedikitpun).
Al-Baghawi rahimahullah mengatakan,
{إن هو} ما نطقه في الدين ، وقيل :
القرآن { إلا وحي يوحى } أي : وحي من الله يوحى إليه .
“{إن هو}, tidaklah beliau mengucapkan ucapan (tentang
agama) ada pula yang berpendapat tentang Al-Qur`an {إلا وحي يوحى } maksudnya (ucapannya itu tiada lain hanyalah)
wahyu dari Allah yang diwahyukan kepadanya.”
8.Seluruh akhlak yang ada dalam Al-Qur`an beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam amalkan semuanya Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Al-Qolam:
4). Al-Baghawi rahimahullah berkata,
{وإنك لعلى خلق عظيم }قال ابن عباس ومجاهد : دين
عظيم لا دين أحب إلي ولا أرضى عندي منه ، وهو دين الإسلام وقال الحسن : هو آداب
القرآن . سئلت عائشة رضي الله عنها عن خلق رسول الله – صلى الله عليه وسلم –
فقالت : كان خلقه القرآن وقال قتادة : هو ما كان يأتمر به من أمر الله وينتهي
عنه من نهي الله ، والمعنى إنك على الخلق الذي أمرك الله به في القرآن .
{وإنك لعلى خلق عظيم } Ibnu ‘Abbas dan Mujahid mengatakan, “(Beliau
beragama) dengan agama yang agung, (yang) di sisi-Ku, tidak ada agama yang
lebih Aku cintai dan ridhai daripadanya, dan agama tersebut adalah agama Islam”.
Al-Hasan Al-Bashri
berkata, “Ia ( “khuluq” dalam Ayat ini) adalah adab-adab Al-Qur`an”. ‘Aisyah radhiallahu
‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka beliau pun menjawab, “Akhlak beliau adalah
(melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur`an”. Qatadah mengatakan, Ia
(“Khuluq” dalam Ayat ini) adalah sesuatu yang beliau laksanakan dari perintah
Allah dan sesuatu yang beliau jauhi dari larangan Allah, dan makna Ayat di
atas: Sesungguhnya engkau benar-benar berakhlak dengan akhlak yang
diperintahkan Allah dalam Al-Qur`an. Wallahu a’lam.
(Diolah dari
transkip ceramah Syaikh Rabi’ Al-Madkholi hafizhahullah, dan
dipublikasikan di Muslim.or. id dengan sedikit penyesuaian)
***************************
Kontributor: Ust. Sa’id Abu Ukasyah. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF . Email: ustazsofyan@gmail.com
***************************
Kontributor: Ust. Sa’id Abu Ukasyah. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF . Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment