KEMULIAAN AL-QUR’AN
Bulan
Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Pada bulan ini, jiwa-jiwa yang
suci akan tampak nyata, dan semangat meraih derajat keimananan paling tinggi dan
semakin kuat. Pada bulan ini, kecintaan kepada al-Qur’ân, keinginan untuk
mentadabburinya dan mentaatinya semakin bertambah. Kaum Muslimin bagai tidak
mau lepas dari al-Qur’an, yang merupakan sebaik-baik teman yang tidak pernah
membosankan perkataannya. Barangsiapa membacanya seolah-olah dia sedang
berbicara dengan ar-RahmânAllâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ
وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ
السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ
وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan. Dengan
Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
[al-Mâidah/5:15-16]
Allâh
Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya
al-Qur’ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” [al-Isra’/17:9].Tidak
ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat selain
memandang dan membaca al-Qur’an sepanjang waktu serta mentadabburi
(merenungi)nya. Amalan ini akan membuat seorang hamba mengetahui berbagai
kebaikan dan keburukan serta kondisi para pelakunya, juga akan menampakkan
gambaran hakikat dunia. Amalan ini juga membawa para pelakunya seakan berada
diantara umat-umat terdahulu sembari menyaksikan adzab dan siksa yang Allâh
Azza wa Jalla timpakan kepada umat-umat terdahulu tersebut.
Orang
yang mentadabburi (merenungi) al-Qur’ân seakan melihat proses tenggelamnya kaum
Nûh juga Fir’aun beserta pengikutnya; Mereka juga seakan mendapati bekas-bekas
petir yang menyambar kaum ‘Ad dan Tsamûd. Orang yang mentadabburi al-Qur’ân
akan mengetahui dan memahami hakikat jalan kebaikan beserta buah yang akan
diraih oleh para pelakunya juga akan mengetahui hakikat jalan keburukan beserta
akibat yang akan menimpa para pelakunya. Allâh telah menjadikan al-Qur’ân ini
sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil. Orang yang mencari petunjuk
dari al-Qur’ân, maka Allâh akan memuliakannya, sebaliknya barangsiapa mencari
petunjuk dari selain al-Qur’ân, maka kehinaan pasti akan menimpanya.
Umar
bin Khattab Radhiyallahu anhu menemui Nafi’ bin Abdil Hârist di ‘Usfân – beliau
adalah wakil dari Umar di Mekah, Umar bertanya, “Siapa yang kau jadikan
pemimpin bagi penduduk lembah?” Nâfi’ Menjawab, “Ibnu Abza.” Umar
bertanya lagi, “Siapakah dia?” Nafi’ menjawab lagi, “Salah seorang
mantan budak kami.” Umar bertanya, “Kalian mengangkat seorang mantan
budak?” Nafi’ berkata, “Dia pandai membaca (hafal) al-Qur’ân dan dia
juga alim dibidang farâ’id (ilmu waris).” Lantas Umar berkata, “Sesungguhnya Nabi kalian Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda.
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا
الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya
Allâh akan mengangkat derajat suatu kaum dengan sebab al-Qur’ân, dan
menghinakan yang lainnya dengan sebab al-Qur’ân.” [HR. Muslim]. Al-Qur’ân
adalah cahaya yang tidak bisa dipadamkan. Dia adalah jalan yang tidak pernah
tersesat orang yang melaluinya; Dia sumber keimanan dan ilmu; Dia hidangan para
Ulama dan penyejuk hati; Dia adalah undang-undang kehidupan, juga obat
(penyembuh).
Allâh
Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى
وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ
عَمًى
Katakanlah,
“Al-Qur’ân itu adalah petunjuk dan penawar bagi kaum Mukmin. Dan orang-orang
yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’ân itu suatu
kegelapan bagi mereka.
[Fusshilat/41: 44]
Al-Qur’ân
adalah kitab yang dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla . Para pengikut hawa nafsu
sangat berharap dan terus berusaha agar bisa menghapus ayat-ayat al-Qur’an
beserta hukum-hukumnya dengan air laut agar tidak tersisa, tetapi itu sebatas
keinginan yang tidak akan terwujud dan usaha yang tidak akan pernah berhasil,
karena mereka tidak akan bisa mengalahkan Allâh Azza wa Jalla yang menjaga
al-Qur’an.
Inilah
dia kitab Allâh Azza wa Jalla yang turun melalui Jibril Alaihissallam. Lalu
apakah yang telah dan yang akan kita lakukan dengannya? Akankah kita
menjadikannya sebagai petunjuk dan undang-undang bagi kita dalam kehidupan
kita? Ataukah hanya menjadi pajangan di rak buku, tidak tersentuh kecuali di
bulan Ramadhân? Apakah kita akan berpegang teguh dengannya ataukah kita seperti
unta yang kehausan di tengah padang pasir sambil membawa air di punggunghnya?
Atau telinga kita seperti corong, ayat-ayat al-Qur’ân masuk melalui telinga
kanan lalu keluar melalui telinga kiri?
Imam
Muslim meriwayatkan dalam shahîhnya, bahwa Allâh Azza wa Jalla berfirman pada
Nabi-Nya.
إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ
وَأَبْتَلِيَ بِكَ، وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ،
تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ
“Sungguhnya
Aku mengutusmu dalam rangka untuk mengujimu dan menguji yang lain denganmu dan
aku menurunkan sebuah kitab yang tidak bisa di cuci dengan air, kamu membacanya
tatkala tidur dan terjaga.”
Inilah
al-Qur’ân, kitab pegangan kaum Muslimin, yang mengatur tata cara hidup setiap
insan. Maka wahai kaum Muslimin! Hendaklah kita bertakwa kepada Allâh!
Hendaklah kita memperlihatkan amalan kita terkait kitab Allâh ini dengan cara
membaca, mentadabburinya dan selanjutnya mengamalkannya.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ
الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ
وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ
ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.
[Fathir/35:32]
Hendaklah
kita senantiasa bertakwa kepada Allâh! Hendaklah kita memanfaatkan bulan yang
penuh berkah ini dengan membaca al-Qur’ân dan mentadabburi ayat-ayatnya, meraup
faidah sebanyak-banyaknya dari pelajaran dan nasehat yang ada padanya. Karena
di dalam al-Qur’ân terdapat berita orang sebelum dan sesudah kita. Alangkah
beruntung orang yang mentadabburinya dengan benar; juga alangkah berutung orang
yang hati dan kulitnya bergetar serta takut saat mendengar ayat-ayat al-Qur’ân lalu
ia bergegas mengingat Allâh.
Allâh
Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ
كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. [Qâf/50:37]
Bulan Ramadhan
dinamakan bulan Al-Qur`ân karena pada bulan itu Allah Subhanahu wa Ta’ala
menurunkan Al-Qur`ân sebagai petunjuk bagi manusia ke jalan kebenaran, dan
sebagai pembeda antara yang haq dengan yang bathil. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`ân sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq
dan yang bathil).” [al-Baqarah/2:185]. Al-Qur’ân merupakan sumber dari segala
hukum Islam. Dengan Al-Qur`ân itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman.
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ
لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqân (Al-Qur`ân)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.
[al-Furqân/25:1]. Demikian pula dengan Sunnah Nabi. Hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki peran yang berdampingan dengan Al-Qur`ân
menjadi pedoman hukum dalam syariat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [al-Hasyr/59:7]. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur`ân
secara berangsur-angsur. Wahyu pertama turun saat Ramadhan pada malam Lailatul-Qadr,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`ân) pada malam
kemuliaan. [al-Qadr/97:1].Usia Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada saat itu ialah 40 tahun sebagaimana masyhur disebutkan oleh kalangan ahli
ilmu. Usia yang ideal bagi seseorang dalam mencapai kesempurnaan nalar, akal
dan pengetahuan.Al-Qur`ân turun dari sisi Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perantaraan Malaikat Jibril Alaihissallam.
Dia adalah pemimpin para malaikat. Allah Ta’ala mensifati Malaikat Jibril
dengan firman-Nya:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي
الْعَرْشِ مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
Sesungguhnya Al-Qur`ân itu benar-benar firman (Allah yang dibawa
oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di
alam malaikat) lagi dipercaya. [at-Takwîr/81:19-21].
Juga firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang
mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang
asli. [an-Najm/53:5-6]. Dari uraian singkat di atas, kita bisa
mengerti bahwa Al-Qur`ân memiliki kedudukan yang tinggi. Al-Qur`ân merupakan
wahyu dari Rabbul-‘alamin, penguasa alam semesta, Dzat yang Mahakuasa atas
segala sesuatu, yaitu Allah Tabaraka wa Ta’ala. Al-Qur`ân diturunkan kepada
manusia paling agung dan mulia semenjak Allah menciptakan manusia yang pertama
hingga manusia yang terakhir. Pemimpin sekaligus pemimpin para nabi dan rasul.
Beliau adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Al-Qur`ân
diturunkan dengan perantara makhluk yang taat kepada Allah, yaitu malaikat.
Bahkan merupakan malaikat terbaik dan pemimpin para malaikat. Dialah Malaikat
Jibril. Dan Al-Qur`ân diturunkan pada waktu yang sangat mulia, yaitu bulan
Ramadhan. Bahkan malam diturunkan Al-Qur`ân merupakan malam lailatul-qadr,
malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Allah Azza wa
Jalla berfirman.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ﴿٢﴾لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ﴿٣﴾تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ﴿٤﴾
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`ân) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [al-Qadr/97:1-5]. Kemuliaan
Al-Qur`ân lainya, yaitu ia akan tetap terjaga kemurniaannya hingga hari Kiamat.
Dan masih banyak lagi keistimewaan yang terdapat pada Al-Qur`ân.
Setelah mengetahui
kedudukan Al-Qur`ân, maka sebagai seorang Muslim, kita wajib mempedulikan
Al-Qur`an. Kita lakukan amal-amal kebaikan berkaitan dengan kitab yang mulai
ini.
1. Membaca
Dan Menghafalkan Al-Qur`ân.
Membaca Al-Qur`ân merupakan langkah awal seseorang bermuamalah dengan
Al-Qur`ân. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita rajin
membacanya, sebagaimana tertuang dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
اقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ…
Bacalah Al-Qur`ân, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai
pemberi syafaat bagi orang yang membacanya. [HR Muslim].
Ketahuilah,
Allah menjadikan amalan membaca Al-Qur`ân termasuk sebagai salah satu yang
bernilai ibadah kepada-Nya. Allah memberikan pahala bacaan Al-Qur`ân bukan per
surat atau per ayat, akan tetapi pahalanya per huruf dari Al-Qur`ân yang kita
baca. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَ لاَمٌ حَرْفٌ
وَمِيْمٌ حَرْفٌ
Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi alif
adalah satu huruf, lam adalah satu huruf dan mim adalah satu huruf. [HR
at-Tirmidzi].
2. Mentadabburi
Dan Mempelajarinya Al-Qur`ân.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`ân, ataukah hati
mereka terkunci? [Muhammad/47:24]. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran. [Shâd/38:29].
3. Mengajarkan
Al-Qur`ân.
Al-Qur`ân merupakan sebaik-baik ilmu. Barangsiapa yang menyebarluaskan dan
mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan mendapatkan balasan yang terus
mengalir Allah Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ
صَدَقَةٍ جَارِيَّةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ
لَهُ
Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya
kecuali tiga perkara, (yaitu) shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau
anak shalih yang mendoakannya. [HR Muslim].
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`ân dan
mengajarkannya. [HR Bukhari].
4. Mengamalkannya.
Demikianlah kewajiban seseorang yang telah mengetahui sebuah ilmu.
Hendaklah ia mengamalkannya. Suatu ilmu tidak akan berguna jika tidak pernah
diamalkan. Karena buah dari ilmu ialah amal. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
hanya akan memberi balasan berdasarkan amal yang dikerjakan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Sesungguhnya kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu
kerjakan. [ath-Thûr/52:16]
جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
[al-Wâqi`ah/56:24].
Berkaitan
dengan seorang ahlul-qur`an, Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud pernah berkata:
“Pengemban Al-Qur`ân harus bisa dikenali saat malam hari ketika manusia
tertidur lelap, saat siang hari ketika manusia berbuka, dengan tangisnya ketika
menusia tertawa, dengan wara’nya ketika manusia berbaur, dengan diamnya ketika
manusia larut dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat, dengan kekhusyuannya
ketika manusia bersikap angkuh, dan dengan sedihnya ketika manusia bersuka
cita”. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai ahlul-qur’an. Yaitu
orang-orang yang selalu menyibukkan diri dengan membaca, mempelajari,
mengajarkan dan mengamalkan al Qur’an. Sehingga pada hari Kiamat, Al-Qur`ân
mendatangi untuk memberi syafaat bagi kita di hadapan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Sebagai wujud memuliakan Al-Qur`ân, hendaklah kita menjaga
adab-adab saat membacanya.
1. Membacanya
dalam keadaan yang paling sempurna. Yaitu dengan bersuci, menghadap kiblat dan
duduk dengan sopan.
2. Membacanya
dengan tartil dan tidak tergesa-gesa. Karena tidak layak seseorang membaca
Al-Qur`ân dengan terlalu cepat, sehingga dalam waktu kurang dari tiga hari ia
telah selesai mengkhatamkan bacaannya. Padahal terdapat sebuah riwayat tentang
ashabus-sunnan dan dishahihkan at-Tirmidzi, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda.
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثِ لَيَالٍ لَمْ
يَفْقَهْهُ
Barangsiapa yang (mengkhatamkan) membaca Al-Qur`ân dalam waktu
kurang dari tiga hari maka ia tidak dapat memahaminya.
3. Selalu
khusyu’ ketika membacanya, menampakkan kesedihan, dan berusaha menangis.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dengan sanad yang jayyid, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda.
اُتْلُوْا الْقُرْآنَ وَابْكُوْا. فَإِنْ لَمْ تَبْكُوْا
فَتَبَاكُوْا
Bacalah Al-Qur`ân dan menangislah. Apabila kamu tidak bisa
menangis, maka berpura-puralah menangis.
4. Hendaklah
memperindah suaranya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Sahabat Abu Hurairah, bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنَ
Bukan golongan kami orang yang tidak membaca Al-Qur`ân dengan
irama.
5. Seorang yang
membaca Al-Qur`ân hendaklah menyembunyikan suaranya jika ia khawatir akan
menimbulkan riya, atau sum’ah pada dirinya, atau apabila dikhawatirkan akan
mengganggu orang yang sedang shalat.
Selanjutnya,
hendaklah seorang muslim berusaha memperbanyak hafalan Al-Qur`ân di dadanya,
karena hal ini termasuk tanda keimanan seseorang, dan salah satu tanda orang
yang diberi ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al-Qur`ân itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam
dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami
kecuali orang-orang yang zhalim.[al-Ankabut/29:49]
Semoga
Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantiasa membaca al-Qur’ân,
mentadabburinya lalu mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun
XI/1428H/2007M dan Edisi
02/Tahun XVIII/1435H/2014M dengan sedikit perubahan)
****************************
* Prof.Syeikh Saud bin Ibrahim bin Muhammad Al-Syuraim, PhD adalah Imam Besar Mesjidil Haram dan mantan Hakim Pengadilan Tinggi Mekkah dan mantan Dekan Fakultas Kehakiman Universitas Umm al-Qura. Diantara guru Syaikh beliau adalah: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdullah bin al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, Abdurrahman al-Barrak, Abdul Aziz ar-Rajhi, Fahd al-Humain, Abdullah al-Ghayydan, dan Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
* Prof.Syeikh Saud bin Ibrahim bin Muhammad Al-Syuraim, PhD adalah Imam Besar Mesjidil Haram dan mantan Hakim Pengadilan Tinggi Mekkah dan mantan Dekan Fakultas Kehakiman Universitas Umm al-Qura. Diantara guru Syaikh beliau adalah: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdullah bin al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, Abdurrahman al-Barrak, Abdul Aziz ar-Rajhi, Fahd al-Humain, Abdullah al-Ghayydan, dan Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
Comments
Post a Comment