٥٦
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar beribadah kepada-Ku" (QS
Adz Dzariyat [51] : 56).
Hadirnya
manusia di panggung kehidupan ini tiada lain adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Adz Dzariyat [51] ayat 56.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar beribadah kepada-Ku." Ibadah
kepada Allah SWT akan sia-sia jika tidak mengenal objek yang di ibadahi.
Mengenal Allah SWT, kewajiban utama manusia. Para Ulama sepakat, kewajiban
manusia yang utama adalah mengenal Allah SWT dengan penuh keyakinan. Sungguh!
Allah SWT tidak membiarkan hamba-nya berjalan tanpa petunjuk. Dalam upaya
mengenal Allah SWT, ajaran Islam begitu lengkap. Marifatullahdiawali
dengan mempelajari Ilmu Tauhid yang pendekatannya Dalil Aqli (akal) yang
bersumber dari Dalil Naqli (nash). Dengan ilmu tauhid, hamba mengenal
sifat-sifat dan nama-nama Allah yang sempurna.
Allah
SWT tidak membutuhkan makhluk-Nya. Termasuk kategori syirik, apabila seorang
hamba meyakini bahwa Allah SWT membutuhkan yang lain. Namun, mengenal Allah SWT
melalui ilmu tauhid lewat pendekatan Aqliah semata belum cukup. Dengan kata
lain, mengenal Allah SWT lewat ilmu tauhid keimanannya baru sebatas
pengetahuan.
Hati
itu lahan tumbuh kembangnya iman. Tasawuf, ilmu yang mempelajari tentang Hati.
Setelah mengenal Allah melalui ilmu tauhid, seorang hamba harus mengenal Allah
SWT melalui Ilmu Tasawuf. Dengan bimbingan Pakar Tasawuf (Mursyid) akan
menghapus keraguan kepada Allah SWT. Tasawuf
mengajarkan cara mengenal Allah SWT melalui pendekatan hati. Prosesnya diawali
dengan mencabut Illah (tuhan atau sembahan) selain Allah SWT dari dalam hati.
Sembahan-sembahan itu bisa berupa makhluk dan dunia. Sembahan-sembahan inilah
yang menghijab hati. Adapun mengosongkan hati dari sifat-sifat
tercela, proses ini disebut dengan Takhalli. Ikhtiar berikutnya adalah
menghiasi hati dengan sifat-sifat mulia (Tahalli) dan pada akhirnya hati akan
mendapatkan anugerah mengenal Allah SWT, (Tajalli).
Ulama Mutakallimin mengalami
kebingungan, bagaimana mengkonsepkan Marifatullah ini. Manusia
bisa mengenal Allah, padahal Dia itu teramat gaib. Allah SWT disebut Al-Batin yang
gaib daripada seluruh yang gaib. Maka Ilmu Tasawuf menjawab, ketika Allah SWT
mengenalkan dirinya kepada hati hamba yang layak. Jadi bukan kita yang berusaha
mengenal Allah, tapi Allah lah yang mengenalkan dirinya kepada hamba yang
layak. Sebagaimana
dijelaskan dalam Surah Thaha ayat 14, Allah berfirman kepada Nabi Musa,
إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ
إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada sembahan kecuali
Aku, maka beribadahlah kepadaKu Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
Inilah
bentuk pengenalan yang sebenarnya, Allah SWT mengenalkan dirinya kepada hamba
pilihannya. Itu terjadi ketika hati hamba senantiasa dibersihkan.
Sembahan-sembahan selain Allah SWT dihilangkan, hanya ada Allah di dalam
hatinya.
Takhalli, Tahalli dan Tajalli adalah
tiga tahapan untuk mengenal Allah SWT melalui pendekatan hati. Dengan
Marifatullah, hati akan merasakan betapa nikmatnya beribadah. Hati menyaksikan
keagungan Allah SWT dalam setiap ibadahnya. Berikut
penjelasan Nabi Muhammad saw ketika beliau ditanya oleh Malaikat Jibril,
perihal Ihsan. “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi saw menjawab,
”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.
Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Hadits
populer yang disampaikan Umar bin Khathab ra ini menggambarkan, betapa saking
mengenalnya, sehingga Allah SWT serasa hadir di hadapan dirinya. Bila dirimu
tidak mampu seperti itu, sesungguhnya Allah SWT selalu mengawasi engkau. Allah
SWT selalu melihat engkau dimana saja dan kapan saja engkau berada.
Yakinlah!
Inilah
gambaran orang-orang yang mengenal Allah SWT. Para Nabi dan Rasul, karena
mengenal Allah SWT, mereka tahu persis apa yang diridhai Allah SWT. Paham apa
yang dicintai Allah SWT, yakni berupa perintah-perintah Allah. Mereka juga
mafhum apa yang dibenci oleh Allah SWT, berupa larangan-larangan Allah SWT.
Nabi
saw bersabda: “Aku adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang
Allah, karena itu aku adalah orang yang paling takut di antara kalian
kepada-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim). Hadits
ini adalah sebuah bimbingan, karena ada sebagian sahabat yang begitu antusias
dalam beribadah. Mereka ingin mengenal Allah, tapi dengan metode dan cara-cara
sendiri. Asbabul Wurud (sebab
diturunkannya hadits) hadits ini menjelaskan ada sahabat yang bertekad, tidak
akan menikah, akan terus ibadah saja di dalam masjid. Ada yang akan
meninggalkan pekerjaannya, akan terus membaca Al-Quran, terus berzikir. Ada
lagi sahabat yang mengatakan akan terus berpuasa dan tidak akan berbuka.
Rasulullah
ketika menyatakan, dirinya yang paling mengenal Allah SWT. Paling tahu
bagaimana supaya kalian mendapat ridho Allah SWT. Supaya kalian dicintai oleh
Allah SWT jangan menggunakan metode ataupun cara-cara sendiri tapi, ikutilah
Rasulullah saw.
Maka
setelah Nabi Muhammad saw, figur Uswatun Hasanah berlanjut kepada para ulama
pewaris nabi. Ikutilah cara-cara para Mursyid setiap jamannya, karena merekalah
yang senantiasa mengikuti nabi, lahir dan batinnya. Untuk
mengenal Allah SWT, harus dengan bimbingan ulama. Harus dengan bimbingan
Mursyid, karena orang yang tidak berjumpa atau tidak dibimbing oleh wali
Mursyid, adalah orang yang disesatkan jalannya menuju Allah SWT. Firman
Allah SWT:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka
dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu
tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya." (QS Al Kahfi [18]:17).
Hati
yang marifat kepada Allah akan merasakan nikmatnya beragama. Hamba akan
merasakan hadirnya Allah SWT dalam setiap kondisi. Itulah hati yang senantiasa
dilatih, senantiasa dibersihkan. Hati yang selalu menghadap kepada Allah SWT.
Sehingga layak Allah mengenalkan diri-Nya kepada hamba tersebut.
Maka
marilah, untuk senantiasa belajar Ma’rifat kepada Allah, mengenal Allah, karena
ini adalah kunci kesuksesan ibadah kita tidaklah mungkin ibadah kita akan
berkualitas atau diterima oleh Allah, kalau kita sendiri tidak mengenal objek,
zat yang kita ibadah yaitu Allah SWT.
***********************************
Kontributor: Ust Rizal Fauzy, S.Sy; Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA. CPIF. Email" ustazsofyan@gmail.com
***********************************
Kontributor: Ust Rizal Fauzy, S.Sy; Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA. CPIF. Email" ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment