Syaikh
As-Sa’di rahimahullah mengatakan dalam kitab tafsirnya “…
perintah Allah kepada hamba-Nya yang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dengan
sebenar-benarnya takwa. Ia diperintahkan untuk terus bertakwa dan istiqamah
hingga maut menjemput. Karena ingatlah, man ‘aasyaa ‘alasy syai’, maata
‘alaih, artinya siapa yang hidup dalam suatu keadaan, maka ia akan mati
dalam keadaan seperti itu pula. Berarti siapa yang istiqamah, maka ia akan
dibangkitkan dalam keadaan sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya,
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَنَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَفِي الْآخِرَةِ ۖوَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا
مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.” (QS. Fussilat: 30-31)
Kemudian shalawat dan salam kepada
sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul
yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah
tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta
yang disebut keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga
akhir zaman.
Ada perkataan dari Hatim Al-Asham yang patut direnungkan,
perkataan ini dinukil dalam kitab Hilyah Al-Auliya’ karya Abu Nu’aim
Al-Ashbahani, pada jilid kedelapan, halaman 78. Hatim Al-Asham berkata,
كَانَ
يُقَالُ العَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلاَّ فِي خَمْسٍ إِطْعَامِ الطَّعَامِ
إِذَا حَضَرَ الضَّيْفُ وَتَجْهِيْزِ المَيِّتِ إِذَا مَاتَ وَتَزْوِيْجِ البِكْرِ
إِذَا أَدْرَكَتْ وَقَضَاءِ الدَّيْنِ إِذَا وَجَبَ وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ
إِذَا أَذْنَبَ
“Ketergesa-gesaan biasa
dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara:
1- Menyajikan makanan ketika ada tamu
2- Mengurus mayit ketika
ia mati
3- Menikahkan seorang
gadis jika sudah bertemu jodohnya
4- Melunasi utang ketika
sudah jatuh tempo
5- Segera bertaubat jika
berbuat dosa.”
1. Segera menyajikan
makanan ketika ada tamu. Ini dapat
kita lihat dari contoh Nabi Ibrahim ‘alaihis salamdalam ayat,
هَلْ
أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ
فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ (25) فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ
فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ (26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
(27)
“Sudahkah
sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu
malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya
lalu mengucapkan: “Salaama”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah
orang-orang yang tidak dikenal.” Maka dia pergi dengan diam-diam menemui
keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu
dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan.”
(QS. Adz Dzariyat: 24-27)
Yang dimaksud
dengan kalimat “faraago ila ahlihi” adalah segera pergi menemui
keluarganya diam-diam untuk meminta disajikan makanan pada tamu.
2. Segera mengurus jenazah. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
أَسْرِعُوا
بِالْجَنَازَةِ ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ ،
وَإِنْ تَكُ غَيْرَ ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
“Segerakanlah
pengurusan jenazah. Jika dia orang baik, berarti kalian menyegerahkan dia untuk
mendapat kebaikan. Jika dia bukan orang baik, berarti kalian segera melepaskan
keburukan dari tanggungjawab kalian.” (HR. Bukhari, no. 1315 dan Muslim,
no. 944).
Mengurus
jenazah itu mencakup empat hal yang dihukumi fardhu kifayah:
- Memandikan
jenazah.
- Mengafani
jenazah.
- Memandikan
jenazah.
- Menguburkan
jenazah.
Namun yang
dimaksud dengan menyegerakan di sini bukan berarti cepat-cepat yang dapat
mencelakai jenazah. Hadits di atas juga dapat menjadi pelajaran sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bahwa
maksud “berarti kalian segera melepaskan keburukan dari tanggungjawab kalian”
adalah:
- Pelaku
maksiat itu jauh dari rahmat, maka tidak manfaat berteman dengan ahli
maksiat.
- Kita
diperintahkan untuk menjauhi pelaku maksiat, yang jauh dari kesalehan.
3. Segera menikahkan
gadis apalagi sudah mendapatkan jodoh yang saleh. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ
تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Jika ada
yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, maka nikahkanlah
dia. Jika tidak, maka akan terjadi musibah di muka bumi dan mafsadat yang besar.”
(HR. Tirmidzi, no. 1084 dan Ibnu Majah, no. 1967. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’
Al-Ghalil, no. 1868 menyatakan bahwa hadits ini hasan).
4. Segera melunasi utang apalagi sudah jatuh tempo. Cukup dua
dalil berikut mengingatkan kita yang berutang. Dari ‘Abdullah bin Ja’far radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا
يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah
akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin
melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut
bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah, no. 2400.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Shuhaib
Al-Khair radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
أَيُّمَا
رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ
اللَّهَ سَارِقًا
“Siapa
saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu
Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah,
no. 2410. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Imam
Al-Munawi rahimahullah mengatakan, “Orang seperti ini akan
dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana
mereka.” (Faid Al-Qadir, 3:181)
5. Segera Bertaubat. Dari Abu
Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan dosa
kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua
rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.”
Kemudian beliau membaca ayat ini,
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali
Imran: 135) (HR. Tirmidzi, no. 406; Abu Daud, no. 1521; Ibnu Majah no. 1395.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ini jadi
dalil disunnahkan Shalat Sunnah Taubat dua rakaat. Dan kalau dosa masih
berlanjut, yang terjadi adalah akan dihukum dengan dosa selanjutnya. Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata,
أَنَّ
مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةَ بَعْدَهَا وَأَنَّ مِنْ عُقُوبَةِ
السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا.
“Sesungguhnya
balasan dari kebaikan adalah kebaikan sleanjutnya. Sedangkan hukuman
dari kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Majmu’ah Al-Fatawa,
18:177).Maka hati-hati jika mau terus melanjutkan dosa dan kita tidak tahu
kapan maut datang menjemput kita.
************************ Kontributor: Ustadh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment