Ada sebuah kisah tentang seorang petani
kaya. Dia punya lahan perkebunan yang luas dan subur di kaki gunung.
Ternak-ternak yang gemuk & siap panen. Semuanya menyedapkan pandangan mata.
Rencananya, esok hari dia akan memanen semuanya. Dia sudah membayangkan hasil
panenannya. Tiba-tiba, malam harinya gunung berapi meletus. Awan panas
menerjang kebun-kebun & peternakannya. Seketika semuanya berubah menjadi
abu. Buah-buah segar yang sedianya siap panen, semua hangus terbakar. Sapi-sapi
yang gemuk tinggal tulang-belulang. Maka begitu ruginya petani ini karena
kebangkrutan yang menimpanya.
Kita tentu tidak ingin menjadi
bangkrut. Tapi kita terkadang lebih memikirkan cara agar tidak bangkrut di
dunia daripada di akhirat. Padahal, di akhirat kita juga bisa bangkrut.
Bangkrut di dunia kita bisa bangkit. Tapi bangkrut di akhirat, kita tidak bisa
apa-apa lagi.
Bangkrut di akhirat adalah ketika kita
punya amal banyak, tapi pahalanya kita kasihkan ke orang lain. Pahala amal kita
yang banyak habis diberikan ke orang lain. Sudah habis amal kita, dosa orang
lain dilimpahkan ke kita. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Itu semua bisa terjadi
jika kita sering dzalim yang biasanya berawal dari penyakit hati yakni
hasad (dengki).
Suatu ketika Rasulullah SAW. bertanya
kepada sahabat-sahabatnya, “Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang
bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut
pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak
mermliki harta benda”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Orang
yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa
pahala shalat, pahala puasa, pahala zakatnya dan pahala hajinya, tapi ketika
hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain,
memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara
bathil) dan dia memukul orang lain. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya
tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang didzaliminya.
Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal sholehnya.
Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan
agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. dan (pada
akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka.” Kata Rasulullah selanjutnya, “Itulah
orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia
tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati
mereka.” (HR Muslim no. 6522, At-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya)
“Siapa yang merasa pernah
berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau
lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf)nya sekarang juga sebelum
datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal
shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai
hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk
ditanggungkan kepadanya.” [HR.
Bukhari dan Muslim dalam Tarjamah Riadhus Shalihin, jilid I, hal. 225, bab
Haram berlaku dhalim].
Dzalim menurut bahasa berarti
melampaui batas atau keterlaluan. Sedangkan menurut istilah, dzalim
adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, melanggar perkara yang ‘haq’
dan menyakiti sesama baik jiwa, harta maupun perasaannya. Lawan kata Dzalim adalah Adil.
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ فِيمَا رَوَى عَنِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
أَنَّهُ قَالَ: يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى
وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا
Dari Abu Dzar, dari Nabi SAW
sebagaimana diriwayatkan dari Allah –Tabaraka wa ta’ala- Allah berfirman: “Wahai
hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan atas diriKu berbuat dzalim, dan Aku
menjadikannya (kedzaliman) haram diantara kalian maka janganlah kalian saling
mendzalimi.” (HR Muslim). Contoh dan bentuk kedzaliman
diantaranya”
a. Syirik Adalah
Kedzaliman Terbesar
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ingatlah saat Luqman
menasihati anaknya, dia berkata “Wahai Anakku janganlah kau menyekutukan Allah,
sesungguhnya syirik adalah kedzaliman terbesar”.(QS Luqman 13). Syirik
adalah kedzaliman terbesar terhadap Allah. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah dan diibadahi. Namun orang yang syirik melanggar perkara yang
paling haq tersebut.
b. Dzalim ke Sesama Manusia
إِنَّمَاالسَّبِيلُعَلَىالَّذِينَيَظْلِمُونَالنَّاسَوَيَبْغُونَفِيالْأَرْضِبِغَيْرِالْحَقِّأُولَئِكَلَهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas
orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi
tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
(Q.S. Asy Syura: 42). Jika berbuat dzalim terhadap manusia lain haram apalagi terhadap sesama muslim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(Q.S. Asy Syura: 42). Jika berbuat dzalim terhadap manusia lain haram apalagi terhadap sesama muslim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ
اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِيْنِهِ فَقَدْ أَوْجَبَهُ اللهُ النَّارَ وَحَرَّمَ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ. فَقَالَ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيْرًا، يَا
رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: وَإِنْ كَانَ قَضِيْبًا مِنْ أَرَاكٍ
“Siapa yang mengambil hak
seorang muslim maka sungguh Allah telah mewajibkan neraka baginya dan
mengharamkan surga baginya”.
Ada seseorang yang bertanya: “Walaupun
itu sesuatu yang remeh/sedikit wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Walaupun
cuma sepotong kayu arak.” (HR. Muslim no. 351). Abu Salamah (seorang
tabi’in) mengabarkan bahwa pernah terjadi pertikaian antara dirinya dengan
orang-orang dalam masalah tanah, maka diceritakannya hal itu kepada Aisyah
radhiyallahu ‘anhu. Aisyah pun berkata kepadanya: “Wahai Abu Salamah, lebih baik engkau jauhi tanah tersebut, karena Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مَنْ
ظَلَمَ قِيْدَ شِبْرٍ مِنَ اْلأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
“Siapa yang berbuat dzalim
terhadap satu jengkal tanah maka akan ditimpakan/dipikulkan padanya tujuh lapis
bumi.” (HR.
Al-Bukhari no. 2453 dan Muslim no. 4113).
c. Dzalim terhadap
Diri Sendiri
Sesuai dengan firman Allah SWT :
… فَمِنْهُمْظَالِمٌلِنَفْسِهِ …
“ …Lalu di antara mereka
ada yang menganiaya (menzalimi) diri mereka sendiri … ” (Q.S. Faatir : 32). Menzalimi
diri sendiri adalah melakukan hal-hal yang dilarang Allah yang dapat merusak
diri. Contohnya, minum minuman keras (yang memabukkan), berjudi, berzina,
memakai narkoba dan sejenisnya. Orang semacam ini akan mudah menuruti
ajakan syaithan dan melakukan kedzaliman lain, misalnya mencari rezeki dengan
jalan yang haram (mencuri/korupsi/riba).
وَقَالَ
الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ
وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ
إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا
أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي
كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ
Dan setan berkata ketika perkara
(hisab) telah diselesaikan, “sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan
kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu,
melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab
itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak
dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak
membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.”
Sungguh orang yang Dzalim akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS Ibrahim
22)
***********************
Editor: Ust.Sofyan Kaoy Umar, SE,MA, CPIF.
***********************
Editor: Ust.Sofyan Kaoy Umar, SE,MA, CPIF.
Email: ustazsofyan@gmail.com
Comments
Post a Comment